Dinamisme Manchester City Singkirkan Real Madrid

Analisis

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Dinamisme Manchester City Singkirkan Real Madrid

Manchester City sukses melaju ke perempat final Liga Champions usai mengalahkan Real Madrid dengan skor 2-1 pada Jum`at (7/8) waktu setempat. Anak asuh Pep Guardiola menegaskan kemenangan dengan skor yang sama di leg pertama sehingga lolos dengan agregat 4-2. Meski Karim Benzema sempat menyamakan kedudukan setelah gol Raheem Sterling, Zinedine Zidane untuk kali pertama tersingkir dari Liga Champions usai gol penentu Gabriel Jesus.

Eder Militao dan Raphael Varane dipercaya menjadi tandem lini tengah tanpa kehadiran Sergio Ramos yang terkena akumulasi kartu. Eden Hazard mengisi sayap kiri dan Rodrygo di kanan. Trio lini depan tim tuan rumah diisi oleh Raheem Sterling, Gabriel Jesus, dan Phii Foden. Di atas kertas, Gabriel Jesus bermain di tengah dengan Sterling di kiri dan Foden di kanan.

VIDEO: Gol-gol Manchester City di Liga Champions



Madrid menerapkan garis pertahanan blok tinggi untuk meredam permainan kaki ke kaki dari City. Ketika bola berada di Ederson, Madrid akan membentuk segitiga untuk menutup opsi umpan pendek City. Benzema dibantu oleh dua gelandang untuk mencegah progresi City ke dua bek tengah maupun Rodri sebagai gelandang bertahan. Hasilnya cukup baik, Ederson dipaksa bermain bola lambung di mana cara tersebut sama sekali bukan ciri khas The Citizens.

Sementara itu, serangan Madrid tidak berjalan dengan baik. Serangan Madrid sangat bertumpu pada Benzema. Lima dari sembilan tembakan diciptakan oleh striker Perancis tersebut, satu di antaranya menjadi gol. Pemain Madrid tidak ada yang melebihi catatan dua dribel dan dua umpan kunci Benzema. Ketergantungan terhadap Benzema membuat Madrid seakan sulit membahayakan gawang City jika Benzema tidak terlibat.

Gol Madrid lahir dari kombinasi antara Benzema dan Rodrygo. Benzema berhasil menemukan Rodrygo di ruang antar lini. Wonderkid Brasil itu kemudian sukses melewati Joao Cancelo dan melepaskan umpan silang yang ditanduk Benzema menjadi gol. Benzema berperan sebagai inisiator sekaligus pencetak gol pada proses gol ini.

Rodrygo yang berada di sisi kanan mengindikasikan bahwa Madrid akan bermain melebar, didukung dengan dua bek sayap yang juga senang melakukan overlap. Tiga gelandang Madrid memiliki kualitas mengumpan yang sangat baik sehingga memudahkan Madrid untuk pindah arah serangan. Namun City sukses mengantisipasi hal ini dengan positioning dan awareness yang baik.

Contohnya pada momen di atas ini ketika Casemiro mencoba untuk memindahkan bola ke kanan. Rodri memosisikan diri dengan baik dan mampu membaca situasi dengan tepat. Body shape Rodri juga tepat untuk memotong bola ke Rodrygo. Hal ini sering terjadi pada babak pertama.

Madrid lebih baik pada babak kedua namun City mampu reshape dengan cepat. Pada menit ke-70, Madrid sempat mendapatkan situasi 3v3 namun lima detik kemudian pemain City mampu membuat mereka jadi unggul jumlah. Alhasil Madrid gagal memanfaatkan situasi sama jumlah di awal momen ini.

Ketika Madrid memegang bola di area sendiri, City melakukan pressing blok tinggi meski tidak se-intens biasanya. City selalu melakukan pressing untuk merebut bola, namun pada pertandingan ini mereka lebih fokus menutup opsi umpan Madrid. Hal yang menjadi pembeda antara pressing City dan Madrid adalah City lebih baik dalam momen merebut bola, yaitu ketika pemain bertahan Madrid tetap mencari opsi bola pendek meski tidak tersedia. Tidak seperti Ederson yang cenderung bermain aman jika opsi umpan pendek tertutup. Hasilnya adalah gol pertama yang dicetak oleh Sterling usai Gabriel Jesus sukses merebut bola dari Raphael Varane.

VIDEO: Highlights pertandingan Manchester City 2-1 Real Madrid

Setelah berhasil merebut bola, City langsung berusaha melakukan progresi dengan cepat. Kevin De Bruyne menjadi tokoh utama dalam fase transisi City. Total De Bruyne sukses membuat sembilan umpan kunci dan tiga sepakan. Kombinasi De Bruyne dengan Foden berhasil menembus lini tengah Madrid untuk kemudian dilanjutkan oleh Sterling atau Gabriel Jesus.

City mampu menguasai bola sebanyak 55% dengan total 20 sepakan, dua kali lipat lebih dari Madrid. Dinamisme City dari berbagai aspek juga sangat berpengaruh bagi kemenangan penting ini. Sementara Madrid justru tampil di bawah standar dengan banyak melakukan blunder dan sering kalah duel.

Madrid Tampil Di Bawah Standar

Manchester City memang lebih dominan dan berbahaya, namun dua gol yang mereka cetak merupakan blunder dari Varane. Gol kedua City sangat murah diberikan oleh Madrid. Varane gagal mengontrol bola lambung dengan baik yang akhirnya sukses dimanfaatkan oleh Gabriel Jesus.

VIDEO: Highlights pertandingan Manchester City 2-1 Real Madrid

Kesalahan tak hanya dilakukan oleh Varane. Carvajal juga tercatat dua kali kehilangan bola dengan mudah. Di lini tengah, Casemiro kerap melakukan salah umpan. Pada pertandingan ini, persentase umpan sukses Casemiro merupakan yang terendah di antara pemain utama Madrid. Gelandang Brasil itu hanya mencatatkan 74% umpan sukses, jauh di bawah standar Casemiro yaitu 84% umpan sukses sepanjang musim. Madrid juga banyak kalah dalam duel. City sukses memenangkan 48 duel sementara Madrid hanya mampu memenangkan 36 duel.

Dinamisme City Dalam Berbagai Aspek

City bermain sangat dinamis sepanjang pertandingan. Tidak hanya dari pergerakan pemain, namun juga dari posisi pemain. Pada babak pertama, posisi pemain City berbeda dengan susunan pemain di atas kertas. Foden bermain di tengah, sementara Gabriel Jesus dan Sterling di sayap untuk memanfaatkan ruang antara bek tengah dan bek sayap Madrid.

Foden kerap turun untuk melakukan kombinasi dengan De Bruyne di middle third. Pergerakan ini membuat Foden seakan menjadi gelandang tambahan untuk melakukan penetrasi dari lini tengah.

Contohnya pada peluang Sterling di menit ke-18 ini. Foden yang turun membuat ia bisa menerima bola dari De Bruyne dan melakukan dribel ke depan. Sterling dan Gabriel Jesus berusaha mengeksploitasi ruang. Sterling akhirnya mendapatkan bola dan berhasil melewati Eder Militao. Sayangnya Sterling justru terjatuh sebelum Casemiro melakukan tekel, alih-alih melepaskan tembakan.

Babak kedua, City kembali ke formasi di atas kertas. Sterling kembali ke sayap kiri. Perpindahan posisi ini cukup merepotkan Madrid. Pada awal babak kedua, Carvajal gagal mengantisipasi pergerakan Sterling yang berusaha menerima umpan terobosan dari De Bruyne. Sterling kemudian mendapatkan peluang emas namun masih mampu dihalau Thibaut Courtois.

Pergerakan dinamis City membuat mereka mampu membuat peluang lewat skema third man run. Peluang De Bruyne di bawah ini contohnya. Ketika Gabriel Jesus turun dan membuat Casemiro naik, De Bruyne memanfaatkan lubang di belakang Casemiro. Ilkay Gundogan memberi umpan terobosan ke De Bruyne setelah menerima umpan dari Rodri. Peluang ini gagal menjadi gol karena Carvajal membuat tekel krusial tepat sebelum De Bruyne akan melepaskan tembakan. City sangat berbahaya dalam menyerang meski pressing tinggi Madrid mampu mengantisipasi build-up dari bawah seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

*

Pertandingan yang sangat menarik terjadi di Etihad Stadium. Kedua tim bermain dengan pressing tinggi dengan baik. Perbedaannya adalah City bermain lebih aman dengan tidak memaksakan umpan pendek ketika tidak tersedia. Serangan City juga sangat dinamis dengan trio lini depan yang rotasi dan dukungan dari lini tengah yang baik. Performa pemain Madrid yang di bawah standar akhirnya membuat City berhasil mencetak dua gol dan melaju ke perempat final.

Komentar