Untuk Appie #34

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Untuk Appie #34

Ajax Amsterdam berpesta merayakan keberhasilan mereka menjuarai Eredivisie 2018/19 pada Kamis (16/5) dini hari WIB. Kemenangan atas De Graafschap (4-1) mengokohkan Ajax di puncak klasemen dengan unggul tiga poin dari PSV Eindhoven. Titel ini menjadi titel Eredivisie ke-34 mereka. Titel ke-34 itu pun mereka persembahkan untuk pemilik nomor 34 Ajax yang telah pensiun dini, Abdelhak Nouri.

"Nouri akan selalu ada bersama Ajax," kata pelatih Ajax, Erik Ten Hag. "Dia telah menjadi bagian dari mereka [para pemain]. Mereka sudah menjadi keluarga baginya."

Nouri sejatinya merupakan bagian dari generasi emas Ajax yang fenomenal saat ini. Pemain yang akrab disapa Appie ini merupakan pemuda asli Amsterdam. Dia merupakan salah satu bintang dari alumnus akademi Ajax generasi 97, bersama dengan Frenkie De Jong dan Donny van de Beek.

Sebelum promosi ke tim senior, Appie merupakan bagian dari skuat emas Jong Ajax 2016/17 bersama De Jong, Van de Beek, Justin Kluivert, Andre Onana, Carel Eiting, Vaclav Cerny, Noussair Mazraoui, David Neres, Ezra Walian, Davinson Sanchez, Jairo Riedewald, Kenny Tete dan Matthijs De Ligt. Kecuali Kluivert, Davinson, Tete dan Ezra yang telah pindah, rekan-rekannya itu merupakan bagian dari skuat Ajax yang berhasil meraih double winner pada musim ini.

Seharusnya Appie juga menjadi bagian dari Ajax yang sensasional musim ini. Seharusnya Appie pun mengangkat dan mencium piala seperti rekannya yang lain. Seharusnya Appie bahagia karena telah membawa Ajax kembali juara. Seharusnya lagi, Appie jadi pemain yang sedang diminati kesebelasan besar lain seperti De Jong, De Ligt, Van De Beek dan lain-lain.

Appie merupakan kreator serangan Jong Ajax 2016/17. Dalam formasi 4-3-3, pemain yang juga berdarah Maroko ini merupakan kompatriot De Jong dan Van De Beek di lini tengah. Jong Ajax finis di urutan dua Eerste Divisie kala itu. Appie yang bermain sebanyak 28 kali mencetak 10 gol dan 11 asis. Dia pun dinobatkan sebagai pemain terbaik Eerste Divisie 2016/17.

Saat itu Appie sudah di ambang pintu karier emasnya. Dia sudah promosi ke tim senior dan beberapa kali tampil di Eredivisie. Bahkan dia juga tercatat sebagai bagian dari skuat Ajax yang menjadi runner-up Liga Europa 2016/17, kalah oleh Manchester United di final. Dengan penampilannya yang luar biasa sepanjang musim 2016/17, dalam waktu dekat, Appie tampaknya sudah akan berseragam kesebelasan besar Eropa.

Sayangnya Appie tak bisa mewujudkannya. Tak akan pernah. Pra-musim 2017 yang seharusnya menjadi persiapan bagi kariernya yang lebih hebat, menjadi pra-musim yang mempertemukannya dengan bencana besar pada kariernya. Pada 6 Juli 2017, di laga melawan Werder Bremen, dia kolaps di atas lapangan dan langsung tak sadarkan diri.

Tindakan cepat pihak klub yang langsung membawa Appie ke rumah sakit menggunakan helikopter tak mampu menyelamatkan kariernya. Berdasarkan hasil pemeriksaan, dia didiagnosa mengalami cardiac arrhythmia. Otaknya mengalami kerusakan permanen. Sampai akhirnya kondisinya terus memburuk dan mengalami koma. Dia tidak bisa lagi bermain sepakbola. Dia harus pensiun di usia 20 tahun.

"Buruk, benar-benar buruk. Duka kami untuk orang tua, keluarga, serta kerabat dekat Nouri juga," kata CEO Ajax, Edwin Van der Sar. "Duka juga untuk Ajax, meski kami tahu bahwa kondisi seperti ini bisa saja terjadi kapanpun. Abdelhak Nouri adalah salah satu talenta terbaik yang kami miliki, dan kami tidak pernah menduga bahwa ia akan mengalami hal seperti ini."

Sepakbola dunia berduka atas kejadian yang menimpa Appie. Apalagi terkhusus bagi mereka yang mengenalnya secara langsung. Tidak ada yang menyangka Appie mengalami kondisi yang membuatnya tidak bisa bermain sepakbola lagi. Karena seminggu sebelumnya, dia lolos tes medis tahunan Ajax tanpa ada sedikitpun masalah yang mengganggunya.

"Kami menyebutnya Appie. Kami bermain bersama di Ajax," kata Timoty Fosu-Mensah. "Kami teman, lebih dari itu kami saudara. Buat semua yang mengenalnya, dia adalah saudara. Setiap kami bermain, dalam turnamen apapun, dia selalu memenangkan gelar pemain terbaik turnamen. Kalaupun bukan yang terbaik, dia salah satu yang terbaik."

Bentuk kehilangan Appie bagi rekan-rekan dekatnya adalah tak sedikit dari mereka yang menggunakan nomor punggung 34, nomor punggung yang dikenakan Appie, ketika hijrah ke klub baru. Kluivert, Kevin Dijks, Amin Younes, Philippe Sandler adalah beberapa di antaranya.

Karier sepakbola Appie mungkin sudah berakhir. Tapi Appie terus menjadi bagian dari sepakbola Ajax. Ajax tidak akan pernah melupakan salah satu talenta terbaiknya. Karena itu juga per 2018 lalu mereka mengubah nama gelar pemain terbaik akademi Ajax menjadi Abdelhak Nouri Trofee. Ryan Gravenberch jadi pemain pertama yang mendapatkan gelar ini.

Kondisi Appie kini telah membaik. Pada Agustus 2018 untuk pertama kalinya dia terbangun dari koma, yang artinya ia sempat tak sadarkan diri selama lebih dari satu tahun. Meski belum bisa berbicara normal, dia mulai bisa membuka mulut dan menggerakkan alis untuk merespons komunikasi dengan orang-orang terdekatnya.

Keluarga dan semua rekan dekatnya kini tinggal berharap Appie bisa kembali menjalani kehidupan normal. Appie harus tahu bahwa rekan-rekannya telah cukup berhasil. Appie harus tahu bahwa Ajax telah kembali jadi tim sepakbola yang ditakuti di Eropa. Yang paling penting, Appie harus tahu bahwa dia tetap menjadi bagian dari sepakbola Ajax dan memori tentang kehebatan seorang Appie akan terus hidup.

#StayStrongAppie.

foto: Twitter @AFCAjax


Simak tips beraktivitas fisik selama bulan Ramadan dari Rochi Putiray:


Komentar