Belajar Rivalitas dari Jurgen Klopp dan Pep Guardiola

Cerita

by Redaksi 15

Redaksi 15

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Belajar Rivalitas dari Jurgen Klopp dan Pep Guardiola

Raheem Sterling terpaksa absen dalam laga bersejarah Inggris kontra Montenegro (15/11) setelah berkelahi dengan Joe Gomez saat pemusatan latihan the Three Lions. Pertandingan Kualifikasi Piala Eropa 2020 melawan Montenegro tersebut akan menjadi pertandingan internasional resmi ke-1.000 untuk Tim Nasional Inggris.

Jeda internasional November 2019 datang setelah pertandingan Liverpool dan Manchester City di Liga Primer Inggris. Pertandingan yang disebut-sebut menjadi laga penentuan gelar juara musim 2019/2020 tersebut dimenangkan oleh Liverpool dengan skor 3-1. Gomez (Liverpool) dan Sterling (Manchester City) sempat terlihat adu mulut saat pertandingan itu. Episode kedua dari drama mereka pun resmi dirilis di pemusatan latihan Tim Nasional Inggris.

Rivalitas Manchester City dan Liverpool memang tengah memanas dalam beberapa tahun terakhir. Mulai dari kehadiran Jurgen Klopp dan Pep Guardiola di pinggir lapangan. Hingga kembalinya the Reds ke papan atas Liga Primer Inggris. Namun seharusnya Gomez dan Sterling dapat belajar dari manajer mereka.

Kedua pelatih memang tetap melakukan perang psikologi jika diperlukan. Seperti saat Guardiola menyebut Sadio Mane sebagai pemain yang sering diving. Akan tetapi, kedua manajer tersebut tetap menjaga hubungan mereka.

Hal ini terlihat di Elite Coach Forum 2019. Pertemuan itu terjadi 24 jam setelah partai Liverpool kontra Manchester City di Liga Primer Inggris. Membahas cara terbaik untuk mengaplikasikan video assistant referee (VAR) dan jadwal pertandingan yang semakin padat.

Setelah pertemuan, reporter dari Sky Sports pun bertanya kepada Klopp, “Apakah Anda sempat bicara dengan Pep [Guardiola]?”. “Tentu saya bicara dengan Pep. Kenapa kami tidak berbicara? Kami sering bertukar pikiran,” jawab Klopp.

Klopp menjawab pertanyaan itu sambil memantau kondisi di sekitarnya. Ia pun melihat Guardiola akan segera datang ke tempat para wartawan. “Pep segera datang,” kata Klopp sambil tertawa dan pergi menyembunyikan dirinya ke arah tangga, menuju pintu keluar. Kejadian ini mungkin kurang pas untuk dideskripsikan dengan kata-kata. Berikut rekamannya dari Instagram Sky Sports:

https://www.instagram.com/p/B4w32GwAifk/?igshid=1t9h0ql32t9m

Menurut Liam Twomey dari the Athletic, Klopp sempat berdiskusi dengan Kepala Pelatih Ajax Amsterdam Erik ten Hag menggunakan Bahasa Jerman sebelum meninggalkan lokasi. Sementara Guardiola menyusul mereka dengan mata fokus ke telepon genggam miliknya.

Guardiola dan Klopp pertama bertemu di DFL-SuperCup –Piala Super Jerman- 2013. Klopp menangani Borussia Dortmund, sementara Guardiola mengasuh Bayern Munchen. Sejak saat itu, rivalitas mereka terus berkembang. Keduanya diakui sebagai bagian dari daftar pelatih sepakbola terbaik dunia. Beradu di papan atas 1.Bundesliga, membumbui rivalitas Bayern dan Dortmund (Der Klassiker), hingga akhirnya menghidupkan ketegangan antara Liverpool dan Manchester City.

Richard Jolly dari FourFourTwo bahkan merasa Klopp adalah rival utama Guardiola. Menggantikan Jose Mourinho yang sebenarnya masih jadi pelatih yang paling sering dihadapi oleh nakhoda asal Spanyol tersebut (22 kali). Akan tetapi, baik Klopp ataupun Guardiola tidak merasa diri mereka rival. Semua ada batasannya.

“Saya tidak perlu membahas hal seperti ini. Hal-hal yang hanya ingin menyebarkan perasaan negatif ke kolega saya. Dengan atau tanpa rivalitas, saya tetap ingin meraih kemenangan,” kata Klopp. “Saya tidak pernah berpikir tentang rivalitas antar pelatih dalam karier saya. Semua pasti tergantung situasi. Ada masanya saya bersaing dengan [Antonio] Conte. Sekarang saatnya saya bersaing dengan Liverpool dan Klopp,” tambah Guardiola.

Rivalitas adalah intrik tersendiri dalam dunia olahraga. Tapi olahraga seperti sepakbola juga bisa dilihat sebagai sarana. Sarana untuk mengangkat isu yang lebih besar lagi. Entah itu rasisme, kesenjangan sosial, dan lain-lain. Pada dasarnya semua sama-sama manusia. Hanya sedang bersaing untuk hal yang sama.

Komentar