Dua Orang Lyonnais yang Berpotensi Akhiri Dominasi PSG

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Dua Orang Lyonnais yang Berpotensi Akhiri Dominasi PSG

Sudah tiga musim berturut-turut Paris Saint-Germain mejuarai Ligue 1. Musim ini mereka berpeluang kembali menjadi juara. PSG masih terlalu kuat untuk kesebelasan-kesebelasan Prancis lain, termasuk AS Monaco yang juga memiliki kekuatan finansial seperti mereka. Namun PSG tidak akan menjuarai Ligue 1 tujuh musim berturut-turut seperti yang pernah dilakukan Olympique Lyonnais. Dan kesebelasan yang akan menyudahi dominasi PSG adalah Olympique Lyon sendiri.

Olympique Lyon mungkin tidak akan menyudahi dominasi PSG pada musim ini. Namun musim depan atau dua tahun lagi, ketika Olympique Lyon sudah kembali kuat, tanpa kekuatan finansial yang sama besar dengan PSG pun mereka akan mampu mengakhiri musim di puncak klasemen. Kembali menguasai Ligue 1 bukan impian bagi mereka.

Jauh sebelum PSG menguasai Ligue 1 dengan dana nyaris tak terbatas yang menciptakan jurang pemisah antara mereka dengan kesebelasan-kesebelasan lain, Olympique Lyon menorehkan prestasi yang hingga saat ini masih belum berhasil disamai kesebelasan mana pun di lima liga besar Eropa: menjuarai liga tujuh musim berturut-turut sejak 2001/02. Proses panjang menuju kejayaan tersebut dimulai ketika seorang pengusaha perangkat lunak bernama Jean-Michel Aulas menjadi presiden kesebelasan pada 1987.

Masyarakat Lyon sebenarnya bukan orang-orang yang secara alami menyukai sepakbola. Walau kota mereka lebih besar dan lebih kaya dari Saint-Étienne, kesebelasan kota mereka tidak lebih hebat dari kesebelasan kota tetangganya. Adalah wajar menemukan warga kota Lyon yang tidak peduli kepada Olympique Lyon. Aulas mengubahnya.

“Aulas berpikir rasionalitas sepakbola bekerja kurang lebih seperti ini: jika kita membeli pemain bagus dengan harga yang lebih murah dari harga pasarnya, kita akan memenangi lebih banyak pertandingan,” tulis Simon Kuper dan Stefan Szymanski dalam Soccernomics. “Kita karenanya akan memiliki lebih banyak uang untuk membeli pemain yang lebih bagus namun tetap lebih murah dari harga pasar. Pemain yang lebih baik membawa kita memenangi lebih banyak pertandingan, dan itu akan menarik lebih banyak pendukung (dan karenanya lebih banyak uang), karena Aulas melihat kebanyakan pendukung sepakbola di mana pun lebih mirip dengan orang yang belanja ketimbang pengikut agama: jika mereka bisa mendapatkan pengalaman yang lebih baik di tempat baru, mereka akan pergi ke sana.”

Perlahan tapi pasti Aulas menjadikan Olympique Lyon lebih kuat dengan kebijakan bisnis yang menjadi dasar kejayaan mereka saat ini. Dengan itu ia menarik lebih banyak orang datang ke stadion dan sedikt demi sedikit meningkatkan jumlah kekayaan kesebelasan. Dengan jumlah kekayaan yang meningkat Aulas meningkatkan kualitas kesebelasan dan dengan sendirinya menambah jumlah pengikut dan pemasukan kesebelasannya. Begitu terus, perlahan tapi pasti.

“Setiap tahun kami berusaha mencapai sebuah kemajuan olahraga, dan kemajuan sumber daya finansial kami,” ujar Aulas berkisah kepada Kuper dan Szymanski. “Seperti balap sepeda: menyalip satu orang yang paling dekat.”

Perlahan tapi pasti Aulas membawa Olympique Lyon naik ke divisi tertinggi. Namun kejayaan belum benar-benar mereka raih hingga Aulas menemukan seorang tangan kanan yang tepat bernama Bernard Lacombe, yang menduduki jabatan direktur teknik Olympique Lyon sejak tahun 2000. Dua tahun setelah Lacombe menduduki posisinya, Olympique Lyon memulai dominasi tujuh tahun mereka.

Pembangunan stadion baru Lyon akan rampung awal tahun 2016, simak bagaimana hal itu bisa menjadi titik awal upaya Olympique Lyon mengakhiri dominasi PSG di halaman berikutnya.

Komentar