Menjadi Pemilik Saham Minoritas, Akankah Gerakan Non-Blok Erick Thohir Berlanjut?

Cerita

by Redaksi 32

Redaksi 32

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Menjadi Pemilik Saham Minoritas, Akankah Gerakan Non-Blok Erick Thohir Berlanjut?

Suning Holdings Group telah resmi mengakusisi saham mayoritas Inter Milan. Perusahaan asal Tiongkok tersebut telah merogoh kocek sebesar 270 juta euro atau setara dengan 4,1 triliun rupiah untuk mendapatkan 68,55% saham Inter Milan. Dengan begitu, International Sports Capital yang merepresentasikan Erick Thohir kini akan menjadi pemilik saham minoritas, meski posisi presiden masih akan dijabat oleh pria kelahiran Jakarta tersebut.

“Selama lebih dari dua setengah tahun, kami telah membangun basis solid yang ada di klub dan kerjasama baru ini akan membuat kami menempuh langkah selanjutnya dalam program sekaligus mengembalikan Inter Milan ke tempat semestinya di sepakbola dunia,” seperti yang diungkapkan Erick Thohir di situs resmi Inter Milan.

Thohir juga menambahkan bahwa kerjasama dengan Suning Holdings Group akan membawa perubahan bagi Inter Milan. Meski di sisi lain Massimo Moratti yang berkuasa selama 17 tahun tak lagi memiliki saham lagi di Inter.

Sementara itu, Presiden Suning Holdings Group, Zhang Jindong, mengatakan bahwa akuisisi yang mereka lakukan merupakan bagian dari strategi perusahaan, yang semakin memperkenalkan merek peralatan rumah tangga tersebut.

“Penanaman modal dan sumber daya yang melimpah dari Suning bakal menjadikan Inter Milan kembali ke masa-masa jayanya dan menjadi properti yang lebih kuat, yang mampu menarik sejumlah bintang top dari seluruh dunia," kata Zhang Jindong.

Dengan tampuk kekuasaan yang telah berpindah serta dana yang akan melimpah, besar kemungkinan Inter akan merekrut beberapa pemain top. Menarik untuk disimak mengingat semasa memiliki saham mayoritas di Inter, Thohir cenderung berkiblat ke negara-negara Balkan untuk menggunakan jasa pemain.

Jika ditarik ke belakang, kebiasaan pemimpin Indonesia memilih bekerja sama dengan negara-negara Balkan telah diterapkan oleh mantan presiden Ir. Sukarno. Sang proklamator kemerdekaan itu pernah menjalin hubungan kerjasama presiden Yugoslavia, Josip Broz Tito.

Yugoslavia sendiri merupakan bekas negara besar yang berada di daerah Balkan. Kini mereka telah pecah menjadi berbagai negara. Negara pecahannya adalah Slovenia, Kroasia, Makedonia, Bosnia-Herzegovina, Montenegro, Serbia serta Kosovo.

Kesamaan dalam pemikiran merupakan faktor pendukung keduanya bisa saling bekerja sama. Hingga akhirnya mereka bersama para pemimpin negara lainnya mendirikan gerakan Non Blok yang amat fenomenal. Gerakan tersebut merupakan reaksi dari perang dingin antara blok barat yang dipimpin Amerika Serikat dan blok timur yang diketuai Uni Soviet.

Hal yang serupa dilakukan oleh Thohir sang presiden pertama Inter Milan yang juga berasal dari Indonesia. Setelah ditunjuk menggantikan Massimo Moratti tahun 2013 silam, ia telah mengubah pakem komposisi pemain dari I Nerrazzuri.

Seperti yang kita tahu bahwa kiblat dari Inter Milan adalah Argentina, mengingat banyaknya bintang Negeri Tango yang pernah merumput di Giuseppe Meazza. Nama-nama besar seperti Javier Zanetti, Gabriel Batistuta, Matías Almeyda, Kily González, Santiago Solari, Walter Samuel, Esteban Cambiasso, Diego Milito dan banyak masih lagi.

Namun di era kepemilikan Thohir, aroma Balkan lebih terasa dibandingkan nuansa Argentina yang mulai terkikis. Tercatat ada lima pemain yang berasal dari negara-negara Balkan; Samir Handanovic (Slovenia), Stevan Jovetic (Montenegro), Adem Llajic (Sebia), Ivan Perisic serta Marcelo Brozovic (Kroasia). Jumlah tersebut belum ditambah dengan Nemanja Vidić dan Mateo Kovačić yang juga pernah berseragam Inter.

Sementara itu Argentina hanya diwakili oleh 3 pemain yakni Rodrigo Palacio, Mauro Icardi dan Juan Pablo Carizzo. Meski setelah Zanetti pensiun ban kapten masih kembali dipercayakan kepada penggawa asal Argentina, yakni Mauro Icardi, akan tetapi jumlah tiga pemain La Albiceleste yang bernaung di Giuseppe Meazza merupakan jumlah yang sedikit. Terdapat penurunan jumlah setelah kedatangan Thohir pada November 2013. Tercatat sebelum ia menjadi presiden, ada 10 pemain yang berpaspor Argentina.

Meski demikian, Balkanisasi Thohir masih belum membuahkan hasil. Alih-alih unutuk mengangkat Inter kembali ke masa kejayaan kala sukses meraih lima scudetto secara beruntun dan treble di tahun 2010, untuk lolos ke Liga Champions pun mereka selalu gagal. Kini seiring dengan kucuran dana segar yang relatif lebih besar, Thohir juga harus bisa membawa Inter kembali ke jalan yang benar.

Jadi akankah Thohir kembali menerapkan Gerakan Non Blok-nya di musim depan, atau akan mengubah porosnya dan mengikuti keinginan taipan asal Cina?

Foto: wikimedia

Komentar