4 Catatan dari Kemenangan Leicester Atas Liverpool

Analisis

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

4 Catatan dari Kemenangan Leicester Atas Liverpool

Pada 1999/2000 Leicester City menorehkan rekor jumlah poin terbanyak sepanjang keikutsertaan mereka di Premier League: 55 poin. Leicester menduduki peringkat kedelapan musim itu. Leicester belum berhasil menyamai rekor tersebut, namun musim ini mereka telah mengumpulkan 50 poin dan masih harus menjalani 14 pertandingan tersisa. Sangat mungkin mereka melampaui rekor mereka sendiri dan sangat mungkin Leicester menduduki peringkat yang lebih tinggi dari peringkat mereka di akhir musim 1999/2000. Peringkat satu lebih tinggi dari peringkat delapan, kan?

Begitu rasanya, Klopp

Jürgen Klopp biasa melihat lawan merasa tidak nyaman karena kesebelasannya bermain menekan dan terus menekan sepanjang pertandingan. Kali ini ia yang dibuat tidak nyaman. Leicester tidak menekan dengan cara Liverpool (dengan cara Klopp) namun mereka berhasil membuat sang tamu merasa tidak nyaman. Indikasi rasa tidak nyaman yang Liverpool alami adalah seberapa sering mereka kehilangan bola.

Liverpool lebih banyak melakukan tekel dan persentase keberhasilan mereka dalam hal ini lebih baik dari Leicester. OK, Liverpool unggul dalam hal ini namun dalam sepakbola, tackle bukan satu-satunya cara mengambil alih penguasaan bola. Sementara Liverpool memaksa, Leicester mengarahkan. Liverpool hanya 10 kali melakukan intersep sementara Leicester 37 kali.

Pesan untuk José

Jika Claudio Ranieri mengirim pesan singkat kepada Louis van Gaal setelah pertandingan melawan Liverpool, isi pesannya mungkin seperti ini: “Jangan serakah. Tidak perlu mendominasi.”

Leicester City memenangi pertandingan tanpa mendominasi permainan. Persentase penguasaan bola mereka jauh lebih sedikit dibanding Liverpool: 36,5% berbanding 63,5%.

Kepada Arsène Wenger, Ranieri mungkin mengirim pesan seperti ini: “Tidak perlu fancy. Biasa sajalah, yang penting berfungsi.”

Seperti penguasaan bola, jumlah umpan Leicester jauh lebih sedikit dari Liverpool: Leicester 208-435 Liverpool. Itu yang tepat sasaran saja. Sudah sedikit, akurasinya buruk pula. Leicester melepas 320 umpan sepanjang pertandingan. Itu berarti akurasi umpan mereka hanya 65%. Tapi itu saja cukup, ternyata, untuk menang.

Sementara itu kepada José Mourinho, pesan Ranieri adalah: “Cari kerja, sana!”

Liverpool, oh, Liverpool

Menang dua gol tanpa balas dengan penguasaan bola hanya 36,5% dan akurasi umpan hanya 65% bukan sulap, melainkan perkara mengerjakan degan tepat semua yang harus dilakukan. Selain menguasai permainan dan memiliki persentase ketepatan umpan yang baik (77,54%, 435/561), Liverpool juga melepas lebih banyak tembakan ketimbang Leicester. Hanya berselisih satu, memang (Leicester 13-14 Liverpool), namun tepat lebih banyak. Persoalannya adalah, dari 14 tembakan tersebut, hanya dua yang tepat mengarah ke gawang Kasper Schmeichel. Leicester, sementara itu, enam kali mengancam gawang Simon Mignolet.

Q: Dari mana datangnya enam tembakan tepat sasaran tersebut?

A: Dari tempat di mana Leicester menghabiskan kebanyakan waktunya.

Jumlah umpan tepat sasaran Leicester memang jauh lebih sedikit dari Liverpool, namun 61,54% di antaranya (128/208) adalah umpan-umpan sepertiga akhir. Persentase umpan sepertiga akhir Liverpool, sementara itu, hanya 42,76% (186/435).

Jamie Mahrez

Ada kemungkinan bayi yang lahir di Leicester hari ini dinamai Jamie Mahrez. Atau Jamie Riyad. Atau Vardy Mahrez. Atau Jamie Mahrez (ya, nama ini memang sudah disebut namun nama ini perlu disebut lagi karena terdengar lebih keren dari dua pilihan lain).

Gol ke-17 Jamie Vardy di Premier League musim ini pantas menjadi gol terbaik musim ini bukan karena indah dilihat, namun karena dalam konteks yang lebih luas pun gol tersebut terhitung sangat baik: pemecah kebuntuan dalam pertandingan yang hasil akhirnya membawa Leicester kembali ke puncak klasemen Premier League.

Catatan lain mengenai Vardy: ia mencetak dua gol dengan dua tembakan saja.

Catatan lain mengenai gol tersebut: tendangan voli dari luar kotak penalti tersebut adalah gol pertama yang Vardy cetak dari luar kotak penalti dalam pertandingan Premier League. Yang juga tidak pantas dilupakan dari gol Vardy adalah assist-nya: sebuah umpan panjang langsung dari lini belakang ke lini depan.

Nama Riyad Mahrez tidak bisa ditinggalkan bukan hanya karena ia mencetak assist untuk Vardy. Secara keseluruhan, di pertandingan ini, ia tampil baik. Akurasi umpannya mencapai 83% dan persentase keberhasilan melewati lawannya berada di angka 63%. Di luar itu, Mahrez rajin membantu pertahanan. Gol Vardy mungkin tak akan tercipta jika Mahrez tidak turun jauh ke belakang, mendapatkan bola, dan melepas umpan panjang yang mengabaikan keberadaan lini tengah.

Komentar