Nicolas Pepe dan Calon-calon Bintang Baru dari Lille

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Nicolas Pepe dan Calon-calon Bintang Baru dari Lille

Lille mengalahkan Paris Saint-Germain (PSG) dengan skor telak 5-1 pada pekan ke-32 Ligue 1, Minggu (14/04). Tentu itu hasil yang luar biasa dan di luar dugaan. Betul PSG masih tak tergoyahkan di puncak klasemen. Tapi kemenangan itu semakin mengukuhkan kualitas pemain-pemain muda Lille yang memang tampil impresif sepanjang musim 2018/19 ini.

Lille kini menempati peringkat dua klasemen sementara Ligue 1. Saat artikel ini ditulis, mereka tengah unggul lima poin dari peringkat tiga, Olympique Lyon. Padahal, Lille masih defisit satu laga dibanding Lyon. Walau memang untuk jadi juara agak mustahil karena dalam enam laga sisa mereka terpaut 17 poin dari PSG.

Tapi jelas apa yang dicapai Lille musim ini sudah menjadi sebuah prestasi. Walau pernah juara pada musim 2010/11, belakangan prestasi mereka terus melorot. Bahkan musim 2017/18 lalu mereka nyaris terdegradasi. Beruntung tiga kemenangan beruntun pada empat laga terakhir membuat mereka keluar dari zona degradasi dan menempati peringkat 17, satu strip di atas zona degradasi dan hanya terpaut satu poin dari Toulouse yang duduki peringkat 18.

Nyaris degradasi membuat sejumlah pemain kunci memilih hengkang pada musim 2018/19. Yves Bissouma, Ibrahima Amadou, Kevin Malcuit adalah beberapa di antaranya.

Kepergian mereka nyatanya menjadi berkah bagi para pemain muda Lille. Cristophe Galtier yang dipertahankan sebagai pelatih tahu bahwa para pemain mudanya cukup potensial untuk bersaing di Ligue 1.

Statistik Nicolas Pepe dan Kawan-kawan

Ada empat pemain yang sampai pekan ke-32 selalu dimainkan Galtier. Mereka adalah Mike Maignan (23 tahun), Nicolas Pepe (23), Jonathan Bamba (23), dan Jonathan Ikone (20). Bamba dan Ikone adalah dua dari sembilan pemain baru yang didatangkan Lille musim ini. Ikone yang direkrut dari PSG jadi pemain termahal, walau "hanya" berbanderol 5 juta euro.

Meski penjualan pemain mencapai 69 juta euro, Lille memang tak berinvestasi banyak lewat pembelian pemain anyar. Toh, mereka pun hanya menghabiskan kurang dari 10 juta euro untuk pemain baru. Jose Fonte, Jeremy Pied, Rafael Leao, dan Bamba direkrut tanpa biaya transfer alias gratis. Galtier membeli pemain hanya untuk menambal kepergian para pemain kunci, yang ternyata didapatkan dengan harga murah sehingga secara finansial Lille diuntungkan.

Lewat formasi dasar 4-2-3-1, Galtier menemukan komposisi terbaik untuk timnya. Leao (19 tahun), Bamba, Ikone, dan Zeki Celik (22) jadi empat pemain anyar yang cukup diandalkan Galtier. Bersama Maignan, Pepe, Xeca dan Fode-Ballo Toure, Lille pun kerap menurunkan susunan pemain dengan rataan usia sekitar 24 tahun.

Lille sendiri di Ligue 1 menjadi kesebelasan kedua termuda dengan rataan 24,2 tahun, hanya kalah dari OGC Nice (24,1 tahun). Para pemain senior seperti Jose Fonte (35 tahun), Loic Remy (32), Pied (30), Thiago Henrique Mendes (27), dan Adama Soumaoro (26) membuat Lille seimbang secara pengalaman bermain.

Duet Fonte dan Soumaoro, misalnya, membuat lini pertahanan Lille kokoh. Mereka baru kebobolan 28 gol, paling sedikit kedua di Ligue 1, setelah PSG (26). Maignan sang kiper pun mencatatkan 11 nirbobol, terbanyak keempat setelah Walter Benitez (Nice), Edouard Mendy (Reims) dan Ludovic Butelle (Angers).

Menurut catatan Wyscout, Lille jadi kesebelasan tersedikit mendapatkan tembakan lawan (shot against/conceded). Dalam 32 pertandingan, Lille "hanya" mendapatkan 288 ancaman, jauh lebih sedikit dari PSG yang mencatatkan 300 shot against. Jika dirata-ratakan, Lille mendapat ancaman kebobolan 8 kali per laga.

Masih menurut catatan Wyscout, Mendes dan Jose Fonte masuk ke dalam daftar 20 pemain Ligue 1 dengan jumlah intersep terbanyak. Mendes menempati urutan ke-12 (181 intersep) sementara Jose Fonte ke-19 (173). Celik, sementara itu, jadi pemain dengan jumlah defensive duels terbanyak kedua (322 kali). Ini artinya Celik jadi pemain yang paling sibuk menghentikan serangan lawan dalam situasi 1 vs 1.

Untuk lini serang, Pepe jadi ujung tombak. Meski ditempatkan di pos sayap kanan atau kiri, pemain Timnas Pantai Gading kelahiran Perancis ini berhasil mencatatkan 19 gol dan 11 asis. Jumlah golnya untuk sementara menempati peringkat kedua, terpaut 8 gol dari Kylian Mbappe. Tapi untuk jumlah asisnya Pepe menjadi top asis sementara Ligue 1.

Jika ditotal, Pepe terlibat dalam 30 gol Lille musim ini. Lille sendiri untuk sementara mampu mencetak 54 gol. Ini artinya setengah dari total gol Lille tak lepas dari peran Pepe.

Musim lalu, musim pertama Pepe bersama Lille, dia mencatatkan 13 gol dan 5 asis. Peningkatan kualitas inilah yang membuatnya mulai dikaitkan dengan kesebelasan-kesebelasan besar. Inter, Liverpool, Arsenal, hingga Chelsea yang disebut-sebut akan menjadikannya sebagai pengganti Eden Hazard mulai menghiasi rumor para Lambe-lambe Bola di Eropa sana.

Pepe sendiri memang tipikal pemain yang mampu mengubah nasib tim lewat kemampuan individunya. Jumlah tembakannya saat ini mencapai 102 tembakan (50% on target), hanya kalah dari Mbappe (110/56,4% on target). Mantan pemain Angers ini pun menjadi pemain dengan jumlah dribel terbanyak kelima (251 upaya dribel). Bahkan dia jadi pemain yang paling sering dilanggar di Ligue 1, dengan 91 kali total dilanggar. Angka tersebut tak mengherankan karena selain andal dalam mencetak gol dan menciptakan peluang, Pepe juga tengah menjadi pemain dengan jumlah umpan kunci terbanyak di Ligue 1 (bersama Memphis Depay dan Hamari Traore).

Tentu Pepe tidak bekerja sendirian di lini depan. Bamba yang didatangkan gratis dari Saint-Etienne pada awal musim ini juga berkontribusi besar lewat 11 gol dan 2 asis. Bamba yang mengisi pos sayap kiri ini juga menjadi pemain dengan jumlah umpan kunci terbanyak (keempat).

Mendes yang menempati pos gelandang jangkar pun punya peranan penting dalam skema serangan Lille. Pemain yang juga datang berbarengan dengan Pepe pada 2017 ini jadi pemain Lille dengan umpan terobosan terbanyak. Dia juga jadi pemain kedua terbanyak di Ligue 1 dalam perihal jumlah operan yang mengarah ke sepertiga pertahanan lawan. Tidak hanya lewat operan, kemampuan melewati lawannya pun cukup berpengaruh pada serangan Lille karena persentase keberhasilan dribel mantan pemain Sao Paulo ini merupakan yang tertinggi di Ligue 1 (85,37%).

***

Atas pencapaian Lille musim ini, tampaknya pada musim panas nanti manajemen Lille akan direpotkan oleh negosiasi-negosiasi yang datang dari kesebelasan peminat para pemainnya. Bukan hanya Pepe, pemain-pemain seperti Thiago Mendes, Jonathan Bamba, Adama Soumaoro, Rafael Leao dan Thiago Maia juga tampaknya sudah mulai masuk dalam radar klub-klub besar.

Lille sendiri tipikal kesebelasan yang tidak terlalu mempertahankan para pemain kuncinya jika datang tawaran yang menarik untuk pemainnya. Fode Ballo-Toure, misalnya, yang tampil impresif pada awal musim, pada bursa transfer musim dingin dilepas ke AS Monaco dengan harga 11 juta euro.

Rekam jejak transfer Lille juga membuktikan bahwa mereka kerap menjual pemain potensial dengan harga murah. Benjamin Parvard dilego ke Stuttgart dengan harga 5 juta euro. Djibril Sidibe hijrah ke Monaco dengan nilai transfer 15 juta euro. Liverpool mendapatkan Divock Origi dengan harga kurang dari 13 juta euro. PSG dan Marseille juga mendapatkan harga murah kala merekrut Lucas Digne, Florian Thauvin dan Dimitri Payet. Belum lagi nama-nama seperti Mathieu Debuchy, Gervinho, Yohann Cabayer, Moussa Sow, Stephan Lichtsteiner, hingga Kevin Mirallas yang dijual dengan harga terbilang murah.

Walaupun begitu, tampaknya banderol Pepe akan melambung tinggi bahkan melampaui penjualan Hazard yang ketika dibeli Chelsea dihargai 35 juta euro. Dengan valuasi pemain yang melonjak belakangan ini, mengingat usianya yang masih 23 tahun, harga Pepe bisa berada di atas 40 juta euro.


Simak cerita dan sketsa adegan Rochi Putiray tentang cara menjadi suporter yang baik:


foto: TM Gallery

Komentar