108 Tahun Feyenoord Rotterdam!

Backpass

by Redaksi 39

Redaksi 39

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

108 Tahun Feyenoord Rotterdam!

Pada 19 Juli 1908, 108 tahun silam, sebuah kesebelasan lahir di Feijenoord, salah satu distrik di kota Rotterdam, Belanda. Sebelum namanya berubah menjadi Feyenoord Rotterdam, kesebelasan yang baru berdiri itu pertama kali dinamakan Wilhelmina.

Empat tahun berselang, Wilhelmina berubah menjadi SC Feijenoord. Nama ini bertahan hingga 50 tahun lebih. Setelah SC Feijenoord mulai dikenal dunia, para pemimpin kesebelasan sepakat untuk mengubahnya namanya menjadi SC Feyenoord. Salah satu alasan adanya perubahan nama karena kebanyakan orang-orang di luar Belanda tidak tahu bagaimana melafalkan "ij".

1



Feyenoord mulai mendulang kesuksesan saat baru berusia 16 tahun. Saat Feyenoord promosi ke kasta tertinggi liga Belanda, Feyenoord berhasil memenangkan gelar Netherlands Football League Championship pada 1923/24. Perlu diketahui, ajang Netherlands Football League Championship adalah ajang sepakbola yang dibentuk sejak 1888 dan sekarang dikenal dengan Eredivise. Sebelumnya, kesebelasan Rotterdam lainnya, Sparta Rotterdam, telah 5 kali menjuarai ajang ini sebelum akhirnya Feyenoord berhasil menjadi juara.

Sparta Rotterdam dan Excelsior adalah dua kesebelasan Rotterdam lainnya. Walaupun tiga kesebelasan ini juga berada di divisi utama, namun rival utama Feyenoord sebenarnya adalah Ajax Amsterdam.

Awal rivalitas Feyenoord dan Ajax Amsterdam terjadi pada November 1956. Walaupun pertemuan pertama mereka terjadi pada Oktober 1921, namun laga pada November 1956 yang menahbiskan status keduanya sebagai rival utama. Kala itu, Ajax mengalami kekalahan telak oleh Feyenoord dengan skor mencolok 3-7. Daan den Bleijker, penyerang andalan Feyenoord, berhasil melesakkan 4 gol. Selanjutnya, Feyenoord terus mendominasi De Klassikier dan mendulang berbagai prestasi baik di Eredivise maupun di ajang Internasional.

Kebangkitan Feyenoord yang dipicu oleh laga pada November 1956 itulah yang akhirnya memicu rivalitas keduanya. Namun pada era 90-an prestasi Feyenoord mengalami penurunan karena masalah finansial. Dan di era itu pula, ketika Feyenoord menurun, Ajax justru bangkit merajai Belanda bahkan sempat pula menguasai Eropa (juara Piala Champions 1995 dan menjadi runner-up di musim berikutnya).

2 rev

Sebenarnya itu bukan pengalaman pertama Feyenoord mengalami masalah finansial. Pengalaman buruk pada 1990 itu dimulai dengan bangkrutnya sponsor utama mereka. Untungnya, walaupun Feyenoord tidak mampu finish di papan atas liga, setidaknya mereka mampu menghindari degradasi. Masalah finansial ini juga tidak terlalu mempengaruhi Feyenoord dalam meraih gelar-gelar juara.

Masalah finansial yang kedua terjadi pada 2009 yang menjadi awal mula keringnya juara. Gelagat muncul dua tahun sebelumnya saat Dirk Kuyt dan Salomon Kalou, dua pemain kunci Feyenoord, pindah ke Inggris. Padahal Van den Herik, kepala direksi Feyenoord, sebelumnya menyatakan bahwa keuangan baik-baik saja. Namun penjualan dua pemain kunci itu menyiratkan hal sebaliknya.

Sebelum Van den Herik mundur dari jabatan, ia masih sempat mendatangkan Charisteas, pemain Yunani yang sebelumnya menjadi cadangan di Ajax, untuk memperkuat pos yang ditinggalkan Kuyt. Nasib Charisteas berujung naas karena performanya malah memburuk.

Sontak pendukung Feyenoord pun murka. Puncaknya saat Feyenoord menggelar laga di kancah Eropa melawan AS Nancy, kesebelasan dari Perancis. Pendukung Feyenoord melakukan kerusuhan sebelum dan sesudah pertandingan yang berujung dilarangnya Feyenoord mengikuti kompetisi Eropa lagi.

Bukan itu saja, di akhir musim, Feyenoord juga hanya berada di peringkat ketujuh klasemen akhir Eredivisie. Komplit sudah bencana bagi Feyenoord. Setelah selalu tampil di Eropa selama 16 musim berturut-turut, kini mereka harus absen oleh kegagalan di dalam dan di luar lapangan.

Akhirnya, pada musim 2006/07, Feyenoord menunjuk Bert van Marwijk sebagai pelatih. Pendukung Feyenoord cukup senang karena pelatih baru mereka bisa mendatangkan dua nama besar yaitu Giovanni van Bronckhorst dan Roy Makaay. Walaupun di akhir musim van Marwijk hanya mampu membuat Feyenoord bertengger di posisi 6 klasemen Eredivise, namun ia mampu menjuarai Dutch Cup. Raihan trofi ini juga terhitung spesial karena diraih tepat saat Feyenoord memperingati usia yang ke-100 tahun.

Hingga saat ini, Trofi Dutch Cup 2006/07 adalah trofi terakhir yang diraih Feyenoord. Tahun berikutnya, Feyenoord nir gelar karena Gertjan Verbeek, pelatih pengganti van Marwijk yang didapuk melatih tim nasional Belanda, tidak mampu memberi satu pun gelar juara bagi Feyenoord.

Pada musim 2013/2014 nama Feyenoord kembali mencuat. Kala itu Feyenoord ditukangi Ronald Koeman, legenda Belanda dan Barcelona, yang menjadi opsi Feyenoord kala Louis van Gaal menolak menukangi klub Rotterdam itu.

Feyenoord memang tidak menjuarai Eredivisie musim 2013/2014. Mereka hanya mampu menyelesaikan musim di posisi runner-up dengan selisih empat poin dengan rival utama mereka, Ajax Amsterdam. Namun performa mereka musim ini dinilai sebagai awal kebangkitan Feyenoord di tahun-tahun mendatang.

Tapi harapan kebangkitan itu mesti ditahan dalam-dalam karena di akhir musim Ronald Koeman memutuskan pindah ke Inggris untuk membesut Southampton. Tidak hanya Koeman sendiri yang pergi karena sang pelatih juga memboyong membawa Graziano Pelle, top skor Feyenoord waktu itu.

Sedihnya, langkah itu segera diikuti oleh yang lain. Mengetahui peluang bermain di luar sedang terbuka lebar, pemain-pemain kunci Feyenoord lain pun mengikuti. Dua bek andalan Daryl Janmaat dan Stefan de Vrij pun hengkang ke Newcastle United dan Lazio.

Kini harapan Feyenoord ada di Giovanni van Bronckhorst, kapten tim nasional Belanda di Piala Dunia 2010. Lelaki berdarah Maluku ini kini ditunjuk untuk pelatih Feyenoord. Bersama Dirk Kuyt yang kembali merumput di negeri Belanda, sepak terjang Feyenoord musim 2015/2016 ini sepertinya cukup menarik ditunggu para pecinta sepakbola Belanda.

*Tambahan: Di akhir musim 2015/16 kembali mendapatkan gelar, yakni trofi KNVB Beker atau yang lebih dikenal dengan KNVB Cup. Sehingga membuat total trofi KNVB Cup mereka menjadi 12.

Baca juga

Kisah Konyol Ketika Johan Cruyff Diisukan Meninggal

Putaran Cruyff, Trik Warisan Legenda Belanda

Rekam Jejak Kekerasan SCF, Hooligans Feyenoord

Komentar