Roda Kehidupan yang Berputar bagi Oumar Niasse

Cerita

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Roda Kehidupan yang Berputar bagi Oumar Niasse

Nasib dalam kehidupan manusia ibaratkan roda yang terus berputar. Tak selamanya seseorang harus merasakan penderitaan, karena cepat atau lambat siklus akan berganti. Inilah yang dialami oleh Oumar Niasse, penyerang Everton yang saat ini tengah mendapat perhatian publik Merseyside biru karena penampilan apiknya di dua laga terakhir bersama The Toffees.

Niasse menjadi satu sosok krusial dari kebangkitan Everton saat ini. Dua kali dipercaya tampil oleh Ronald Koeman, pemain asal Senegal itu berhasil membayar kepercayaan itu dengan torehan gol. Memulai aksinya di musim 2017/2018 saat Everton menghadapi Sunderland pada Kamis (21/9) dini hari di ajang Piala Liga Inggris, Niasse berhasil menciptakan satu gol.

Saat itu Niasse sebenarnya memulai pertandingan dari bangku cadangan. Pemain asal Senegal itu masuk menggantikan Dominic Calvert-Lewin pada menit 66. Hanya butuh waktu selama 17 menit saja bagi Niasse untuk menunjukkan kegemilangannya, karena pada menit 83 ia sukses mengonversi umpan matang Tom Davies untuk mencetak gol ketiga Everton.

Satu gol yang berhasil diciptakan penyerang 27 tahun itu membuat Koeman mulai menaruh kepercayaan kepada Niasse, saat Everton tampil menghadapi Bournemouth di pekan keenam Liga Primer, Sabtu (23/9) di Goodison Park. Everton sempat kesulitan untuk mencetak gol, bahkan mereka tertinggal lebih dulu pada menit 49 setelah Joshua King memperdayai Jordan Pickford.

Enggan kembali mengalami kekalahan keempat secara beruntun di Liga Primer, Koeman kemudian melakukan perubahan, salah satunya memasukkan Niasse pada menit 55 untuk menggantikan Wayne Rooney. Masuknya Niasse membuat permainan The Toffees lebih agresif. Penampilan apik Niasse kemudian ditandai dengan dua gol yang berhasil ia ciptakan pada menit 77 dan 82. Dua gol tersebut membuat Everton mampu membalikkan keadaan dan akhirnya menang dengan skor 2-1.

Niasse kemudian dielu-elukan sebagai pahlawan kemenangan Everton atas Bournemouth. Ia juga menjadi sosok sentral atas keberhasilan Everton menghentikan tren negatif mereka, yang juga kini telah merangkak meninggalkan zona degradasi.

Sebagai gambaran, sebelum meraih kemenangan atas Sunderland dan Bournemouth, Everton menandai penampilannya di lima pekan awal Liga Primer Inggris dengan catatan yang mengkhawatirkan. Saat pekan kelima Liga Primer rampung digelar, The Toffees harus puas berada di posisi 18, yang merupakan zona degradasi di tabel klasemen kompetisi.

Lima pertandingan mereka lakoni dengan hasil yang kurang menyenangkan, hanya ada satu kemenangan yang diraih atas Stoke City di laga perdana, setelahnya Everton hanya meraih hasil imbang 1-1 saat menghadapi Manchester City. Kemudian mereka harus menelan tiga kekalahan beruntun dari Chelsea (0-2), Tottenham Hotspur (0-3), dan Manchester United (0-4).

"Kemenangan penting hari ini. Semua orang tahu bagaimana rasanya bagi para manajer, jika Anda berhasil membalikkan keadaan setelah tertinggal. Oumar tampil luar biasa saat dia datang, saat bergabung dengan Dominic Calvert-Lewin kami menunjukkan lebih banyak agresi. Kita bisa memaksimalkannya musim ini, karena musim lalu berbeda, kami punya Lukaku," terang Koeman seusai laga melawan Bournemouth, seperti dilansir dari The Guardian.

Roda Nasib Niasse yang Berputar

Pujian Koeman yang dialamatkan kepada Niasse secara tidak langsung juga telah membuat manajer asal Belanda itu menjilat ludahnya sendiri. Musim lalu, Koeman pernah melontarkan pendapat yang pastinya amat menusuk hati Niasse: "Jika dia menyukai sepak bola maka dia harus pergi (dari Everton),” terang Koeman seperti dilansir dari Liverpool Echo.

Niasse datang ke Goodison Park pada awal 2016 lalu, saat tampuk kepelatihan Everton masih dikendalikan oleh Roberto Martinez. Ia didatangkan dari CSKA Moskow dengan mahar 13,5 juta paun. Bagi kesebelasan sekaliber Everton, harga yang dibayarkan untuk Niasse terbilang mahal. Namun Martinez meyakinkan, Niasse akan menjadi sosok penting di barisan depan Everton.

“Kami sangat senang karena ia adalah pemain yang sudah cukup lama kami pantau. Kali pertama kami melihat Oumar pada pekan pertama September 2015. Sejak saat itu kami telah mencari tahu karakternya. Ketika kami tahu ada jalan untuk bisa memboyongnya, kami bergerak cepat, kami melepas dua pemain dan membawa seseorang berusia 25 tahun yang telah sukses di dua liga Eropa [Turki dan Rusia], memiliki semangat tinggi, dan akan cocok dengan ruang ganti kami,” kata Martinez seperti dilansir dari The Guardian pada Februari 2016 lalu.

Dalam pernyataan itu, Martinez seolah sedang beretorika bahwa uang 13,5 juta paun yang dikeluarkan Everton tidak akan sia-sia. Niasse datang dengan status sebagai pemain terbaik Liga Rusia 2015. Namun, Everton saat itu masih memiliki Lukaku yang selalu diandalkan sebagai juru gedor utama. Selain itu, sejak 10 Desember ia tidak menjalani pertandingan kompetitif sehubungan dengan libur paruh musim Liga Rusia.

Baca juga: Oumar Niasse, Akan Jadi Pemanas Bangku Cadangan Termahal?

Namun kenyataan tak berjalan sesuai dengan ekspektasi. Selama paruh musim 2015/2016, Niasse lebih banyak duduk di bangku cadangan. Hanya ada lima pertandingan yang ia lakoni, dengan dua di antaranya tampil sejak menit pertama.

Saat Koeman datang untuk menggantikan Martinez yang dipecat, posisi Niasse berada di ujung tanduk. Koeman tampak kurang menyukai dirinya. Terlebih saat mantan pelatih Southampton itu menyuruh Niasse pergi dari tim secara terang-terangan, setelah melihat penampilan buruknya di masa pramusim.

Penderitaan pun dimulai, Niasse tersingkir dari tim utama. Pengusiran secara halus dilakukan, pertama dengan menyuruh Niasse berlatih bersama tim cadangan. Lebih parah lagi, ia tidak diberikan loker di tim utama, hal yang kemudian membuatnya seperti seseorang yang tengah terjebak dalam pengasingan.

“Dia menyuruh saya untuk ikut berlatih di tim U23 dan saya juga tidak memiliki loker. Pemain lain memiliki tempat untuk menyimpan barang mereka. Sementara saya tidak. Sejak saat itu, setelah saya berlatih, saya langsung menaruh semua barang di mobil dan langsung pulang ke rumah,” ujar Niasse.

Niasse sadar bahwa dirinya sudah tidak lagi dibutuhkan Everton, namun tidak seperti kebanyakan pemain lainnya yang langsung memilih pergi dari tim saat dikecewakan oleh pelatihnya, Niasse tetap bertahan meski harus menelan pil pahit. Bahkan ketika klub memutuskan untuk meminjamkannya ke Hull City pun, Niasse menerima dengan lapang dada.

“Hal yang menimpa saya saat ini sangat menyedihkan. Jujur saja, saya merasa tidak pantas menerima hal ini. Saya pun hanya dapat berpikir bahwa inilah jalan dan satu-satunya hal yang harus dilakukan adalah melawan ini semua dan berharap semuanya akan cepat selesai,” tegasnya.

Baca juga: Nasib Nahas Oumar Niasse di Everton

Pada awal musim 2017/2018, alih-alih memanfaatkan potensi Niasse untuk menjadi pengganti Romelu Lukaku yang hengkang ke Manchester United, Koeman justru lebih memilih mendatangkan Sandro Ramirez dan Wayne Rooney untuk membuat daya gedor timnya semakin bertaji. Jelas ini menjadi kondisi yang kurang menguntungkan bagi Niasse saat kembali ke Everton setelah menyelesaikan masa pinjamannya di Hull City.

Kesabaran dan Kerja Keras Niasse yang Patut Ditiru

Melihat kondisi itu, peluang bagi Niasse untuk tampil di tim utama sangatlah kecil. Namun Niasse tak lantas putus asa dengan keadaan. Meski peluangnya untuk tampil begitu kecil, kesempatan kecil itu tetap ia ambil.

Niasse pun bekerja keras untuk bisa mendapatkan kepercayaan Koeman, dengan tampil impresif bersama tim cadangan Everton. Hingga sampai saat Koeman merasa frustrasi karena tidak ada satu pun sosok di lini depan Everton bisa menggantikan peran Lukaku, Niasse akhirnya di panggil kembali ke tim utama.

Hasilnya, ia mampu membayar kepercayaan itu dengan penampilan impresif di lapangan. Niasse mengungkapkan bahwa kesabaran dan kerja keras adalah hal utama yang dilakukannya untuk bisa meluluhkan kerasnya pendirian Koeman yang menginginkan dirinya untuk pergi. Satu hal lain, Niasse juga percaya bahwa dalam kehidupan ini tidak ada yang tidak mungkin.

"Dalam hidup, semuanya bisa terjadi," katanya. "Itulah yang saya katakan, selalu, kadang-kadang Anda pikir segalanya bertentangan dengan Anda, tapi itu hanya cara yang Tuhan pilih, seperti yang Tuhan berikan kepada Anda,” terangnya.

"Anda harus hidup dengan itu dan menjadi orang terbaik yang Anda bisa, bekerja keras, menjadi profesional dan, bahkan jika Anda berusia di bawah 18 tahun, di bawah usia 23 tahun atau dengan tim utama, Anda harus bekerja keras. Saya pikir adalah hal terbaik yang harus dilakukan," sambungnya.

Foto: @Everton, SkySport

Komentar