Ingatan-ingatan yang Indah tentang Suharno

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Ingatan-ingatan yang Indah tentang Suharno

Karya Alief Maulana

Kemarin muncul kabar sedih yang begitu mengejutkan: Suharno, pelatih kepala Arema Cronus, meninggal. Ia wafat beberapa jam setelah memimpin sesi latihan Arema. Kabar menyebutkan bahwa Suharno terkena serangan jantung.

Kabar itu jelas mengejutkan. Sontak dan tiba-tiba. Sebagai bagian dari suporter Gresik United, saya dan teman-teman tergabung dengan Ultras Malang Raya, saya merasakan kehilangan. Kendati saat wafat ia masih berstatus sebagai pelatih Arema, namun Gresik United juga sempat merasakan sentuhannya. Dan itulah kenapa ada ikatan antara kami dengan Suharno.

Pada 2012, kami kedatangan Suharno. Saya pribadi sudah tahu sosoknya sejak masih bekerja di Persis Solo dan Deltras Sidoarjo. Yang saya tahu juga, beliau sempat melatih di Arema sebelumnya.

Kami mendapat kehormatan “dilayani” oleh tangannya. Kala itu, Gresik dalam situasi yang kurang ideal karena sebelumnya manajemen seperti setengah-setengah membawa Gresik United. Optimisme kami naik seiring kedatangan Suharno.

Di tangan Suharno, pemain baru berdatangan. Sasa Zecevic, Dirga Lasut, Siswanto, Matsunaga, dan Aldo Baretto. Itu nama-nama tenar yang mengisi pos-pos penting. Sisanya adalah pemain-pemain lama plus pemain asli Gresik.

Dan Matsunaga, sampai saat ini, masih bermain di Gresik. Untuk ukuran pemain asing yang mampu bertahan selama 3 musim adalah sebuah prestasi. Dan bisa dikatakan, Suharno-lah yang meletakkan batu fondasi bagi skuad Gresik United ke depannya.

Kami percaya di bawah asuhan Suharno, Gresik United akan terbang tinggi. Dan itu terbukti benar. Kepercayaan mahal kami dibayar lunas olehnya.

Gresik United dibawanya ke papan atas ISL musim 2012. Sebelum akhirnya Coach Suharno mengalami sakit dan harus opname. Selama opname, kursi pelatih digantikan M. Khusaeri, kapten Petrokimia Putra ketika meraih gelar juara tahun 2001/2002. Dan saat itulah penurunan performa Gresik mulai terlihat.

Gresik United mulai ompong. Imbasnya, Suharno harus dipecat. Padahal, performa buruk yang didapatkan Gresik United kala itu didapatkan ketika Suharno sedang mengikuti perawatan di rumah sakit.

Ketika di rumah sakit, beberapa dari kami menjenguknya. Kami menanyakan kondisi kesehatannya. Dan ada satu cerita unik. Salah satu dari kami request agar mengontrak Gustavo Lopez. Suharno kala itu mengatakan akan melakukannya. Karena memang beliau menyukai cara bermain Gustavo Lopez. Tetapi sebelum hal itu terjadi, ia sudah dipecat.

Tidak lama setelah itu, Coach Suharno berlabuh di Arema Cronus. Dan ia merealisasikan ucapannya: bahwa dia akan membeli Gustavo Lopez. Benar, Arema yang mendapatkan Gustavo Lopez, bukan Gresik United.

Setelah menukangi Arema, nama Suharno semakin dikenal publik. Tentu saja karena prestasi Arema yang semakin naik. Setelah sebelumnya jeblok pasca dualisme karena banyak pemain bintangnya yang memilih bergabung di Arema Indonesia IPL. Musim pertama di Arema, ia mampu menyelamatkan Arema dari jurang degradasi. Musim kedua, Arema mampu jadi salah satu kandidat serius meraih gelar juara. Benar-benar bukan Arema seperti sebelumnya.

Kepercayaan kami bahwa Suharno adalah pelatih hebat terbukti. Ia mampu membangunkan Singo yang sedang tertidur dan kembali menjadi Edan.

Suharno bagi kami adalah pelatih terbaik. Walau kebersamaan kami singkat, malah sangat singkat, tak sampai setengah musim. Karena memang saat itu Coach Suharno harus melakukan pengobatan di Malang. Tapi di waktu yang singkat itu, Suharno sukses menjadi hebat di mata kami.

Mengenai prestasi, kami tidak bisa menilai. Karena beliau menukangi Gresik United sangat sebentar. Bagi kami, kehebatan beliau tidak hanya dalam ranah prestasi. Ada hal lain. Yakni ikatan batin yang ia buat.

Ya, Suharno adalah satu-satunya pelatih yang masih memiliki ikatan batin dengan kami (suporter), manajemen, pemain, dan bahkan elemen terkecil dalam sepakbola yang selalu terlupakan: penjaga mess pemain.

Manajemen Gresik United mengatakan bahwa ketika menjadi pelatih Gresik United, beliau datang malam-malam ke mess pemain hanya untuk sekedar mengecek kondisi mess. Setelah pulang, ia memberikan “uang rokok” untuk para penjaga mess. Entah apa niatnya. Kalau saya boleh menebak, beliau menghargai penjaga mess yang selama ini menjadi penjaga semua pemain ketika berada dalam mess.

Selain itu, selepas Coach Suharno tak lagi melatih Gresik United, ia masih peduli dengan Gresik United. Bahkan, ketika Gresik United kalah dalam pertandingan, Coach Suharno menyempatkan waktunya untuk menelepon salah satu manajemen untuk sekedar sharing mengenai pertandingan. Hal ini terungkap ketika manajemen Persegres Gresik United mengungkapkannya melalui akun twitternya.

Sepertinya tidak banyak menemukan pelatih yang masih memberikan kepeduliannya untuk mantan tim yang telah menendangnya secara kurang terhormat. Dan Suharno adalah salah satu pelatih yang demikian itu.

Dalam lubuk hati, kami kecewa dengan perlakuan manajemen untuk Suharno. Selain karena posisi Gresik United masih sangat aman saat itu, tapi juga karena Suharno yang sejatinya mampu menarik hati kami.

Budaya untuk mendatangi suporter setelah pertandingan juga diperkenalkan oleh Suharno. Bagi kami, itu adalah penghargaan terbesar yang diberikan pemain kepada kami para suporter yang 90 menit lebih berdiri di atas tribun menghabiskan uang, waktu, dan suara hanya untuk mereka. Penghargaan yang tidak ternilai bagi kami.

Di Ultras Gresik, ada salah satu salam jari yang memang sudah menjadi ciri khas yaitu salam dengan mengacungkan jari telunjuk dan kelingking. Salam jari ini menunjukkan huruf U. Huruf depan nama kami, Ultras Gresik.

Kami memperkenalkan itu ke semua warga Gresik dan ke seluruh penjuru Nusantara. Inilah kami, inilah Gresik, dan inilah Ultras Gresik. Kami bangga dengan identitas itu. Dan Suharno adalah satu-satunya pelatih yang ikut dalam salam jari itu. Dalam setiap pertandingan kandang, beliau selalu memberikan salam jari ke kami. Salam yang menunjukkan betapa besarnya kami.

Ikatan batin yang ia buat tadi adalah alasan mengapa Suharno adalah pelatih terbaik yang pernah melatih Gresik United dengan segala kenangan yang ia berikan.

Hal itu akan terus kami simpan dalam hati walau Suharno bukanlah pelatih yang rajin memberikan gelar juara. Ia bukanlah Jacksen F. Tiago di Persipura yang sering memberikan gelar juara. Tapi ia adalah pelatih yang memberikan kenangan dan ikatan yang tidak pernah kami lupakan.

Kami bermimpi, akan muncul pelatih-pelatih lain sepertinya. Yang tidak hanya dekat dengan pemain, tetapi juga dekat dengan staf. Pelatih yang peduli dengan sisi terkecil dalam sepakbola. Pelatih yang mampu merebut hati suporter. Karena sekali lagi, sepakbola tanpa suporter rasanya hampa. Dan Suharno menyadari itu dan ia mampu merebut hati suporter dan tidak heran jika suporter pun, setidaknya kami, akan selalu cinta kepada Suharno.

Selamat jalan, Coach Suharno! Jasa-jasamu untuk sepakbola Indonesia, khususnya untuk sepakbola di Gresik, tidak akan pernah kami lupakan. Terimakasih atas waktu yang singkat nan membekas di hati kami.

Kami percaya Tuhan akan memberikan tempat terindah di surga. Maafkan kalau anda pergi di saat kondisi sepakbola negeri ini sedang carut marut. Maafkan kalau para petinggi sepakbola bertarung sendiri demi kepentingan pribadi. Anda akan selalu kami kenang.

Selamat jalan, Coach Suharno!

Penulis adalah mahasiswa Hubungan Internasional yang mencintai sepakbola seperti mencintaimu. Dapat dihubungi melalui akun twitter: @alipjanic.

Komentar