Krisis Gol Villa dan Risiko Meniru Pep Guardiola

Berita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Krisis Gol Villa dan Risiko Meniru Pep Guardiola

Aston Villa mengalami musim yang kurang menyenangkan. Dari 22 pertandingan yang telah dilakoni, mereka hanya mencetak 11 gol. Beruntung, semalam Agbonlahor kembali mencetak gol untuk Villa.

Sayangnya, kejadian tersebut hanya dalam video game FIFA. Agbonlahor yang berduet bersama penyerang Villa lainnya, Darrent Bent, mengalahkan dua rekannya yang lain, Christian Benteke dan Andreas Weimann dengan skor 5-3.

Musim ini, Aston Villa banyak disorot karena ketidakmampuan mereka mencetak gol. Ini merupakan raihan terendah yang dicapai kesebelasan Liga Inggris dalam 22 pekan. Kesebelasan lainnya, Sunderland, juga tengah bingung cara mencetak. Meskipun begitu, Sunderland sudah mencetak 19 gol, atau selisih delapan gol dari Villa.

Jika dirata-ratakan, rasio gol Villa sekitar 0,5 per pertandingan. Artinya, mereka memiliki kemungkinan besar untuk bermain imbang dengan lawan. Dari lima pertandingan terakhir Villa di liga, mereka belum sekalipun mencetak gol. Hasilnya, mereka meraih dua poin hasil dua kali imbang. Posisi sang pelatih, Paul Lambert, pun berada di ujung tanduk.

Lambert adalah orang yang paling bertanggung jawab atas kekalahan ini. Mereka punya tiga striker tajam, tapi tak mampu mencetak gol. Uniknya, meski hanya mencetak 11 gol, Villa kini masih berada di peringkat ke-15 klasemen sementara Liga Inggris.

Jurnalis Eurosport, Ben Lyttleton, membuka kembali data statistik kesebelasan yang hanya mencetak sedikit gol. Dalam sepuluh tahun terakhir, Derby County merupakan pencetak gol paling sedikit di Liga Inggris dengan 20 gol, atau 0,53 gol per pertandingan. Hanya Manchester City pada 2006/2007 yang dalam satu dasawarsa terakhir yang mencetak kurang dari 30 gol, tapi bisa bertahan di Liga Primer. Kala itu, bahkan City berakhir di peringkat ke-14.

Tren ini sebenarnya sudah dimulai dari Blackbun Rovers pada musim 2004/2005 yang dilanjutkan Everton yang mencetak 34 gol pada musim 2005/2006. Ini merupakan jumlah paling sedikit tim di Liga Primer. Dilanjutkan Manchester City pada 2006/2007, lalu disambung Wigan Athletic pada musim berikutnya dengan 34 gol. Wigan kembali menjadi pencetak gol paling sedikit pada musim 2008/2009 bersama dengan Sunderland dengan 34 gol.

Tren serupa juga terjadi di Spanyol. Hanya Espanyol yang pada musim 2009/2010, lolos dari jeratan degradasi meski hanya mencetak 29 gol. Dari 10 tahun terakhir, hanya sembilan kesebelasan yang mencetak gol paling sedikit, tapi bisa lolos dari degradasi. Mereka adalah Espanyol (2009/2010), Elche (2013/2014), Deportivo La Coruna (2006/2007, 2009/2010), Granada (2013/2014, 2011/2012), Osasuna (2012/2013), Real Betis (2005/2006), Sporting Gijon (2010/2011), Levante (2013/2014), dan Getafe (2013/2014).

Apa yang sebenarnya terjadi dengan Villa?

Dailymail mengatakan bahwa sulitnya mencetak gol terjadi saat Lambert berkungjung ke Jerman untuk menyaksikan bagaimana Pep Guardiola melatih Bayern. Lambert mengadopsi cara Pep mengistruksikan para pemainnya untuk bermain bola-bola pendek. Hal serupa dicoba Lambert di Villa. Hasilnya adalah benar bahwa mereka melakukan penguasaan bola, tapi kesulitan mencetak gol.

Cara Benteke, Bent, dan Agbonlahor bermain game ini mungkin bisa menjadi solusi. Bagaimana mereka melakukan skema serangan yang berbuah gol. Melihat hasil akhir pertandingan yang 5-3, bisa menjadi simbol bahwa mereka masih ingin mencetak gol. Ya setidaknya dengan bermain game, tiga penyerang ini masih ingat bagaimana caranya melakukan perayaan.







Sumber gambar: dailymail.co.uk

Komentar