Tetap Bersatu di Lapangan Hijau

Backpass

by Redaksi 18

Redaksi 18

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Tetap Bersatu di Lapangan Hijau

Sabtu, 3 Juni 2006. Sebuah bendera berwarna merah dan emas dinaikkan pelan-pelan di depan Gedung Parlemen Montenegro. Bersamaan dengan naiknya bendera, lagu kebangsaan Montenegro yang berjudul Oj, Svijelta Majska Zoro dilantangkan dengan penuh semangat dan hayat oleh banyak orang yang hadir di sana.

Setelahnya, puluhan kembang api dinyalakan. Satu per satu meletus-letus menggempita di udara.

Suasana meriah itu terjadi beberapa saat usai Parlemen Montenegro mendeklarasikan kemerdekaan Montenegro dengan meratifikasi hasil referendum yang sudah lebih dulu digelar pada 21 Mei 2006. Hasil referendum itu menunjukkan sebanyak 55,4% suara menyatakan setuju untuk kemerdekaan Montenegro. Jumlah tersebut sudah melampaui syarat yang ditetapkan Uni Eropa, di mana minimal harus ada 55% suara yang menyetujui kemerdekaan.

Sebagai negara baru, Montenegro lalu menyatakan tujuan strategis nasional mereka untuk bergabung dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa, NATO, dan organisasi internasional lainnya.

Dengan kemerdekaan ini juga, Montenegro secara resmi mengakhiri unifikasi mereka dengan Serbia, yang telah terjalin sejak 1992. Kendati memutuskan untuk memisahkan diri, Boris Tadic—Presiden Serbia kala itu—tetap menghargai keputusan yang diambil oleh mayoritas masyarakat Montenegro tersebut. Ia berharap ikatan sejarah, budaya, ekonomi, dan politik di antara kedua negara akan tetap lestari.

“Saya mendukung untuk melestarikan ikatan keluarga, sejarah, budaya, ekonomi dan politik karena ikatan di antara kedua negara sudah sangat kuat dan tak akan mungkin terputus,” ujarnya dilansir dari Washington Post.

Walau sudah menjadi dua negara yang berbeda, namun Serbia dan Montenegro masih bersatu sebagai tim sepakbola di ajang Piala Dunia 2006 yang dimulai pada 9 Juni 2006. Sebab dari masih dipakainya nama Serbia dan Montenegro di ajang Piala Dunia adalah karena nama itulah yang tercatat secara resmi di badan sepakbola dunia, FIFA.

“Mereka [Serbia dan Montenegro] adalah anggota FIFA. Dan oleh karena itu, mereka tidak harus menjadi negara yang terpisah satu sama lain untuk berpartisipasi [di Piala Dunia 2006],” ujar juru bicara FIFA dikutip dari The Guardian.

Piala Dunia 2006 menjadi keikutsertaan pertama Serbia dan Montenegro di ajang empat tahunan tersebut, setelah terakhir kali mengikutinya pada 1998, di mana mereka gugur di babak 16 besar usai dikalahkan Belanda dengan skor 2-1.

Serbia dan Montenegro tergabung ke dalam grup C bersama Argentina, Belanda, dan Pantai Gading. Diperkuat oleh beberapa pemain bintang pada masanya seperti Mateja Kezman, Dejan Stankovic, dan Nemanja Vidic, membuat sang pelatih, Ilieja Petkovic, yakin timnya mampu berbicara banyak di turnamen tersebut.

“Aku yakin dengan timku. Dan seratus persen aku berada di belakang mereka,” ungkapnya.

Akan tetapi keyakinan yang dibawa Petkovic justru tak terbukti ketika turnamen telah berlangsung. Serbia sudah terseok-seok sejak fase grup.

Di laga pembuka pada 11 Juni 2006, Serbia dan Montenegro takluk dari Belanda dengan skor 0-1 berkat gol yang dijaringkan Arjen Robben. Selanjutnya melawan Argentina, mereka lagi-lagi kalah. Kali ini dengan skor yang sangat telak, 6-0. Serbia dan Montenegro kembali bertekuk lutut saat menghadapi Pantai Gading di laga pamungkas dengan skor akhir 3-2. Tak ada satu poin pun yang berhasil mereka raih di Piala Dunia 2006. Sadar akan kegagalan total itu, Ilieja Petkovic lalu memutuskan mundur dari kursi kepelatihan Serbia dan Montenegro.

Badan sepakbola Serbia dan Montenegro baru dipisahkan pada bulan Juli 2006. Serbia langsung berhak memainkan pertandingan kualifikasi untuk Piala Eropa 2008, sementara Montenegro, masih belum mendapat pengakuan dari sepakbola internasional ketika itu.

Komentar