Pelajaran Berharga dari Sebuah Kekalahan yang Luar Biasa

Backpass

by Ammar Mildandaru Pratama

Ammar Mildandaru Pratama

mildandaru@panditfootball.com

Pelajaran Berharga dari Sebuah Kekalahan yang Luar Biasa

Rasanya semua akan sepakat bahwa tujuan bermain sepakbola salah satunya adalah untuk menang. Anda barangkali bisa berargumen lain, misalkan, bermain hanya untuk kesenangan atau olahraga semata, tetapi jika bisa bersenang-senang sambil berkeringat tapi juga menang, kenapa tidak?

Maka tak heran kemudian ada kesebelasan yang memakai segala cara agar bisa menang. Caranya bisa macam-macam; mulai dari diving, mengelabui wasit, hingga menyuap pemain lawan, dsb. Tapi bagaimana jika sebuah kesebalasan tak kunjung kalah, masihkah menang menjadi momen istimewa?

Beberapa raksasa Eropa sudah pernah mencicipi nikmatnya tak tersentuh kekalahan hingga waktu yang panjang. Arsenal dan Juventus mampu perkasa hingga 49 pertandingan, lalu sedikit di atasnya ada Ajax yang mencapai 52 laga beruntun. Sedangkan rekor lebih baik dimiliki AC Milan dengan rentetan tanpa kekalahan hingga 58 kali. Namun catatan terbaik di Eropa masih ada di tangan Steaua Bucharest, kesebelasan asal Rumania tersebut mampu menjaga konsistensi hingga tiga tahun dengan 104 pertandingan tak terkalahkan.

Tetapi deretan rekor pertandingan tanpa kekalahan di atas ternyata masih kalah oleh ASEC Mimosa, sebuah kesebelasan dari Pantai Gading. Mereka tak tersentuh kekalahan selama hampir lima tahun dari awal 1990 hingga pertengahan 1994 dengan total 108 pertandingan. Jumlahnya memang hanya terpaut sedikit di atas rekor Steaua Bucharest (104) tetapi yang perlu diingat jumlah laga dalam satu musim di Pantai Gading dan Rumania amatlah berbeda.

Itulah sebabnya rekor ASEC Mimosa terasa spesial karena berlangsung dalam periode yang lebih lama. Rekor tersebut pecah pada 19 Juni 1994. Sebuah momen yang jika dilihat dari pencapaian tentu saja merupakan sesuatu yang bersejarah.

Pencetak gol terbanyak andalan Mimosa: Abdoulaye Pencetak gol terbanyak andalan Mimosa: Abdoulaye "Ben Badi" Traoré


Pada musim tersebut capaian Mimosa sebenarnya juga tak buruk-buruk amat, masih perkasa malah. Menang sebanyak 11 kali dan imbang sekali pada 12 laga awal. Baru pada pertandingan ke 13 mereka kalah dengan skor tipis 1-2 dari SO Armee. Laga selanjutnya Mimosa bahkan menyapu bersih 11 laga sisa dengan kemenangan, namun tetap saja rekor tersebut sudah dianggap pecah karena kalah.

Berdiri sejak tahun 1948, Mimosa adalah kesebelasan paling sukses dalam sejarah sepakbola Pantai Gading. Total 24 gelar telah mereka raih dengan 5 di antaranya berasal dari periode emas yang tak terkalahkan tersebut. Musim-musim selanjutnya masih tetap sama meski rekor sebelumnya tak bisa lagi dipecahkan.

ASEC Mimosa meruapakan salah satu kesebelasan yang berasal dari kota Abidjan, pusat sepakbola Pantai Gading dan kota terbesar di negeri asal Didier Drogba. Pada musim lalu saja total ada lima kesebelasan dari kota tersebut yang tampil di divisi teratas.

Mereka juga paham bagaimana cara memanfaatkan kekuatan dominasinya. Pada tahun 1994 didirikanlah salah satu akademi terbaik di Benua Afrika bernama ASEC Mimosiscom Academy, tahun yang bertepatan dengan pecahnya rekor kekalahan Mimosa. Dari sana pula bakat-bakat terbaik pesepakbola Pantai Gading kemudian ditelurkan.

BBC menyebutnya sebagai pabrik sepakbola Pantai Gading; tempat Yaya & Kolo Toure bersaudara, Gervinho, hingga Emmanuel Eboue ditempa. Fasilitas yang dimiliki akademi ini pun sangat lengkap. Mereka memiliki fasilitas penunjang latihan seperti lapangan sepakbola, kolam renang, lapangan tennis, gym, ruang medis, dan ruang belajar untuk sekolah.

Sebuah pelajaran yang sangat berharga dari ASEC Mimosa: mereka tak pernah puas dengan rentetan kemenangan yang sesungguhnya amat sangat layak dibanggakan. Lima tahun tak terkalahkan tak membuat mereka berpuas diri. Mereka terus memperbaharui dan memodernisasi diri, membangun akademi sepakbola yang pelan-pelan dipercanggih. Dengan itulah akhirnya mereka dapat menjaga konsistensinya dengan medominasi sepakbola Pantai Gading hingga 20 tahun lamanya.

Selama hampir lima tahun tanpa kekalahan namun mereka tetap terus menerus melakukan perbaikan. Hal inilah hal yang perlu untuk dicatat dari Mimosa.

Betapa tidak, evaluasi bahkan otokritik lebih sering kita lakukan atau lebih gampang dilakukan ketika kekalahan atau keterpurukan kadung menjadi kenyataan yang tidak bisa ditolak. Sangat jarang evaluasi dan perbaikan terus menerus dilakukan ketika sedang berjaya dan bergelimang kemenangan.

Tetapi bagaimana caranya mengukur kekurangan jika tak ada yang mampu menjadi tolak ukur evaluasi? Yang lebih parah tentu saja sudah pasti terpuruk tapi tak mau melakukan perbaikan.

Komentar