Mempererat Tali Silaturahmi Lewat Piala Dunia

Editorial

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Mempererat Tali Silaturahmi Lewat Piala Dunia

Timnas Indonesia belum pernah berpartisipasi di Piala Dunia. Indonesia memang sering disebut sebagai negara Asia pertama yang mengikuti Piala Dunia, pada 1938, namun yang sekarang menjadi Indonesia saat itu masih bernama Hindia Belanda. Apalagi Hindia Belanda lolos karena lawan mereka, Jepang, mengundurkan diri. Catatan yang tidak terlalu bisa dibanggakan.

Walau begitu masyarakat Indonesia tetap menantikan setiap gelaran Piala Dunia dengan antusias. Bahwa Timnas Indonesia tak ada di dalamnya tak jadi soal. Masyarakat Indonesia memang punya cara tersendiri untuk menyemarakkan Piala Dunia.

Biasanya akan muncul beberapa desa atau kampung di Indonesia yang disulap menjadi kampung atau desa Piala Dunia. Setiap Piala Dunia memang seringkali terdapat pihak-pihak yang mengadakan lomba "Kampung Piala Dunia". Hadiahnya yang mencapai puluhan hingga ratusan juta membuat masyarakat rela bekerja bakti untuk mendandani kampungnya.

Sejumlah kafe atau tempat makan di Indonesia pun akan menghias tempatnya dengan suasana Piala Dunia. Pada pertandingan tertentu, kafe atau tempat makan tersebut biasanya akan melakukan kegiatan nobar alias "nonton bareng". Kegiatan ini tentunya bisa menjadi salah satu cara sebuah kafe untuk meningkatkan penjualan makanan dan minuman.

Namun yang tak pernah terlewatkan oleh masyarakat Indonesia setiap datangnya Piala Dunia adalah "Arisan Piala Dunia". Para "peserta" akan mendapatkan nama kesebelasan peserta Piala Dunia, lewat sebuah undian. Setelahnya tinggal harap-harap cemas saja.

Satu yang bisa ditarik dari ketiga hal di atas adalah, bagi masyarakat Indonesia, Piala Dunia menjadi ajang mempererat silaturahmi. Silaturahmi sendiri punya arti tali persahabatan atau tali persaudaraan. Kegiatan-kegiatan di atas menjadi ajang pertemuan di mana tali persahabatan atau tali persaudaraan bisa dipererat.

Tidak hanya bagi mereka pencinta sepakbola, yang sebelumnya tidak menyukai sepakbola pun akan merasakan bahkan terlibat dalam suasana Piala Dunia untuk mempererat tali silaturahmi. Perempuan atau laki-laki yang tidak menyukai sepakbola akan dengan senang hati menemani pasangannya menghadiri nobar. Anak-anak dan remaja di sebuah daerah yang biasanya jarang bertemu akan tertarik untuk ikut menghias daerah mereka untuk mengikuti lomba "Kampung Piala Dunia" secara bersama-sama. Sementara dalam "Arisan Piala Dunia", beberapa orang yang tidak menyukai sepakbola bisa sukarela untuk ikut berpartisipasi karena untuk "menjuarainya" tidak perlu keahlian khusus.

Menariknya, Piala Dunia 2018 sendiri akan dilaksanakan berbarengan dengan suasana Idulfitri yang identik juga dengan ajang mempererat silaturahmi. Bahkan acara pembukaan dan pertandingan pertama, antara Rusia dan Arab Saudi, berlangsung dengan lantunan takbir pada malam Idulfitri hari pertama.

Dalam pertemuan dengan keluarga, sanak saudara, sahabat dan teman, pada Idulfitri kali ini tampaknya tidak akan lepas dari obrolan tentang Piala Dunia. Bukan tak mungkin juga "Arisan Piala Dunia" kali ini akan dibahas dan dilangsungkan dalam pertemuan keluarga. Mereka yang mudik bisa "arisan" dengan teman-teman lama.

Bagi Indonesia pun Piala Dunia Rusia datang di saat yang tepat. Obrolan dan bahasan tentang Piala Dunia kemungkinan besar akan menguasai media sosial. Turnamen yang pertama kali digelar pada 1930 tersebut diharapkan bisa mendinginkan panasnya lini masa media sosial Indonesia.

Pada dua platform media sosial, Facebook dan Twitter, tak jarang kita melihat pengguna media sosial yang memperdebatkan Pilkada, Pilpres 2019, kebijakan pemerintah, atau kasus pelecehan seksual. Bahkan perdebatan final Liga Champions lewat aksi Ramos pada Salah pun masih jadi pembahasan panas. Sayangnya, alih-alih berdebat lewat argumen, tak sedikit perdebatan tersebut berakhir dengan saling hujat.

Perdebatan topik-topik di atas pun bahkan menggerus semarak Indonesia yang tahun ini akan menjadi tuan rumah Asian Games. Event multi-cabang olahraga ini sudah selayaknya mendapatkan porsi lebih dari para pegiat media sosial sebagai bagian dari promosi Indonesia sebagai tuan rumah. Padahal Asian Games bisa menjadi etalase bagi Indonesia yang belakangan namanya tercoreng oleh aksi terorisme.

Kejadian-kejadian serta hasil-hasil Piala Dunia nanti diharapkan bisa lebih mendominasi media sosial. Piala Dunia adalah puncak dari segala turnamen sepakbola. Maka tidak peduli apa klub yang kau dukung bahkan dari mana asal negaramu, Piala Dunia tetap akan menyedot perhatian seluruh dunia. Pesta sepakbola terbesar ini pada akhirnya menjadi hari raya sepakbola dunia.

Walaupun ada beberapa negara jagoan yang absen, seperti Italia, Belanda, Chili, bahkan Indonesia, Piala Dunia akan tetap asyik untuk diperbincangkan dan diikuti. Bedanya, mungkin, para negara yang tidak lolos itu tidak bisa asyik-asyikan karena gagal tampil di perhelatan akbar empat tahunan ini.

Melihat yang terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, juga seperti apa yang sudah diungkapkan di atas, bukan mustahil Piala Dunia akan menyejukkan media sosial. Bukan tak mungkin kan mereka yang berdebat karena berasal dari kubu yang berbeda akan mendukung kesebelasan yang sama pada Piala Dunia mendatang.

Piala Dunia, sekali lagi, bisa menjadi ajang mempererat silaturahmi.

Komentar