Drama Baru Bernama VAR

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Drama Baru Bernama VAR

Oleh: Bayu Diktiarsa Pratama

Tembakan keras Frank Lampard dari luar kotak penalti gagal diantisipasi oleh Manuel Neuer. Laju bola tepat masuk di belakang garis gawang Jerman saat kedudukan 2-1, artinya bila masuk sepakan keras Lampard membawa asa Inggris lolos ke semifinal piala Piala Dunia 2010.

Seperti yang sama – sama kita ketahui, bola masuk tidak disahkan. Wasit tidak menganggapnya sebuah gol. Rekaman diputar berulang – ulang di layar kaca, bisa terlihat oleh penonton layar kaca. Namun tidak di stadion, tidak kepada wasit. Akhirnya Inggris kalah 4 – 1 dan akhirnya Jerman maju ke babak berikutnya. Semua berkata “Inilah Drama di Sepakbola.

Tidak disahkannya gol Frank Lampard saat itu membuka wacana baru tentang penerapan teknologi di sepakbola. Perdebatan muncul. Penggunaan teknologi diklaim akan mengurangi kontroversi keputusan wasit di Sepakbola. Bagi yang kontra sepakbola adalah permainan manusia, kesalahan itulah yang menjadi cita rasa. Sepakbola butuh drama.

Perdebatan terus bergulir. Di saat bersamaan, sepakbola kemudian memperkenalkan Goal Line Technology hingga Video Assistance Referee (VAR).

VAR resmi diperkenalkan pada Piala Konfederasi 2017. Hasilnya, banyak keputusan kontroversial yang awalnya wasit ragu kemudian meminta waktu untuk melihat tayangan ulang video di pinggir lapangan. Keputusan diambil, apakah penalti, handsball, bola masuk, offside, kartu merah dan keputusan penting lainnya dengan pertimbangan video ulang.

Banyak orang menyangka VAR akan menghilangkan sisi drama di sepakbola. Ternyata tidak. Drama tidak hilang, namun ia shifting atau berubah bentuk ke drama – drama baru di sepakbola.

VAR mengubah lakon drama di sepakbola. Mungkin kita tidak akan melihat lagi gol "Tangan Tuhan" seperti Maradona atau Benzema ketika membawa Prancis lolos play-off pada Piala Dunia 2014. Di Piala Dunia 2018, gol Griezmann disahkan ketika melewati garis gawang dengan bantuan Goal Line Technology. Pemain Iran yang merayakan gol dengan suka cita saat melawan Spanyol akhirnya batal ketika wasit menganulir gol mereka. Titik putih yang ditunjuk wasit setelah Neymar jatuh dianulir karena dinyatakan sebagai diving setelah meninjau VAR. Serta berbagai keputusan di Piala Dunia 2018 membuat kita mengambil kesimpulan bahwa drama baru telah tercipta di sepakbola.

Ramai – ramai pegiat sepakbola mengklaim penggunaan VAR di sepakbola penting untuk dilakukan. Bagi wasit, penggunaan VAR membuat wasit lebih benar bukan lebih adil. Bagi penonton, VAR akan membawa kita akan sebuah keputusan ilmiah yang mereduksi kelemahan indera manusia. Walau banyak penonton yang akhirnya kecewa namun melihat fakta mereka tidak memberi protes secara berlebihan. Akhirnya VAR mulai dipromosikan ke berbagai level sepakbola.

Liga Champions 2019 : Manchester City vs Tottenham Hotspur

Manchester City melawan Tottenham Hotspur, 17 April 2019 waktu setempat atau 18 April 2019 dini hari waktu Indonesia leg kedua babak perempat final Liga Champions 2019. Manchester City harus mengejar ketertinggalan 1 gol pada leg pertama yang berkesudahan 1 – 0 di kandang Tottenham. Gol Raheem Steerling menit ketiga membuka asa bagi anak asuh Guardiola untuk melaju terus. Bayang – bayang Quadruple seakan di depan mata publik Etihad Stadium. Pep tetap tenang begitupula Pochettino.

Drama. 10 menit berselang skor berubah menjadi 1 – 2 setelah brace Son berhasil mengembalikan keadaan sekaligus membuat agregat menjadi 1 – 3 yang artinya City harus mencetak tiga gol lagi untuk melaju ke babak berikutnya. Pep bangun dari bench dan memberikan instruksi ke anak asuhnya. Seperti kita ketahui bersama gol dari Bernardo Silva dan Raheem Sterling mengembalikan keadaan menjadi 3 – 2 di menit ke-21. Artinya hanya satu gol lagi untuk membalikkan skor, dan tentu bagi penonton sebuah sajian menarik terjadi di pertandingan tersebut.

Drama yang terkesan out of topic terjadi, namun pemegang hak siar televisi swasta di Indonesia sudah lebih dulu memilih menayangkan pertandingan lain yakni Porto vs Liverpool. Alhasil, sumpah serapah warganet muncul di media sosial dengan menyatakan RCTI menyesal menayangkan pertandingan tersebut.

Aguero berhasil membalikkan keadaan dengan sepakan keras dari dalam kotak penalti pada menit 59. City mulai beradu strategi dengan menarik David Silva dengan Fernandinho untuk menyeimbangkan lini tengah mereka. Sementara Spurs tetap berharap pada Fernando Llorente yang telah masuk menggantikan Sissoko di akhir babak pertama.

Namun Llorente berhasil mencetak gol dengan “paha”-nya pada menit 73. Protes dilayangkan pemain City sebab bola dianggap menyentuh tangan Llorente sebelum gol tercipta. Ragu atas keputusannya, wasit melihat VAR, tapi ia tetap mengesahkan gol tersebut. Artinya City harus kembali mencetak gol. VAR berperan, drama tercipta tapi belum selesai.

Sementara pada pertandingan lain, Liverpool sudah pasti lolos atas keunggulan mereka 1 – 4 di kandang Porto. Semua mata penggemar sepakbola berpindah ke layar streaming masing – masing. Dalam hitung – hitungan, City mampu mencetak gol balasan di 15 menit jelang bubaran. Alhasil dua pemain belakang dimasukkan Pochettino yakni Ben Davies dan Davinson Sanchez serta bermain agak defensif.

Digempur sehari – semalam, Sterling berhasil mencetak gol setelah menerima asis dari Aguero yang sebelumnya menerima umpan Bernardo Silva hasil blunder Christian Eriksen. Selebrasi pecah di penghujung laga, Pep Guardiola berlari, pendukung City teriak, dan pemain Tottenham tertunduk lesu.

Namun, layar besar di stadion menyala. Wasit menganulir keputusannya: NO GOAL. VAR menunjukkan Aguero telah terperangkap offside terlebih dahulu.

Twist, nasib berputar. Pochettino melepas jasnya. Pep tertunduk lesu seakan tidak percaya. Gemuruh tersebut hilang berganti tangis pendukung Manchester City diganti dengan wajah sumringah pemain Tottenham. Seperti yang kita ketahui, Tottenham berhasil unggul gol tandang walau kalah 4 – 3. Jangan lupa, komentator Inggris hingga Arab Saudi menyeru “This is a drama! This is Champions League!” atau “Masya Allah, Masya Allah! Ya, Karim! Drama, Drama, Champions League!”

Drama baru terjadi di sepakbola, melihat kejadian Kamis dini hari tentu membawa kita ke dalam babak baru sepakbola dunia. Drama yang tercipta plot twist dua tim terjadi di penghujung laga.


*Penulis merupakan penikmat sepakbola dan politik. Aktfi di media sosial dengan akun @bayudiktiarsa.

**Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.


Simak cerita dan sketsa adegan Rochi Putiray tentang cara menjadi suporter yang baik:


foto: goalball.com

Komentar