Menantikan Perjalanan Selanjutnya Thierry Henry

Backpass

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Menantikan Perjalanan Selanjutnya Thierry Henry

“Ia adalah seorang ahli sihir dengan kaki-kakinya,” kata Lilian Thuram, memuji kualitas Thierry Henry. “Ia diberkati dengan kemampuan mencetak gol. Kualitas terbaiknya adalah kecepatan saat sedang menguasai bola. Ia mungkin adalah orang tercepat yang dapat mengikat tali sepatu. Di dunia ini tidak ada pemain belakang yang mampu mengimbanginya,” tegas mantan palang pintu Timnas Perancis itu.

Thuram sedang tidak bergurau, apa yang dikatakannya kurang lebih benar. Sebagai seorang penyerang, Thierry Henry memang punya kualitas dan kemampuan yang komplet sebagai juru gedor andal. Insting mencetak gol bukan satu-satunya senjata yang dimiliki Henry, namun visi bermainnya yang kreatif pun membuatnya kerap mencetak gol dengan cara yang sulit ditiru penyerang lain.

“Thierry Henry dapat menerima bola di tengah lapangan dan mencetak gol yang tidak akan bisa ditiru oleh siapapun di dunia,” kata Arsene Wenger, mantan Manajer Arsenal, menegaskan.

Selain itu, Henry bukan tipikal penyerang konservatif yang hanya diam di kotak penalti lawan untuk menciptakan peluang atau pun gol. Tidak, Henry adalah tipe striker pekerja keras yang punya mobilitas tinggi.

Henry tak pernah ragu untuk menjemput bola dari lini kedua. Meski punya postur jangkung, agresivitasnya tetap mematikan. Melalui kakinya yang jenjang, Henry bisa berlari kencang dan bisa membuat lawan setengah mampus berusaha menghentikan lajunya.

Singkatnya, Henry adalah salah satu penyerang paling mematikan yang pernah ada di jagad sepakbola, dia adalah pemain yang fenomenal.

***

Dalam karier sepakbolanya, Arsenal adalah tempat yang nyaman bagi Henry. Bersama The Gunners, nama Henry melambung. Berbagai pencapaian mengagumkan pun berhasil ditorehkannya ketika berseragam Arsenal.

Henry bergabung bersama Arsenal pada awal musim 1999/2000. Ia diboyong dari Juventus dengan mahar 10,5 juta euro. Sejatinya, awal kehadirannya di Highbury sempat menimbulkan keraguan dari para penggemar. Maklum, di Juventus permainannya tidak berkembang, dari 16 pertandingan ia hanya mencetak tiga gol.

Prediksi soal Henry yang tidak akan bersinar di Arsenal pun sempat menjadi kenyataan di paruh musim pertama kiprahnya bersama Arsenal. Dari 17 laga, hanya dua gol yang dibukukan Henry. Kondisi tersebut sempat membuat Wenger cemas dan bingung. Namun pada akhirnya Wenger mengetahui bahwa faktor yang membuat performa Henry menurun drastis adalah hilangnya kepercayaan diri dari sang pemain setelah menjalani musim yang buruk di Serie A.

Wenger kemudian berpikir keras untuk mengembalikan bakat Henry yang sempat menguap. Berbagai upaya dilakukan, salah satunya dengan mengubah karakter permainan yang lebih menitik beratkan pola serangan pada proses serangan balik dengan menjadikan Henry sebagai pusat serangan.

Di tempat latihan, Arsenal kemudian melakukan serangan balik yang sama berulang kali. Di setiap sesi latihan, Wenger pun selalu menginstruksikan para pemainnya untuk jeli menemukan Henry secepat mungkin.

Selain itu, Wenger juga mengubah peran beberapa pemain kunci semisal Dennis Bergkamp, yang ia instruksikan untuk menjadi jembatan antara lini tengah dan depan. Sementara Henry diinstruksikannya untuk bermain lebih melebar.

Taktik tersebut bekerja dengan sempurna, Henry pun bertransformasi menjadi penyerang subur di paruh kedua musim 1999/2000. Di akhir musim, 25 gol berhasil dicetak dari 46 penampilannya di semua ajang.

Setelahnya, Henry semakin bersinar di Highbury. Dalam delapan musim kiprahnya bersama Arsenal, Henry mampu mengukir rekor sebagai pencetak gol terbanyak Arsenal sepanjang masa dengan 226 gol. Selain itu ia juga menyumbang banyak gelar bagi Arsenal seperti - Liga Primer (2001/02 dan 2003/04), Piala FA (2002, 2003 dan 2005), dan FA Community Shield (2002 dan 2004).

Di level tim nasional, bersama Perancis Henry pun menikmati kesuksesan besar di panggung internasional. Ia memainkan peran utama dalam keberhasilan Les Bleus memenangkan Piala Dunia 1998, runner-up Piala Eropa 2000, dan Piala Dunia 2006.

Pada musim 2007/2008, Henry meninggalkan Arsenal untuk bergabung bersama Barcelona. Di Camp Nou, Henry tetap menunjukkan kelasnya sebagai penyerang mematikan. Tapi, hanya tiga musim Henry bermain untuk Barcelona. Meski begitu, bersama Blaugrana Henry bisa memenangkan trofi Liga Champions yang ia idam-idamkan pada musim 2009/10.

Setelah menyelesaikan tiga musim bersama Barcelona, ia pindah ke New York Red Bulls pada musim 2010/11. Dalam masa kontraknya bersama Red Bulls, Henry sempat kembali ke Arsenal pada musim 2012 dengan status sebagai pemain pinjaman. Henry pun memutuskan gantung sepatu pada 2014 lalu dengan catatan 356 gol dari 770 pertandingan yang dilakoninya di semua ajang.

***

Setelah pensiun, Henry tak lantas meninggalkan dunia sepakbola. Melalui pengalamannya di lapangan hijau, ia mendapat pekerjaan sebagai pengamat dan analis pertandingan di Sky Sports. Tak hanya itu melalui dedikasi besarnya bersama Arsenal, ia pun diberi kesempatan untuk melatih tim pemuda Arsenal. Itu adalah langkah awal Henry untuk mewujudkan keinginannya untuk menjadi seorang pelatih.

Namun dalam beberapa tahun setelah dirinya pensiun, Henry jauh lebih dikenal sebagai seorang pengamat sepakbola ketimbang pelatih. Namun dibalik semua itu, diam-diam Henry secara bertahap tetap melanjutkan prosesnya untuk mewujudkan mimpinya untuk menjadi pelatih.

Pada 2016, Henry pun mengumumkan keberhasilannya mendapatkan lisensi kepelatihan A UEFA dari Federasi Sepakbola Wales (FAW). Bisa dibilang, FAW memiliki peran penting dalam proses Henry mewujudkan mimpinya. Sebab FAW tidak hanya membantu Henry untuk mendapatkan lisensi kepelatihan A UEFA, namun juga membantunya untuk mendapatkan lisensi B UEFA kepada Henry pada 2015.

Arsenal pun turut membantu Henry dalam mendapatkan lisensi kepelatihannya. Pengalamannya dengan tim muda Arsenal membantunya untuk mengembangkan karier kepelatihannya. Hale End Academy (Akademi Sepakbola yang dimiliki Arsenal) membantu mantan strikernya tersebut untuk dapat mengetahui struktur kepelatihan dengan lebih teknis.

Setelah mendapatkan lisensi kepelatihan A UEFA, Henry langsung ditunjuk Roberto Martinez untuk menjadi asistennya di Tim Nasional Belgia. Martinez punya alasan menggaet Henry sebagai asistennya. Mantan manajer Everton itu mengatakan bahwa Henry punya banyak pengalaman di dunia sepakbola ketika dirinya masih aktif bermain. Pengalaman tersebut diyakini Martinez akan membantu dirinya untuk membawa Belgia menciptakan sejarah di pentas Internasional.

“Ia (Henry) mengetahui dan berpengalaman dalam meraih gelar juara dunia. Hal tersebut sangatlah berharga bagi kami yang ingin melampaui segala hambatan mental untuk meraih gelar Piala Dunia,” kata Martinez dikutip dari situs resmi FIFA.

Martinez tidak salah pilih orang, metode latihan yang diterapkan Henry mampu membuat para pemain Belgia terkesan. Khususnya bagi para pemain yang menghuni barisan depan Belgia yang mendapat arahan langsung dari Henry. Kehadiran Henry dalam jajaran kepelatihan Belgia pun terbukti hasilnya ketika The Reds Devil berhasil menembus babak semifinal Piala Dunia 2018 lalu. Bagi Belgia itu adalah pencapaian terbaik mereka selama mentas di Piala Dunia.

***

Setelah Piala Dunia 2018 rampung digelar, pamor Henry semakin menanjak. Tawaran melatih banyak didapatkannya, salah satunya datang dari Timnas Mesir. Tidak hanya itu, saat ini Henry juga digadang-gadang bakal diduetkan bersama Martinez untuk menukangi Leicester City. Henry pun diprediksi bakal menjadi asisten Martinez, bila memang kesepakatan tercapai.

Saat ini, Henry memang belum bisa menangani tim Liga Primer karena lisensi kepelatihannya yang belum mencukupi. Untuk bisa menukangi tim di Liga Primer, Henry harus memiliki lisensi Pro UEFA sebagai syarat mutlak. Sebab, dengan lisensi A UEFA yang dikantongi saat ini, Henry hanya bisa menangani tim dengan level di bawah Liga Primer ataupun hanya menangani tim akademi.

Dengan kata lain, untuk mendapatkan kesempatan melatih di tim dengan level yang tinggi, Henry masih harus menyelesaikan program Pro License sebagai syarat untuk mengarsiteki tim yang bermain di level kompetisi UEFA. (Baca juga: Cara dan Tahapan Mendapatkan Lisensi Pelatih Sepakbola di Indonesia)

Henry sadar betul bahwa perjalanannya untuk menjadi seorang manajer di klub papan atas Eropa, khususnya, masih terbentang panjang. Maka agar fokus untuk mewujudkan mimpinya itu, Henry pun memutuskan mundur sebagai pengamat dan analis pertandingan di Sky Sports pada pertengahan 2018 lalu.

Komentar