Dosa-dosa Florentino Pérez

Cerita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Dosa-dosa Florentino Pérez

Membuang Claude Makalele.

Pemecatan Del Bosque menjadi momen yang tepat bagi Makalele untuk mengajukan penawaran baru: kenaikan gaji. Dengan motif protes atas dipecatnya Del Bosque, Makalele menganggap gajinya terlalu kecil jika dibandingkan dengan pemain bintang lainnya.

Chelsea yang baru berubah bentuk menjadi klub sugar daddy, melengkapi Makalele sebagai bagian pengeluaran 111 juta pounds pada musim tersebut. Claudio Ranieri, pelatih Chelsea saat itu, pandai melihat situasi dengan merebut Makalele yang dianggap “tidak berguna” bersama Real Madrid. Makalele pindah saat bursa transfer hampir ditutup: 31 Agustus 2003.

Sejak kepergian Makalele, El Real seolah kehilangan pemain yang bisa menjaga kedalaman. Pada periode 2003-2006 Madrid tak sekalipun merengkuh gelar. Ini pula yang jadi akhir kepresidenan Perez di Madrid. Ia akan selalu mengingat perkatannya yang terkenal itu, dan dikutip The Guardian berikut ini:

“Kami tak kehilangan Makelele. Tekniknya biasa saja, dia kurang cepat dan biasa saja dalam hal teknik merebut bola dari lawan dan 90 persen umpannya hanya ke belakang atau ke samping. Ia bukanlah seorang penyundul bola, dan tidak pernah memberi umpan lebih dari tiga meter,” kata Perez, “Pemain-pemain yang lebih muda akan datang dan Makelele akan segera dilupakan."

Dan Perez terbukti salah. Kepergian Makelele membuat Real Madrid tak punya keseimbangan. Lini tengah dan lini depan mereka penuh dengan pemain-pemain bintang yang punya karakter menyerang, sementara terlalu sedikit bakat di atas rata-rata yang bisa digunakan untuk merawat keseimbangan antara menyerang dan bertahan. Makelele terbukti penting dan sejak itulah muncul istilah "Makelele's Role".

Kritik bukan hanya datang dari para analis, bahkan dari pemainnya sendiri. Salah satu ucapan terkenal Zinedine Zidane lahir dari situasi kritikal ini dengan mengomentari penjualan Makelele dengan kalimat bersayap: "Mengapa harus melapisi cat emas pada sebuah Bentley ketika anda telah kehilangan mesinnya?"

Chelsea yang jelas menuai berkah berkat kebodohan Perez ini. Dengan segera mereka menjelma menjadi raksasa baru dari Inggris. Dan itu tak lepas dari peran Makelele atau yang kemudian masyhur dengan sebutan Mekelele's Role.

Menjual Alonso dan Di Maria

Problem Carlos Queiroz, Jose Antonio Camacho, Mariano Garcia Remon, Vanderlei Luxemburgo, dan Juan Ramon Lopez Carlo, salah satunya karena mereka tak memiliki gelandang bertahan macam Makalele. Tidak ada satupun dari kelimanya yang bisa merengkuh juara pada periode 2003-2006.

Perez kembali hadir di Santiago Bernabeu pada 2009. Ia adalah pria yang begitu berambisi mengubah Madrid menjadi kapal pesiar mewah bintang lima. Saat maju kembali untuk pemilihan kursi Presiden Real Madrid, salah satu janji yang dia dengung-dengungkan adalah mendatangkan La Decima, gelar Liga Champions yang kesepuluh.

Dan untuk merealisasikan janji itu, strategi mendatangkan pemain bintang kembali dia lakukan. Ia membeli gelandang AC Milan, Kaka, dan winger Manchester United, Cristiano Ronaldo. Penampilan Oezil di Piala Dunia 2010, membuat Real Madrid tertarik mendatangkannya. Awalnya, ia diproyeksikan sebagai pelapis Kaka. Namun, karena pemain AC Milan tersebut sering didera cedera, Oezil jadi pilihan utama.

Musim tersebut, Oezil amat mengagumkan. Bukan karena torehan golnya atau pergerakannya yang secepat shinkansen, tapi penampilannya yang menunjang pemain lain untuk berkreasi. Ia mencatatkan 25 assist pada musim 2010/2011. Musim selanjutnya, ia mencatatkan 17 assist. Meskipun menurun dari musim 2010/2011 tapi ia dipercaya lebih banyak tampil oleh Jose Mourinho.

Ia mencatatkan rekor yang fantastis di musim terakhirnya bersama Real Madrid. Oezil mencetak 26 asssist, terbanyak di Liga Spanyol. Dengan pemain semacam ini, sulit untuk mengungkap alasan apa yang membuat Madrid melepas Oezil ke Arsenal. Padahal, ia adalah supplier langganan Cristiano Ronaldo di lini depan. Wajar jika pemain terbaik dunia 2013 tersebut kesal dengan kepergian Oezil. “Dia adalah pemain yang paling mengerti pergerakanku di depan gawang. Aku tak senang atas kepergiannya,” kata CR7.

Musim 2013/2014 terjadi pergantian pelatih. Carlo Ancelotti masuk dan Jose Mourinho pindah ke Chelsea. Di tangan Ancelotti, Real Madrid berubah dengan bermain menyisir sayap, ketimbang menekan langsung ke tengah. Oezil pun seolah tergantikan oleh satu nama: Angel Di Maria. Memang, ada nama Gareth Bale sebagai pelari cepat, tapi banyak yang menganggap intelegitas serta visi permainan Di Maria masih ada di atas Bale.

Karena Di Maria pula, Madrid merengkuh La Decima-nya pada musim tersebut. Di laga final melawan rival sekota, Atletico Madrid, dia mengirimkan umpan vital yang melahirkan gol penyama kedudukan di injury time lewat kepala Sergio Ramos. Di Maria pun terpilih sebagai man of the match di laga yang merealisasikan janji Perez menggondol La Decima.

Keberhasilan tersebut tak bisa dilepaskan oleh duet Xabi Alonso-Sami Kheidira dalam formasi 4-2-3-1. Jika menggunakan 4-3-3, maka Alonso yang akan diplot sebagai gelandang tengah. Musim ini, El Real mendatangkan gelandang serang Bayern Munich, Toni Kroos, dan gelandang kreatif AS Monaco, James Rodriguez.

Pertanyaan besarnya adalah, di mana kedua pemain tersebut akan ditempatkan? Mengapa El Real memilih mendatangkan James dengan harga mahal, meski sudah ada Di Maria?

Pada akhirnya, Di Marida dan Xabi Alonso pergi dari Madrid. Di Maria secara jelas menyebut klub tidak memberinya gaji yang setimpal, sehingga ia merasa tak betah tinggal di Madrid.

Secara taktik, wajar rasanya jika Madrid tak bisa berkutik sejak kepergian Alonso ke Munich. Tak ada gelandang berpengalaman yang bisa mengatur kedalaman skuat. Ancelotti dengan egonya menempatkan semua bintang meski tak berada pada posnya.

Kroos ditempatkan lebih bertahan, sedangkan Rodriguez menyisir sayap. Hal ini sebenarnya sudah terjadi pada Galaktikos jilid satu, di mana Queiroz dan pelatih selanjutnya, menurunkan pemain atas nama bintang, bukan karena performanya di atas lapangan. Keharmonisan di ruang ganti menjadi tak kondusif lagi.

Halaman Berikutnya: Masa Depan Los Galacticos Jilid Dua

Komentar