Tumpukan Pertahanan Swansea Sebabkan Buruknya Penyelesaian Akhir Manchester City

Analisis

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Tumpukan Pertahanan Swansea Sebabkan Buruknya Penyelesaian Akhir Manchester City

Manuel Pellegrini gagal memenangkan partai terakhirnya bersama Manchester City. Skuatnya ditahan imbang 1-1 oleh Swansea City yang berlaku sebagai tuan rumah di Stadion Liberty, Minggu (5/15). Padahal City sempat unggul lebih dahulu melalui gol Kelechi Iheanacho ketika laga baru berjalan lima menit. Tapi Swansea berhasil menyamakan kedudukan pada menit ke-46 setelah Andre Ayew berhasil mengeksekusi tendangan bebas.

Kendati gagal membawa kemenangan, Pellegrini berhasil memastikan peringkat empat klasemen akhir Liga Primer Inggris 2015/2016. Walau koleksi 66 poin masih berpotensi disamai Manchester United (jika menang lawan AFC Bournemouth), City tetap unggul selisih gol atas rivalnya tersebut.

Komposisi Pemain

Kedua kesebelasan menjalani laga ini tanpa skuat penuh. Swansea tidak bisa diperkuat Alberto Paloschi, Neil Taylor, Gyfli Sigurdsson, Ashley Williams dan Lukasz Fabianski karena cedera. Bahkan Jefferson Montero pun masih belum fit sepenuhnya, tapi ia tetap dimainkan pada laga malam itu. Montero dimainkan sebagai winger kiri pada formasi 4-3-3 yang diterapkan Francesco Guidolin, Manajer Swansea.

Sementara City tidak bisa diperkuat David Silva, Vincent Kompany, Pablo Zabaleta dan Aleksandar Kolarov. Sementara City tidak bermain dengan formasi 4-2-3-1 seperti biasanya, mereka menggunakan formasi 4-4-2 dengan menduetkan Sergio Aguero dan Iheanacho di lini depan.

Line up Swansea (kiri) melawan Manchester City (kanan). Sumber: Fourfourtwo.

Malapetaka Depan Kotak Penalti Manchester City

Pertahanan City bermain sangat rapat pada laga ini. Kendati tanpa Kolarov dan Zabaleta, Bacary Sagna dan Gael Clichy bermain baik sebagai full-back pada laga ini. Keduanya aktif membantu serangan, namun bisa transisi bertahan dengan cepat. Sehingga serangan kedua sayap dari Swansea tidak bisa berjalan terlalu mulus. Begitu juga dengan duet bek tengah Nicolas Otamendi dan Ellaquim Mangala yang bermain baik pada laga ini. Keduanya berhasil mengunci Ayew yang diplot sebagai ujung tombak Swansea. Apalagi kinerja Otamendi dan Mangala dibantu Fernandinho dan Fernando Reges yang membantu pertahanan di luar kotak penalti.

Alhasil Swansea kesulitan masuk ke sepertiga akhir pertahanan City. Sementara Ayew yang tidak bisa lolos dari bek tengah City lebih memilih bergerak turun ke bawah. Namun di sana pun ia mendapat hadangan dari Fernando atau Fernandinho. Bahkan Swansea cuma berhasil melepaskan percobaan tendangan dua kali selama babak pertama. Itu pun baru bisa dilakukan Wayne Routledge pada menit ke-33 dan berhasil diblok pertahan City.

Kendati demikian, Swansea berhasil memanfaatkan keterlibatan banyaknya pemain City ketika bertahan. Lini serang Swansea memanfaatkannya dengan skill-skill individu, terutama melalui Ayew yang banyak berlari dengan bola. Hal yang diinginkan Swansea pun terwujud ketika Leon Britton dilanggar di depan kotak penalti. Sehingga tendangan bebas yang didapatkan Swansea bisa dikonversi Ayew menjadi gol penyama kedudukan pada menit ke-46. Setelah kedudukan imbang, Swansea pun bermain bertahan untuk menjaga poin di Stadion Liberty.

Penyelesaian Akhir Manchester City yang Buruk

City mengandalkan serangan melalui kedua sayapnya, namun sedikit kurang mendapatkan dukungan dari beberapa pemainnya. Pasalnya, full-back dan dua gelandang mereka terus-terusan melakukan transisi bertahan ke menyerang dan begitu juga sebaliknya. Sehingga ketika melakukan transisi menyerang, tidak seluruhnya berhasil dengan mulus. Seperti Clichy yang jarang masuk membuka ruang di pertahanan sisi kanan Swansea ketika Kevin De Bruyne melakukan cutting inside. Sehingga De Bruyne cenderung memilih mengirim umpan silang ke depan gawang Swansea.

Fernandinho pun tidak terlalu berbuat banyak di depan kotak penalti Swansea. Ia kesulitan menghindari bayang-bayang tiga gelandang Swansea yang membantu pertahanan. Sehingga Fernandinho cuma bisa melepaskan satu tembakan jarak jauh dari luar kotak penalti Swansea. Maka dari itu Iheanacho kerap turun ke bawah untuk menjemput suplai dari De Bruyne, Navas atau Fernandinho. Tapi Iheanacho sering kehilangan bola dan selalu dihadang lawan. Penguasaan bola Iheanacho pun berhasil direbut tekel Britton sebanyak dua kali.

Kendati City gagal menguasai area luar kotak penalti Swansea, serangan sayap dari mereka masih efektif. De Bruyne dan Jesus Navas sering melepaskan berbagai umpan yang bisa diterima Aguero atau Iheanacho di sepertiga akhir pertahanan Swansea. Tapi upaya-upaya penyelesaian akhir dua penyerang City itu lebih banyak gagal. Bahkan tiga percobaan tendangan Aguero melenceng dan berhasil ditahan Kristoffer Nordfeldt dua kali. Begitu juga dengan Iheanacho. Kendati berhasil mencetak gol, namun empat percobaan lainnya gagal.

Kegagalan-kegagalan penyelesaian akhir serangan City itu tidak lepas dari menumpuknya pemain Swansea di pertahananya sendiri. Aguero dan Iheanacho tidak pernah lepas dari kawalan pemain Swansea. Sehingga sering terburu-buru melepaskan tendangan ke gawang yang dikawal Nordfeldt. Apalagi Jordi Amat, bek tengah Swansea, bermain cukup baik. Selain menjadi bayang-bayang Aguero, ia jugalah yang membangun serangan balik Swansea dari lini belakang, baik melalui umpan pendek maupun jauh.

Komentar