Bolehkah Bermain Sepakbola Saat Hamil?

Sains

by Redaksi 15

Redaksi 15

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Bolehkah Bermain Sepakbola Saat Hamil?

April 2020, Alex Morgan diperkirakan akan menyambut kelahiran anak pertamanya. Sekitar tiga hingga empat bulan kemudian, tepatnya 22 Juli 2020, pertandingan sepakbola perempuan di Olimpiade Tokyo dimulai. Februari 2020, hanya dua bulan sebelum Morgan melahirkan anak pertamanya, sebuah video beredar memperlihatkan pemain Tim Nasional Amerika tersebut mulai berlatih di lapangan.

Dengan kondisi hamil tujuh bulan, Morgan melakukan latihan ringan. Melakukan beberapa operan di ujung kotak penalti sebelum berputar masuk dan menendang bola ke gawang. Baik itu dengan kaki kiri ataupun kanan. Pertanyaan pun muncul, bolehkah pesepakbola yang sedang mengandung bermain dan berlatih?

Morgan jelas bukan pesepakbola pertama yang mengandung di tengah karier profesionalnya. Menikah dengan mantan gelandang Los Angeles Galaxy, Servando Carrasco, pada Desember 2014, pengumuman tentang kehamilan Morgan muncul di Oktober 2019. Sekitar tiga bulan setelah dirinya memberikan gelar Piala Dunia ke-empat untuk Amerika Serikat. Dari 23 pemain yang mewakili Amerika Serikat di turnamen tersebut, hanya satu berstatus seorang ibu, Jessica McDonald.

VIDEO: Profil Tim Nasional Perempuan Amerika Serikat



Belajar dari pengalaman McDonald, kecil peluang bagi pesepakbola yang mengandung untuk bisa tetap bermain. “Saat itu muncul pikiran bahwa karier saya selesai,” aku penyerang kelahiran 28 Februari 1988 yang mengetahui dirinya hamil saat sedang cedera lutut.

Waktu McDonald mengandung (2011), paham bahwa aktivitas berat seperti olahraga berbahaya saat hamil memang populer. McDonald sendiri juga mengakui bahwa paham inilah yang membuat dirinya putus asa. “Menurut keilmuan yang ada, mustahil saya bisa main sepakbola profesional lagi,” katanya.

Hamil sering kali menjadi tanda bagi atlet perempuan bahwa sudah saatnya untuk mereka pensiun. Tak semua melakukannya, tapi banyak atlet memutuskan berhenti karena hamil. McDonald sendiri baru bisa mendapat semangat bermain lagi setelah anaknya, Jeremiah, lahir. Sebelum itu dia vakum bermain dan hanya aktif melatih anak-anak.

Hal serupa juga dialami gelandang serang Amerika Serikat, Amy Rodriguez. Ia bahkan tidak sadar bahwa dirinya sedang mengandung dan tetap membela negaranya di pertandingan uji coba melawan Tiongkok. Pertandingan ke-100 Rodriguez bersama Tim Nasional Amerika Serikat. “Saya sama sekali tidak tahu soal itu. Ketika tahu, saya senang tapi juga takut. Apakah saya bisa tetap bisa bermain seperti dulu? Pasalnya, saya sudah tidak dapat mengontrol perkembangan tubuh lagi”.

“Hamil sama seperti cedera, ada rasa gatal melihat pemain-pemain lain melanjutkan hidup mereka tanpa Anda. Walau tidak pernah berpikir pensiun, kondisi mental saya menurun drastis. Saya merasa tidak mungkin merasakan kesuksesan yang sama seperti saat meraih medali emas di Olimpiade 2012,” tulis Rodriguez di Player’s Tribune.

Beruntung McDonald dan Rodriguez tidak putus asa dan gantung sepatu. Pasalnya, setelah melahirkan mereka merasakan masa-masa terbaik dalam karier masing-masing. Rodriguez berhasil menjuarai liga dua kali berturut-turut (2014,2015) dengan Kansas City sebelum membantu Amerika Serikat juara Piala Dunia 2015 di Kanada. Sedangkan McDonald sukses menjuarai liga dan musim kompetisi reguler masing-masing tiga kali sebelum membantu Amerika Serikat mempertahankan gelar juara dunia bersama Alex Morgan.

https://twitter.com/BleacherReport/status/1225133715761836034">

Cukup lama waktu berlalu dari masa kehamilan Rodriguez, McDonald, hingga akhirnya disusul Morgan. Bidang keilmuan pun sudah mulai memperbarui paham mereka tentang olahraga ketika hamil. Hal itu bukan lagi sesuatu yang harus dihindari oleh para calon ibu. Pada Oktober 2018, Gretchen Reynolds dari New York Times bahkan pernah menulis bahwa mendaki Gunung Everest sekalipun tidak akan menjadi masalah bagi perempuan yang sedang mengandung. Padahal dulu, detak jantung sampai 140 kali per menit saja sudah disebut masalah.

Presiden Bidang Kebidanan, Ginekologi, dan Kesehatan Perempuan Universitas St.Louis Raul Artal sempat melakukan penelitian bersama dokter-dokter lainnya bahwa untuk kesehatan janin dan juga perempuan yang sedang mengandung, detak jantung sebisa mungkin dijaga di bawah 140 kali per menit. Jika tidak, besar peluang bagi mereka kekurangan oksigen. Penelitian itu dilakukan pada 1985 dan masih banyak yang mempercayai hal tersebut.

Masalahnya untuk kebanyakan atlet, sangat sulit untuk bisa memenuhi hal tersebut. Mantan bintang basket Amerika Serikat Candace Parker mengatakan bahwa saat bermain, jantungnya bisa berdetak 170 kali dalam semenit. Jika harus menjaganya di bawah 140, sama saja tidak berlatih. Parker mengatakan dengan hanya berjalan biasa saja, jantungnya bisa berdetak 140 kali per menit.

Kepada ESPN, Artal pun melakukan revisi atas temuannya tersebut. Menurutnya dulu ada beberapa hal yang terlalu rinci dalam penelitiannya, seperti menjaga suhu badan dan detak jantung. Padahal ia sadar bahwa mustahil bagi manusia untuk menjaga hal-hal seperti itu.

“Mengandung bukanlah alasan untuk mengunci diri. Selama para atlet tidak merasa ada gangguan dalam tubuhnya, tetap lakukan saja seperti biasa. Itu dulu temuan di 1985, entah kenapa sampai sekarang masih ada yang mempercayainya,” kata Artal.

Mantan penyerang Tim Nasional Amerika Serikat Kristine Lilly juga mendukung revisi Artal. “Saat saya mengandung, sempat ada pikiran soal pensiun. Orang-orang sekitar selalu mengatakan jangan ini, tidak boleh begitu, tapi dokter saya tak pernah mengatakannya. Ia hanya bilang, jangan berlatih terlalu keras, jaga tubuh Anda, makan sehat, dan minum yang banyak,” jelas Lily.

Pada dasarnya memang hanya itulah yang dibutuhkan. Jangan terlalu lelah, jaga kondisi tubuh, makan sehat, minum yang banyak, hamil atau tidak hal tersebut dibutuhkan. Tapi untuk pemain yang sedang mengandung, hal ini harus benar-benar diperhatikan. Pasalnya, tubuh mereka dikonsumsi oleh janin yang ada di tubuhnya. Jadi harus dipastikan bahwa mereka tidak kekurangan cairan dan mengkonsumsi makanan sehat.

Bahkan menurut Nancy Baker, salah satu pendiri situs Childmode, para atlet bisa menjaga bentuk tubuh mereka sekaligus mempersiapkan otot untuk masa pengiriman saat melahirkan. Lagipula kandungan Alex Morgan sudah berusia tujuh bulan. Memasuki masa-masa itu, semua pembentukan penting sudah selesai. Hal-hal yang masih terjadi adalah penguatan tulang dan penumbuhan rambut. Pada bulan ke delapan, baru kandungan mengalami perubahan posisi, bersiap untuk dilahirkan.

FIFA selaku organisasi yang menaungi sepakbola dunia juga hanya memberikan peringatan bahwa setiap atlet harus memikirkan risiko yang berpeluang terjadi pada mereka dan kandungannya sebelum memilih untuk bermain atau tidak. Hanya sekedar peringatan. Jadi tidak ada alasan untuk para atlet perempuan berhenti berlatih apalagi pensiun karena hamil. Kecuali mereka ingin mengubah fokus dari urusan karier jadi keluarga, itu pilihan pribadi.

Tapi buat Alex Morgan yang dengan semangat menatap Olimpiade 2020, latihan bukanlah masalah. Legenda Tim Nasional Amerika Serikat Julie Foudy bahwa percaya latihan ini akan membantu Morgan mendapatkan tempat di pesawat menuju Tokyo. “Saya melahirkan dua anak dan keduanya sesar. Jika Morgan sesar, peluangnya untuk ke Olimpiade sangat kecil. Pasalnya akan butuh waktu empat sampai enam pekan untuk bisa aktivitas normal lagi setelah operasi,” buka Foudy.

“Apabila dirinya melahirkan dengan normal, besar kemungkinan dirinya langsung kembali merumput. Keaktifan tubuh akan menentukan apakah ia harus menjalani sesar atau bisa melahirkan dengan normal dan kita lihat sendiri dirinya begitu aktif,” tutup mantan gelandang yang membela Amerika Serikat lebih dari 250 kali itu.

Komentar