Latihan Untuk Melompat Setinggi Ronaldo

Sains

by Redaksi 8

Redaksi 8

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Latihan Untuk Melompat Setinggi Ronaldo

18 Desember 2019 lalu, Ronaldo berhasil mencetak gol ke gawang Sampdoria dan mengamankan 3 poin untuk “si nyonya” tua dengan golnya di menit 45 dari tandukan kepala. Gol tersebut juga menjadi gol ke 55 Ronaldo dari tandukan kepala selama 10 tahun berkarirnya di dunia sepak bola. Tak hanya menambah torehan rekornya, Gol tersebut juga banyak menyita perhatian banyak ahli karena Ronaldo mencatatkan lompatan setinggi 71 sentimeter.

Dalam gol tersebut, Ronaldo berhasil menanduk bola dari umpan silang Alex Sandro yang mana tinggi umpan tersebut mencapai mencapai 2.56 meter atau 12 sentimeter lebih tinggi dari tinggi gawang. 71 sentimeter lompatan yang berhasil ditorehkan Ronaldo juga lebih tinggi dari beberapa pemain NBA. Karena rerata tinggi lompatan pemain NBA hanya di angka 60-70 sentimeter.

VIDEO: Bicara personal branding bareng Pandji Pragiwaksono dan Syamsir Alam



Menurut keterangan Mick Clegg yang merupakan mantan pelatih kekuatan dan kondisi pemain Manchester United, untuk mencapai lompatan setinggi itu pemain harus menggunakan power yang mana adalah kombinasi kekuatan dan kecepatan. Jorge Perez-Gomez & Joes Alcabelt pada penelitainnya tahun 2013 lalu mengatakan untuk meningkatkan performa lompatan vertikal (VJP) diperlukan kecepatan saat lepas landas yang dapat dicapai melalui kontribusi kekuatan otot dan/atau rate of force development (RFD) yang merupakan kemampuan kontraktil otot untuk memproduksi gaya secara cepat.

Jika dilihat secara biomekanika, ada beberapa otot yang berperan untuk memfasilitasi pemain saat melompat. Dalam artikel yang ditulis oleh Sara Lindberg untuk livestrong.com dikatakan bahwa otot quadriceps (terdiri dari rectus femoris,vastus lateralis, vastus medialis, dan vastus intermedius), gluteus, hamstring (terdiri dari semitendinosus, semimembranosus, dan biceps femoris), gastrocnemius, dan soleus merupakan otot-otot utama yang bekerja untuk memfasilitasi gerakan lompatan vertikal (lihat gambar 1).

Namun tak hanya otot-otot di atas, otot batang tubuh juga memegang peranan penting karena gerakan-gerakan yang membutuhkan power, kemampuan atletik, dan koordinasi yang baik seperti lompatan vertikal selalu bergantung dari otot-otot batang tubuh. Tak hanya itu, otot-otot lengan, bahu, dan ekstremitas atas lainnya juga ikut berperan namun tidak dalam porsi besar seperti otot-otot ekstremitas bawah.
Saat kita akan melakukan lompatan, lutut akan sedikit menekuk dan kondisi batang tubuh sedikit condong ke depan untuk mengumpulkan momentum. Quadriceps adalah kelompok otot pertama yang bekerja untuk meluruskan sendi lutut. Kemudian dilanjutkan oleh kerja otot gluteus dan hamstring untuk meluruskan ekstremitas bawah dengan batang tubuh, dan saat telapak kaki mulai jinjit sebelum lepas landas, adalah buah kerja otot gastrocnemius dan soleus.

Kemampuan lompatan vertikal yang dipamerkan Ronaldo saat laga melawan Sampdoria tentu tak datang tiba-tiba. Latihan yang tepat dan berulang-ulang adalah kunci bagaimana Ronaldo mampu menunjukkan performa fisik prima di usianya yang sudah menginjak 34 tahun. Model latihan seperti apa sih yang cocok untuk meningkatkan kemampuan lompatan vertikal?

Latihan Plyometric adalah salah satu jenis latihan yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan lompatan vertical. Dalam beberapa penelitian seperti yang dikutip dalam artikel penelitian Jorge Perez-Gomez & Joes Alcabelt dikatakan bahwa latihan plyometric terbukti meningkatkan kemampuan lompatan vertical hingga 5%-35% untuk subjek tak terlatih, dan 3%-16% pada atlet. Squat jump, countermovement jump, dan drop jump, merupakan beberapa jenis latihan plyometric yang sering digunakan.

Selain plyometric, latihan beban juga merupakan jenis latihan yang memiliki manfaat untuk meningkatkan kemampuan lompatan vertikal. Namun, untuk mendapatkan hasil yang maksimal, disarankan untuk menggunakan beban yang relatif ringan (30-50% dari kemampuan maksimum) pada otot-otot yang memfasilitasi lompatan vertikal terbukti efektif untuk meningkatkan kemampuan lompatan vertikal hingga 18% untuk subjek yang terlatih.

Kembali lagi ke pernyataan Mick Clegg yang mana kemampuan lompatan vertikal saat dipengaruhi oleh power. Untuk memaksimalkan latihan power, kita harus fokus pada kualitas bukan kuantitas. Kenapa? Karena power merupakan mekanisme yang kompleks yang membutuhkan progres secara perlahan-lahan. Dalam penelitian Anthony N Turner pada tahun 2009 dijelaskan bahwa untuk mencapai hasil maksimal dari latihan power, atlet hanya dianjurkan untuk melakukan satu gerakan dalam 3 kali repetisi per set, dengan beban latihan sebanyak 5 set, dan interval istirahat 3 menit untuk setiap set. Selain itu, untuk memastikan atlet melakukan gerakan yang berkualitas, antar repetisi dianjurkan untuk diberikan jeda setidaknya 10 detik tergantung tingkat kesulitan gerakan.

Komentar