De Bruyne yang Semakin Berbahaya Jika Diberi Kebebasan

Taktik

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

De Bruyne yang Semakin Berbahaya Jika Diberi Kebebasan

Bukan hal yang berlebihan jika mengatakan bahwa Kevin De Bruyne merupakan gelandang terbaik, bahkan pemain terbaik, di Premier League. De Bruyne memiliki kemampuan yang lengkap sebagai gelandang serang, mulai dari visi bermain, jangkauan umpan, sepakan jarak jauh, umpan silang, hingga kemampuan melakukan pressing. Secara fisik, ia bukanlah gelandang yang pergerakannya lambat. Ia punya postur 181 sentimeter dengan kekuatan yang cukup baik.

De Bruyne biasa dipasang dalam formasi 4-3-3 yang diusung Pep Guardiola sebagai gelandang, di depan Rodrigo dan sejajar dengan David Silva. Pada posisi tersebut, ia dan Silva sama-sama menjadi motor serangan City. Ketika dipasang dengan Silva, ia akan bergantian dengan Silva untuk menusuk pertahanan lawan. Terkadang, De Bruyne akan lebih dekat dengan Rodri untuk menjemput bola, sementara Silva berada di posisi yang lebih naik, begitu pula sebaliknya.

Ketika membantu serangan, De Bruyne lebih sering berada di sisi kanan. Ia membuat permainan kombinasi cantik dengan Riyad Mahrez atau Bernardo Silva dan Kyle Walker atau Joao Cancelo. Hal tersebut terjadi karena David Silva lebih berbahaya jika membantu sisi kiri City karena ia lebih dominan menggunakan kaki kiri sehingga ia bisa melepaskan umpan-umpan berbahaya dari sisi kiri.

Semua hal tersebut tampak sebagai pakem permainan City di bawah Pep. Namun hal menarik justru terjadi ketika David Silva tidak bermain. Pep biasanya akan mengubah formasi menjadi 4-2-3-1 dengan Rodri dan Gundogan sebagai double pivot dan De Bruyne berperan sebagai "Pemain No 10".

De Bruyne laksana singa yang baru terbangun. Pada posisi tersebut, De Bruyne lebih diberi kebebasan dan ia tak harus turun untuk menjemput bola. Ia bisa menunggu bola di area lawan dan langsung memberi umpan menusuk atau melepaskan sepakan jarak jauh. Ketika enam kali bermain bersama Rodri dan Gundogan musim ini, ia sukses mencetak dua gol dan lima asis. De Bruyne juga bisa lebih bebas dalam menentukan arah penetrasi. Kemampuan kaki kanan dan kiri yang sama-sama baik membuat apa saja bisa ia lakukan dari kedua sisi.

Ketika ia diberi peran tersebut, hidup akan terasa lebih sulit bagi lawan yang menghadapi De Bruyne, terutama yang berposisi sebagai gelandang. Tak hanya teknikal, kemampuan De Bruyne juga baik secara taktikal. Ia tahu di mana ia harus memosisikan diri sesuai dengan posisi lawan. Contohnya adalah ketika sayap kanan City yang berperan sebagai inverted winger, Mahrez atau Bernardo, sedang mendribel bola ke dalam dan membuat bek kiri lawan keluar dari posisi dan meninggalkan ruang. De Bruyne kerap mengisi ruang tersebut dan ia bisa melepaskan umpan silang berbahaya dari sayap kanan.

Contoh terbaru jika De Bruyne tidak ditempel baik itu ketika ia sedang memegang atau tidak memegang bola adalah pertandingan melawan Arsenal yang berakhir dengan kemenangan 3-0 untuk City. Ia mencatatkan satu asis dan dua gol. Asis ia berikan ke Raheem Sterling ketika sedang menusuk pertahanan lawan dari sisi kiri dan melepaskan umpan silang lewat kaki kirinya.

Gol pertama ia cetak ketika tak ada yang menjaganya sehingga ia bisa dengan mudah meneruskan umpan silang Gabriel Jesus dengan teknik yang luar biasa. Gol kedua ia cetak pada situasi ketika ia berhasil menerima umpan di antara lini tengah dan lini belakang Arsenal dan mendapatkan ruang tembak karena Sokratis Papastathopoulos dan Calum Chambers tidak berkomunikasi mengenai siapa yang menutup ruang tembak De Bruyne. Ketiga kontribusi itu terjadi dari kolaborasi antara De Bruyne yang diberi kebebasan lebih dan lawan yang tidak siap. City juga terlihat mudah menusuk pertahanan Arsenal karena minimnya kontribusi bertahan dari empat penyerang Arsenal. Meninggalkan enam pemain bertahan melawan penyerang City bukanlah opsi terbaik yang bisa diambil.

De Bruyne sendiri mengungkapkan analisisnya mengenai kesulitan yang dihadapi Arsenal. “Penyerang mereka menekan tapi ketika kami lolos mereka berempat tidak membantu pertahanan Arsenal. Mereka selalu berada di atas, kecuali Martinelli yang turun sedikit sehingga kami selalu mendapat ruang di seluruh area dan saya rasa sulit untuk enam bek untuk mengontrol itu karena Anda bisa datang dari mana saja,” ujar De Bruyne.

Opsi memberikan kebebasan lebih pada De Bruyne dapat menjadi alternatif bagi Pep. Apalagi saat menghadapi lawan yang menerapkan pressing tinggi namun mudah ditembus dari lini pertahanan City sehingga mempermudah tugas De Bruyne. Menariknya, kontrak Silva akan habis akhir musim ini dan belum ada kepastian apakah ia akan memperpanjang kontraknya atau tidak. Opsi taktik tersebut dapat Pep coba sesekali dan disempurnakan musim ini, sebelum mungkin menjadi pakem baru pada musim depan.

Pertandingan selanjutnya:

Manchester City vs Leicester City (Minggu, 22 Desember 2019 pukul 00:30)

Komentar