Bermain Seperti Ajax Amsterdam Alasan Sheffield United Sukses

Analisis

by Redaksi 15

Redaksi 15

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Bermain Seperti Ajax Amsterdam Alasan Sheffield United Sukses

Sheffield United tengah berada di atas angin. Leicester City dan Liverpool kesulitan menghadapi anak-anak asuh Chris Wilder. Chelsea dan Tottenham Hotspur ditahan imbang oleh mereka. Bahkan Arsenal harus tertunduk malu setelah kalah dari The Blades 0-1 pada Oktober lalu. Kesebelasan yang awalnya diprediksi akan jadi salah satu penghuni papan bawah Liga Primer Inggris 2019/2020 nyatanya duduk di peringkat kelima klasemen sementara. Mereka mengoleksi 17 poin dari 12 pertandingan.

Keberhasilan Sheffield United di paruh pertama Liga Inggris dapat dilihat dari berbagai sudut. Mulai dari otak jenius Chris Wilder, mayoritas pemain yang telah mengenal satu sama lain sejak bermain di divisi dua, hingga sistem permainan yang mereka terapkan di atas lapangan.

Menggunakan 3-5-2 sebagai formasi utama, berbagai pihak melihat satu hal unik dari pola permainan John Lundstram dan kawan-kawan. Dua bek tengah yang mengawal gawang Dean Henderson diizinkan untuk mengubah posisi mereka dan membantu serangan alias centre-back overlapping.

Live Streaming Sheffield United vs Manchester United

Ketika melihat formasi 3-5-2 di atas kertas, tentu akan sangat sulit untuk melihat bahwa dua dari tiga bek tengah tersebut diberi keleluasaan untuk maju. Biasanya justru para gelandang yang diposisikan pada area sayap ikut mundur membantu pertahanan. Hal ini membuat 3-5-2 dikenal sebagai bentuk dasar saat menyerang. Sementara saat bertahan, mereka akan menggunakan 5-3-2 dengan dua pemain yang ada di sayap mundur menjaga kedalaman.

Wilder juga terlihat tidak asing dengan pola tersebut. Enda Stevens dan George Baldock yang diposisikan sebagai gelandang sayap aslinya merupakan seorang bek. Jadi tidak akan ada masalah bila saat The Blades diserang, mereka mundur menjaga pertahanan. Akan tetapi, hal seperti ini memberikan dampak negatif kepada lini serang. Hanya ada sedikit opsi di lini depan.

Sheffield United bahkan pernah dikritik bahwa mereka berusaha main aman menjadi lebih defensif usai mengamankan tiket ke Liga Primer Inggris. Padahal saat bermain di EFL Championship, The Blades adalah salah satu kesebelasan paling menghibur di liga. Mereka bermain terbuka, banyak menyerang pertahanan lawan, bahkan memiliki ekspektasi rataan gol mencapai 1,7 per pertandingan.

Wilder tentu membantah anggapan tersebut. “Saya tidak setuju. Silakan lihat per pertandingan. Jika saat melawan Liverpool kami main bertahan, itu sudah menjadi pilihan paling masuk akal. Apakah Anda akan bermain terbuka saat melawan kesebelasan yang dikenal memiliki serangan balik terbaik di liga? Saya rasa tidak,” kata Wilder.

“Pertandingan melawan Watford mungkin berakhir tanpa gol. Tapi mereka bermain dengan delapan bek dan dihuni pemain-pemain berkualitas. Sheffield United datang dengan anggapan bahwa kami memiliki level kompetitif yang sama dengan kesebelasan Liga Primer lain. Seperti Arsenal, ketika mereka lengah, pasti kami memaksimalkannya. Tapi kami datang dari Divisi Championship, setiap poin berharga di sini [Liga Primer Inggris],” jelasnya.

Sebagai suplemen dari permainan "defensif" Sheffield United di Liga Primer Inggris, dua dari tiga bek tengah yang mereka miliki pun diberi keleluasaan untuk bergerak maju ke depan. Tapi ini bukanlah sembarang maju. Mereka sudah memiliki skema dasar (3-5-2). Apapun yang terjadi hal itu tetap harus dijaga. Jadi ketika bek tengah mereka maju, pasti ada pemain lain yang siap melapisi posisi mereka.

Mengingat mobilitas pemain sayap yang harus rajin naik-turun di atas lapangan, kehadiran para bek di lini tengah Sheffield United memberikan opsi agar serangan mereka tidak mudah terhenti. Bek tengah Sheffield United bisa duduk di tengah dan membiarkan para gelandang lebih naik ke area lawan, atau langsung naik mengisi posisi sayap yang ditinggalkan Stevens ataupun Baldock.

https://twitter.com/goal/status/1190767931027808256">

“Fokus kepada ‘overlapping centre back’ membuat kita tidak melihat alasan utama Sheffield United begitu efektif di Liga Primer 2019/2020,” tulis Michael Cox di The Athletic.

Alasan utama The Blades dapat menjadi kuda hitam di Liga Primer 2019/2020 bukan kebebasan bek tengah yang diberikan oleh Wilder. Itu hanyalah bagian dari sebuah sistem; Sistem di mana pemain-pemain Sheffield United harus menutup celah yang ditinggalkan satu sama lain atau membuka ruang untuk sesama mereka, terlepas dari posisi masing-masing. Selama mengarungi EFL Championship 2018/2019, area sayap merupakan lahan basah untuk pemain-pemain Sheffield United. Namun, mereka tidak bisa hanya mengandalkan dua pemain sayap yang harus terlibat dalam setiap fase pertandingan. Oleh karena itulah ada keleluasaan yang diberikan kepada setiap pemain.

Perubahan posisi para bek tengah Sheffield United hanya menjadi hal yang paling mencolok dari hal itu. Pasalnya, melihat bek tengah ikut naik membantu serangan saat tim mereka menggunakan pola 3-5-2 bukanlah hal yang lumrah. Padahal, pemain lain juga mengisi pos sesama mereka meskipun di luar posisi aslinya. Aneh memang, tapi Wilder membuat Sheffield United tampil seperti Ajax Amsterdam: Siapapun bisa ada di mana saja selama dibutuhkan.

“Pesan saya selalu sama, jaga keseimbangan dan warnai hal itu dengan performa kalian. Kita ada di Liga Primer Inggris, siapapun lawan yang dihadapi jangan takuti mereka. Nikmati saja,” kata Wilder. Hasilnya pun terlihat di klasemen liga dan ruang ganti pemain.

“Chris Wilder percaya bahwa kami bisa bersaing dengan mereka yang ada di papan atas. Dirinya bahkan sering kesal jika kami melakukan kesalahan kecil. Tapi ia membuat kami seperti saudara. Kami selalu ada untuk sesama. Selama Wilder ada di sini, saya akan terus bersama dia. Menurut saya, tidak ada jalan lain selain naik untuk kami,” aku Enda Stevens.

Live Streaming Sheffield United vs Manchester United

Komentar