Tiga Gelandang Chelsea akan Mengancam Garis Pertahanan Tinggi Arsenal

Taktik

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Tiga Gelandang Chelsea akan Mengancam Garis Pertahanan Tinggi Arsenal

Arsenal akan melakoni laga berat pada pekan ke-15 Liga Inggris musim 2022/2023 melawan rival satu kota, Chelsea. Laga bertajuk Derbi London ini akan dihelat pada hari Minggu (11/4) di Stamford Bridge pukul 19.00 WIB. Michael Oliver akan memimpin jalannya pertandingan dibantu oleh Jarred Gillet sebagai Video Assistant Referee.

The Blues yang pekan lalu posisinya tergusur oleh Manchester United akibat kalah dari Brighton & Hove Albion bertekad untuk mengembalikan performanya. Denis Zakaria telah kembali ke dalam skuad. Ia tampil sejak menit pertama kala menumbangkan Dinamo Zagreb dalam laga pamungkas fase grup Liga Champions pada pertengahan pekan. Di sisi lain, beberapa pemain kunci seperti Reece James, N’Golo Kante, dan Wesley Fofana masih harus menepi akibat cedera.

Di kubu tim tamu, Mikel Arteta belum lepas dari masalah kebugaran pemain. Takehiro Tomiyasu terancam absen akibat kambuhnya cedera hamstring kala The Gunners berhasil mengunci gelar juara Grup A dalam ajang Liga Eropa UEFA. Kabar baiknya, Oleksandr Zinchenko dan Mohamed Elneny telah kembali ke dalam skuad. Bukayo Saka pun ternyata terhindar dari cedera meski pekan lalu ia harus ditarik lebih dini.

Gambar 1 - Potensi Sebelas Pertama Chelsea dan Arsenal

Gambar 1 - Potensi Sebelas Pertama Chelsea dan Arsenal

Derbi selalu menarik untuk dibahas. Laga yang dihiasi dengan bumbu-bumbu rivalitas klub sekota membuat pertandingan ini kental akan tensi tinggi. Terlebih ada sosok Pierre-Emerick Aubameyang yang sempat menjadi pemain andalan Meriam London selama lebih dari empat musim. Kini, ia membela klub London lainnya dengan markas dan seragam yang berbeda; Stamford Bridge dan biru.

Kemungkinan besar Graham Potter akan menggunakan jasa Auba untuk mengunci kemenangan di kandang sendiri. Bercermin pada laga sebelumnya, ia menggunakan formasi dasar 4-3-1-2 menghadapi Dinamo Zagreb. Hasilnya cukup memuaskan dengan penguasaan bola lebih dari 58 persen, 12 tembakan tepat sasaran, dan dua gol.

Sebelumnya, Potter lebih sering menggunakan formasi tiga bek dan sempat tidak terkalahkan selama lima pertandingan. Tapi, taktik tersebut berhasil dibongkar oleh Roberto De Zerbi pekan lalu hingga mereka menderita empat gol.

Potter kemungkinan besar mempertahankan taktik pada pertengahan pekan untuk melawan Arsenal. Aspek penting dari taktik ini adalah kontribusi tiga gelandang yang diharapkan mengeksploitasi garis pertahanan tinggi milik The Gunners.

Cocok untuk Mengimbangi Lini Tengah Arsenal

Arsenal musim ini tidak banyak melakukan perubahan skema permainan di awal laga. Arteta konsisten dengan formasi dasar 4-3-3 meski secara komposisi pemain tidak selalu sama. Aaron Ramsdale dan Gabriel Magalhaes adalah dua pemain yang tidak tergantikan dan selalu bermain 90 menit. Tempat yang sering mengalami rotasi adalah bek kiri. Nama-nama seperti Kieran Tierney, Zinchenko, dan Tomiyasu saling bergantian mengisi posisi tersebut. Oleh karena itu, performa The Gunners cukup konsisten hingga pekan ke-14.

Salah satu kunci penting dari konsistensi Meriam London adalah lini tengah yang kuat di segala situasi, termasuk menyerang. Thomas Partey, Granit Xhaka, dan Martin Odegaard andal dalam melakukan sirkulasi bola baik dalam kombinasi umpan pendek atau mengirimkan umpan jauh dari satu sisi ke sisi lainnya untuk melakukan perubahan arah serangan (switch) dengan rata-rata akurasi umpan ketiganya mencapai 85 persen. Tidak hanya itu, tiga gelandang tersebut memiliki aspek kreativitas di atas rata-rata. Terbukti kombinasi dari tiga pemain tersebut telah menciptakan 51 peluang.

Walaupun bermain tandang, Arsenal kemungkinan besar akan berusaha mengambil alih penguasaan bola untuk menciptakan peluang sebanyak mungkin. Hal ini perlu menjadi perhatian para pemain The Blues agar berhasil menguasai bola lebih banyak ketimbang sang lawan dan mengembangkan permainan. Salah satu caranya adalah memenangkan duel di lini tengah.

Jika Potter kembali menerapkan tiga gelandang seperti yang ia turunkan kala menjamu Dinamo Zagreb, peluang akan terbuka lebih lebar. Pada pertandingan tersebut, Zagreb juga menggunakan tiga gelandang untuk mendominasi lini tengah. Tapi, sinergi antara Jorginho, Zakaria, dan Mount mampu mengungguli tim tamu. Hasilnya adalah 58,5 penguasaan bola, 89 persen akurasi umpan, dan 22 tembakan, 6 tembakan ke gawang, dan 2 gol. Hasil tersebut adalah hasil terbaik yang Chelsea peroleh selama enam pertandingan terakhir dalam aspek menguasai bola dan menciptakan peluang.

Ketika bertahan, tiga gelandang yang dipasang Potter bertugas untuk mempersempit ruang antar lini atau mengisi half space yang menjadi “ruang bermain” Odegaard dan Xhaka. Dengan demikian, harapannya dua gelandang Arsenal tersebut kesulitan untuk mengirimkan umpan ke arah Gabriel Jesus, Martinelli, atau Saka. Sehingga, pilihan satu-satunya The Gunners adalah melepaskan tembakan dari luar kotak penalti. Pada situasi tersebut, unit pertahanan The Blues lebih unggul karena mereka termasuk salah satu tim yang jarang terancam dari tembakan dari luar kotak penalti. Mereka hanya menderita 42 tembakan dari luar kotak penalti dalam 12 pertandingan yang telah dimainkan.

Mengakomodasi Kecepatan Sterling dan Aubameyang

Nama lain yang patut diperhatikan adalah Raheem Sterling. Ia beberapa kali dipasang sebagai bek sayap dalam format 3-4-2-1. Potter berharap ia mendapatkan banyak ruang untuk mengeksploitasi area flank. Sayangnya, rencana tersebut gagal terutama ketika mereka bertamu ke kandang Brighton pekan lalu. Alih-alih justru flank Chelsea yang dieksploitasi. Salah satu alasanya karena Sterling yang ditugaskan untuk lebih menyerang justru membuat bek tengah terdekat bergerak lebih melebar atau salah satu gelandang bertahan menutup celah yang ditinggalkan Sterling. Hal ini membuat organisasi pertahanan merenggang sehingga lawan menemukan berbagai celah yang bisa dieksploitasi.

Hasil berbeda ketika Sterling diplot sebagai penyerang berduet dengan Aubameyang. Tengah pekan lalu, Sterling tampil cemerlang dengan mencetak satu gol dari satu tembakan ke gawang. Hal ini menunjukan bahwa ia memiliki insting penyerang dan efektivitas. Dua atribut tersebut sangat penting ketika The Blues menjamu Arsenal. Keberhasilan ini berawal dari kehadiran tiga gelandang yang mampu mengakomodasi kecepatan Aubameyang dan Sterling. Hal ini yang patut menjadi perhatian Potter untuk memanfaatkan garis pertahanan The Gunners yang cukup tinggi.

Salah satu cara yang efektif untuk mengakomodasi kecepatan Sterling dan Aubameyang adalah dengan menarik Mason Mount untuk berada di area tengah dan menempatkan Kai Havertz di belakang Auba dan Sterling. Mount yang memiliki aspek kreativitas akan memiliki cukup ruang untuk melakukan sirkulasi dan progresi bola. Sementara Havertz mengisi ruang di antara lini belakang dan lini tengah Arsenal untuk memecah perhatian bek tengah. Pada situasi ini Auba dan Sterling harus jeli melihat celah hasil dari pergerakan Havertz di ruang antar lini.

Andai mereka tidak menguasai pertandingan, mereka tetap memiliki peluang pada saat transisi karena memasang dua pemain yang memiliki keunggulan kecepatan. Selain itu, Mount yang bermain sebagai salah satu tiga gelandang sejajar diharapkan bisa memaksimalkan visi dan akurasi umpannya kepada Aubameyang dan Sterling ketika Chelsea mendapatkan kesempatan serangan balik. Oleh karena itu, kehadiran tiga gelandang sangat penting pada pertandingan ini.

Skema yang Graham Potter terapkan ketika menghadapi Dinamo Zagreb berjalan efektif dan mampu memaksimalkan potensi setiap pemain. Maka dari itu, skema tersebut perlu dipertahankan dan digunakan ketika menghadapi Arsenal. Aspek yang paling penting dari taktik ini adalah peran dari tiga gelandang yang sangat vital. Mereka berpotensi menjadi ancaman terbesar garis pertahanan The Gunners. Tapi pertanyaanya, akankah Potter tetap menggunakan taktik tersebut atau justru menerapkan taktik yang berbeda?

Komentar