Dosa-dosa Florentino Pérez

Cerita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Dosa-dosa Florentino Pérez

Andai ia seorang bujangan, telepon genggamnya pastilah berdering setiap waktu. Notifikasi chat akan mengganggu waktu kerjanya. Dengan pakaian perlente, jam tangan mewah, dan kacamata mahal, bukan hal yang sulit bagi Florentino Perez, sang hartawan, merebut hati gadis-gadis muda yang sering nongkrong di plaza-plaza seantero kota Madrid.

Tapi Florentino Perez bukan bujangan, dia otoritas tertinggi di Real Madrid, dialah Sang Presiden. Maka bukan notifikasi obrolan sambil lalu dengan para gadis ala Don Juan, tapi mungkin sederet agenda pertemuan dengan para agen pemain-pemain bintang. Selepas musim berakhir, kesibukannya bertambah dengan -- apa lagi kalau bukan -- praktik mengincar pemain-pemain baru yang biasanya selalu terselip nama bintang tersohor dengan gaji mentereng dan pasti nilai kontrak yang juga membubung tinggi.

Perez adalah otak di balik kelahiran Real Madrid sebagai "Les Galacticos". Begitu mengambilalih kursi kepresidenan di Real Madrid dari tangan Lorenzo Sanz, dia segera merealisasikan ambisinya menjadikan Real sebagai kesebelasan super-wangi dengan taburan bintang-bintang laksana galaksi. Pada kepemimpinan pertamanya di Bernabeu, dia mendatangkan nama-nama ini: Luis Figo, Zinedine Zidane, David Beckham hingga Robinho, Julio Baptista dan Antonio Cassano.

Praktik pembelian bintang ini bahkan menjadi sarana kampanye dirinya. Saat bersaing dengan Lorenzo Sans dalam pemilihan presiden Real Madrid pada tahun 2000, dia sesumbar akan mendatangkan Luis Figo dari rival abadi, Barcelona. Para suporter Real Madrid yang punya hak pilih dalam pemilihan presiden pun tergiur dengan janji-janjinya. Dia berhasil mengalahkan Sanz dan menjadi presiden Real Madrid.

Pada 27 Februari 2006, Perez mengundurkan diri dari posisinya menyusul kritik yang terus berhamburan ke arahnya karena kebijakan-kebijakannya. Tapi dia hanya "jeda" selama 3 tahun saja. Pada Mei 2009, dia kembali menyatakan diri bertarung dalam pemilihan presiden Real Madrid dan akhirnya kembali berhasil menduduki jabatan itu per 1 Juni 2009.

Strategi pembelian pemain bintang kembali digelar. Tak tanggung-tanggung, dia langsung memboyong nama-nama tenar dari mulai Xabi Alonso, Karim Benzema hingga Kaka dan Cristiano Ronaldo. Kaka dibeli dari AC Milan dengan harga yang memecahkan rekor transfer pemain termahal di dunia. Rekor itu dipecahkan hanya dalam hitungan minggu oleh dia sendiri dengan membeli Cristiano Ronaldo dari Manchester United.

Musim berikutnya, usai Piala Dunia 2010, dia kembali mendatangkan pemain-pemain yang baru saja bersinar di Afrika Selatan, di antaranya Mesut Oezil dan Sami Khedira serta Angel di Maria. Musim lalu, Perez kembali menggelontorkan uang untuk memecahkan rekor transfer dengan mendatangkan Gareth Bale dari Tottenham Hotspurs.

Hasilnya? Selama kepemimpinan Perez, kesebelasan yang bermarkas di ibukota Spanyol, Madrid, ini berhasil merengkuh tiga gelar La Liga yaitu 2000-2001, 2002-2003 dan 2011-2011-2012. Sementara di Eropa dia mempersembahkan dua gelar Liga Champions yaitu pada musim pertamanya, 2001-2002 dan 2013-2014.

Apakah hasil itu sepadan? Ini pertanyaan yang akan melahirkan debat yang panjang. Tapi Perez jelas pernah gagal memuaskan publik Madrid, khususnya pada periode 2003-2006, saat dia gagal mendatangkan satu pun trofi-trofi penting, baik La Liga, Piala Raja apalagi Liga Champions. Itulah yang membuatnya terpaksa mengundurkan diri dari kursi Presiden pada 2006.

Sehebat apapun dirinya, sekuat apapun kondisi finansialnya, nyatanya Perez gentar juga. Ia kesulitan membujuk fans Real Madrid dan Cristiano Ronaldo yang muak atas kebijakannya.

Musim ini, Perez agaknya harus menghadapi hal yang sama kembali. Setelah kekalahan memalukan atas Atletico Madrid pada Minggu (14/9) pagi waktu Indonesia, spanduk bernada kecewa terpasang di jalanan Kota Madrid. Tuntutannya? Mereka ingin sang presiden lengser keprabon.

Berikut kami rangkumkan tiga dosa Florentino Perez di Real Madrid yang membuat posisinya pernah terancam dan akan terancam lagi.

Memecat Vicente del Bosque.

Ini merupakan anomali pertama dari kepemimpinan Perez di Real Madrid. Bosque telah mengabdi di Madrid sejak 1987. Kala itu, ia menjadi pelatih Real Madrid B hingga 1990. Pada 1994 ia hanya melatih selama dua bulan sebagai caretaker. Pun pada 1996, ia hanya melatih untuk dua pertandingan saja.

Manajemen akhirnya memutuskan untuk memberi kontrak penuh pada Del Bosque pada November 1999. Prestasinya terlalu hebat untuk sekadar disebut mengesankan: Dua gelar Liga Champions, dua gelar Liga Spanyol, satu gelar Piala Super Spanyol, sebuah Piala Super Eropa, dan Piala Interkontinental.

Pada musim 2002/2003, ia “hanya” meraih satu gelar Liga Spanyol. Prestasi yang dianggap tidak pantas bagi klub sebesar Real Madrid. Del Bosque pun enyah dari Santiago Bernabeu. Atas keputusan ini, tak sedikitpun amarah ditunjukkan Del Bosque pada media, meski kita tak pernah tahu berapa banyak gelas yang pecah di rumahnya.

“Aku telah bersama di tim ini untuk bertahun-tahun, dengan posisi yang bermacam-macam. Aku bahagia tinggal di sini,” ungkap Del Bosque, “Keputusan apapun apakah aku bertahan atau tidak, itu bukan hal yang penting. Tim telah memilih jalan yang terbaik.”

Bisa dibilang, Perez ingin seseorang yang paham atas galacticos yang tengah dibangunnya: David Beckham, Zinedine Zidane, Ronaldo, Luis Figo, Roberto Carlos, dan Raul Gonzalez. Bosque dianggap orang yang tidak sepaham dengan gagasan Perez mendatangkan pemain-pemain top itu.

Di sisi lain, Bosque adalah orang yang punya wibawa untuk mengendalikan ego para pemain bintang. Inilah yang membuat sang kapten, Fernando Hierro, dan sejumlah pemain lain angkat kaki.

Memecat Bosque terbukti menjadi kesalahan. Sejak itu, Madrid tak pernah meraih satu pun gelar major. Dari 2003-2006, Madrid mengalami salah satu periode paling kering gelar penting sepanjang sejarah mereka. Perez menuai hasil pahit atas hal ini: dia terpaksa melepaskan jabatannya sebagai Presiden Real Madrid.

Halaman Berikutnya: Membuang Claude Makelele, Di Maria dan Alonso

Komentar