Serangan Balik Sriwijaya FC Hancurkan Madura United Lima Gol Tanpa Balas

Berita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Serangan Balik Sriwijaya FC Hancurkan Madura United Lima Gol Tanpa Balas

Sriwijaya FC berhasil mengemas poin penuh pada pekan ketiga Indonesia Soccer Championship. Bermain di Stadion Jakabaring, Palembang, skuat asuhan Widodo Cahyono Putro tersebut berhasil menjungkalkan Madura United dengan skor telak 5-0, yang menjadi skor terbesar ISC sejauh ini.

Sebenarnya Sriwijaya tak tampil dominan pada laga ini. Kubu tamu begitu percaya diri memainkan ball possession meski bermain di kandang lawan. Hanya saja lini serang Madura United ini kesulitan untuk menciptakan peluang. Malah sebaliknya, kepercayaan diri mereka menjadi bumerang.

Sriwijaya memang masih mengandalkan skema serangan balik untuk membongkar pertahanan Madura United. Tempo cepat pun terus diperagakan kesebelasan berjuluk Laskar Wong Kito dengan langsung memberikan umpan direct pada trio lini serang; Beto Goncalves, Hilton Moreira dan Muhammad Ridwan (serta Yohanis Nabar).

Pada babak pertama, Sriwijaya sempat kesulitan membongkar pertahanan Madura United. Dua gol yang tercipta pun berasal dari skema bola mati. Pertama, lewat tendangan bebas yang dilepaskan Hilton. Kedua, lewat Ichsan Kurniawan yang memanfaatkan tendangan bebas Eka Ramdani.

Semuanya tampak menjadi lebih mudah pada babak kedua bagi Sriwijaya. Masuknya Yohanis Nabar menggantikan Muhammad Ridwan membuat serangan sayap Sriwijaya FC menjadi lebih hidup, khususnya di sisi kanan. Memang terdapat perbedaan gaya bermain antara Nabar dan Ridwan.

Ridwan begitu konstan bermain di sisi kanan. Ia menjadi pemain yang bertugas untuk mengirimkan umpan-umpan silang ke kotak penalti. Sementara Nabar, ia bisa dengan cair bertukar posisi dengan Beto yang sering melebar.

Nabar kemudian mencetak dua gol pada laga ini. Kedua gol yang ia ciptakan pun berasal dari asis Beto. Pada gol pertama, Beto menggiring bola dari tengah ke sisi kanan dan Nabar bergerak masuk ke tengah, kemudian Nabar mendapatkan umpan silang dari Beto. Sementara pada gol kedua, serangan bermula dari sisi kiri, lewat umpan silang Hilton yang disambut Beto di tiang jauh. Beto lantas memberikan bola pada Nabar di mulut gawang tanpa terkawal.

Luluh lantahnya lini pertahanan Madura United pada babak kedua terjadi karena setelah menyerang, double pivot mereka, Asep Berlian dan Achmad Maulana, kerap terlambat mundur. Maka yang sering terlihat, empat pemain bertahan Madura United seringkali menghadapi empat pemain Sriwijaya FC.

Gilang Ginarsa dan Rendi Irawan yang bermain sebagai full-back Madura United pun mulai kewalahan pada babak kedua. Apalagi Madura United tak ragu menerapkan garis pertahanan tinggi ketika coba menekan para pemain Sriwijaya.

Kartu merahnya Achmad Maulana pada menit ke-82 pun semakin membuat lini pertahanan Madura United kocar-kacir. Selain Nabar berhasil mencetak gol kedua pada menit ke-87, Sriwijaya melengkapi kemenangan lima golnya lewat tendangan keras Beto. Pada gol ini, Hilton dengan leluasa memberikan umpan daerah pada Nabar di sisi kanan. Nabar kemudian memberikan umpan silang yang disambut Beto.

Strategi menghindari duel di tengah dari Sriwijaya ini memang efektif. Pada pos bek tengah, Madura memiliki bek tangguh duel udara asal Brasil, Fabiano Beltrame. Karenanya tak heran pada gol-gol Sriwijaya berasal dari umpan-umpan silang yang dilepaskan dikirim mendatar.

Memasang Eka Ramdani dan Yuu Hyun-koo sebagai double pivot pun menjadi duet yg pas bagi permainan Sriwijaya FC. Keduanya sangat disiplin melindungi back four Sriwijaya, hampir tak pernah melakukan penetrasi ke daerah pertahanan lawan. Karenanya empat penyerang Sriwijaya, trio penyerang plus Ichsan Kurniawan, cukup leluasa dalam melancarkan serangan.

Dengan kemenangan ini, Sriwijaya merangsek ke peringkat tiga sementara dengan lima poin. Sriwijaya terpaut satu poin dari Semen Padang yang berada satu strip di atasnya, dan selisih dua poin dari Persija Jakarta yang berada di puncak klasemen sementara ISC A 2016.

Komentar