Aguero, Tan Malaka, dan Bernabeu dalam 2 Juni

Backpass

by redaksi

Aguero, Tan Malaka, dan Bernabeu dalam 2 Juni

Setiap hari adalah hari yang penting bagi beberapa orang, termasuk bagi pecinta sepakbola. Belum bisa dipastikan berapa orang yang lahir dan meninggal setiap hari. Mungkin, segalanya bisa dikalkulasikan ketika nanti sudah tidak ada lagi perang di bumi ini, seperti potongan lagu Imagine ciptaan John Lennon “Nothing to kill or die for” yang artinya tak ada alasan untuk membunuh dan terbunuh. Karena setiap hari pasti ada beberapa orang tua yang sedang bahagia menyambut kelahiran anaknya, dan setiap hari pasti ada beberapa orang yang menangis bersedih atas meninggalnya orang yang dicintainya.

Setiap hari adalah perayaan bagi beberapa orang. Setiapa hari pasti ada orang yang memeringati ulang tahun, memeringati hari pernikahan, atau berdukacita memperingati kematian seseorang. Pada 2 Juni ini pun demikian, karena ada yang tokoh berpengaruh yang lahir dan meninggal.

Lahirnya Sergio “Kun” Aguero

Aguero lahir pada 2 Juni 1988 di Quilmes, Argentina. Penggawa Manchester City dan juga tim Tango Argentina ini dikenal lewat kemampuan mencetak golnya yang bagus. Ia menjadi tulang punggung Manchester City saat meraih dua gelar pertama di era Premier League.

Aguero menjadi penentu gelar Manchester City pada 2012 setelah mencetak gol pada menit keempat setelah waktu tambahan. Kemenangan 3-2 atas Queens Park Rangers membuat City meraih trofi pertama di era Premier League. Selain itu, menantu Diego Maradona ini meraih gelar Golden Boot pada musim 2014/2015 sebagai pencetak gol tersubur.

Pada usianya yang ke-28 ini, Aguero akan membela negaranya yang berlaga di Copa America Centenaro 2016 di Amerika Serikat pada 5 Juni mendatang menghadapi Ekuador. Selamat ulang tahun Aguero!

Tan Malaka

“Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh pemuda,” begitu kata Tan Malaka yang sampai saat ini membuat saya resah bila harus bermalas-malasan tanpa karya apapun di masa muda. Semoga kita dapat terus berkarya mewarnai dunia sepakbola negeri ini.

Tan Malaka adalah tokoh kemerdekaan yang namanya hampir hilang ditelan bumi. Tan Malaka lahir di Suliki, Sumatera Barat pada 2 Juni 1897 dengan nama asli Sutan Ibrahim dengan gelar Datuk Tan Malaka.

Tan Malaka merupakan salah satu tokoh yang berperan penting dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dia adalah salah satu tokoh politik yang berpaham sosialis kala itu. Tan Malaka tercatat sebagai pendiri partai PARI pada 1927 dan Partai Murba pada 1948.

Di masa hidupnya, Tan Malaka berperan penting dalam dunia pendidikan di negeri ini, dengan mendirikan dan mengajar di sekolah-sekolah di Indonesia. Ia juga berperan penting dalam gerakan pencetusan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Tan Malaka meninggal di Kediri pada 21 Februari 1949. Di kalangan akademisi, ia sering disebut-sebut sebagai tokoh filsafat indonesia. Di antara pemikiran-pemikirannya dituangkan dalam beberapa buku, yaitu Madilog dan Gerpolek.

Pada 23 Maret 1963, Pemerintah Indonesia menetapkan Tan Malaka sebagai Pahlawan Nasional melalui Ketetapan Presiden RI No. 53 tanggal 23 Maret 1963.

Eittsss... tunggu dulu.

Tan Malaka dimasa hidupnya ternyata akrab dengan sepak bola loh. Dalam buku yang berjudul Tan Malaka: Bapak Republik yang Dilupakan, karangan Arif Zulkifli, dikisahkan bahwa ketika Tan Malaka berdomisili di Bayah, Banten(Juni 1943), ia sering membantu rakyat kecil lewat sepak bola. Ia juga menjadi penggagas pembangunan lapangan sepak bola, kala itu sewaktu indonesia dijajah oleh jepang tengah penindasan Jepang. Ia sering turun langsung ke lapangan untuk bermain sebagai pemain winger, atau hanya sekadar menjadi wasit di kejuaraan Rangkasbitung. Selesai bermain, Tan yang dikenal selalu memakai celana pendek, helm tropis, dan tongkat itu biasanya mentraktir para pemain tim sepak bola yang berlaga dalam kejuaraan tersebut.

Tan juga pernah mengaitkan pemikirannya dengan sepakbola. Salah satu quotes-nya yang terkenal di meme yang akrab sewaktu saya kuliah dulu. Yaitu : "Apabila kita menonton satu pertandingan sepak bola, maka lebih dahulu sekali kita pisahkan si pemain, mana yang masuk klub ini, mana pula yang masuk kumpulan itu. Kalau tidak, bingunglah kita. Kita tidak bisa tahu siapa yang kalah, siapa yang menang. Mana yang baik permainannya, mana yang tidak."

Kalimat tersebut adalah penggalan dari buku Madilog, karyanya yang paling ngetren dibaca oleh para aktivis kampus di masa kuliah saya. Di sejumlah artikel, quotes tersebut sering dikaitkan untuk merefleksikan carut-marutnya sepakbola beberapa tahun yang lalu.

Itulah Tan Malaka sang Pahlawan Revolusioner yang juga cinta dengan sepakbola. Selamat jalan Pahlawanku, kami mengenangmu di hari lahir mu yang ke-119 ini. Dengan sepakbola, kami akan meneruskan kemerdekaan yang kau perjuangkan bersama Soekarno dan Pahlawan Nasional lainnya.

Selamat jalan pahlawanku, kami mengenangmu di hari lahirmu yang ke-119 ini. Dengan sepakbola, kami akan meneruskan kemerdekaan yang kau perjuangkan bersama Soekarno dan Pahlawan Nasional lainnya.

Santiago Bernabeu Yeste

Berbeda dengan dua orang diatas. Kali ini kita akan membahas tanggal duka cita untuk bagi Real Madrid. Tanggal 2 Juni adalah hari meninggalnya tokoh penting dalam sejarah Real Madrid.

Bagi Anda pecinta sepakbola yang lahir di era 90-an pasti asing mendengar nama ini. Ketika Anda ditanya tentang Santiago Bernabéu Yeste, pasti pertama kali yang akan terlintas adalah Stadion Santiago Bernabéu.

Ya! Tepat sekali. Stadion Santiago Bernabéu diambil dari nama pemain, pengurus klub, dan presiden Real Madrid bernama Santiago Bernabéu Yeste. Dia merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah berjayanya Los Blancos, dan namanya diabadikan sebagai nama stadion klub Real Madrid untuk menghormatinya.

Santiago Bernabéu adalah sosok laki-laki kelahiran Almansa, Spanyol, 8 Juni 1895. Sejarah mencatat, Bernabeu adalah orang yang seumur hidup hanya bermain untuk Real Madrid. Tidak hanya itu, hingga akhir hayatnya pun Bernabeu masih terlibat aktif dalam membesarkan nama Real Madrid.

Bernabeu mengawali kariernya di Real Madrid sebagai pemain junior pada 1909 pada usia 14 tahun. Semasa menjadi pemain inti di Real Madrid, Bernabeu pernah menjadi kapten tim kesebelasan selama bertahun-tahun. Selama kariernya memperkuat Los Blancos, ia bermain sebagai striker, sampai ia pensiun pada tahun 1927.

Selepas pensiun, ia terus melanjutkan karirnya di Real Madrid, dan menjabat sebagai Director of Football pada tahun 1927 sampai 1933. Pada periode 1933-1936, Santiago Bernabeu menjadi Assisten Manajer Real Madrid. Dan untuk pertama kalinya ia menjadi Presiden Real Madrid pada tahun 1943 hingga 1978. Satu-satunya yang membuatnya berhenti adalah karena ia tutup usia di usianya yang ke-82. Ia menjabat sebagai presiden klub usia selama 35 tahun.

Hari ini adalah hari duka cita bagi Loc Blancos dan para Madridista. Piala Liga Champion yang berhasil diraih Real Madrid pada 29 Mei lalu adalah bukti keseriusan mereka untuk terus mengibarkan kejayaannya.

(gigih)

ed: fva

Komentar