Nostalgia "You`re Still The One" Shania Twain dalam Revolusi Emery di Arsenal

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Nostalgia "You`re Still The One" Shania Twain dalam Revolusi Emery di Arsenal

Oleh: Muhammad Hafizhuddin*

Penggemar Arsenal di seluruh penjuru dunia pasti bahagia hatinya belakangan ini. Sembilan kemenangan beruntun dari semua kompetisi diraih The Gunners sebelum jeda Internasional Oktober lalu. Teranyar, pasukan Unai Emery menundukkan perlawanan Fulham, 5-1.

(Catatan redaksi: Saat ini Arsenal sudah memenangi 11 pertandingan secara beruntun).

Performa Arsenal sejauh ini seperti anti klimaks dari dua kekalahan di awal Premier League. Tidak berlebihan, semua tren positif belakangan ini, tidak lepas dari taktik adaptif Unai Emery. Pelatih berpaspor Spanyol itu perlahan menunjukkan kemampuannya dengan sebuah revolusi hebat di London Utara.

Dahulu, revolusi hebat pernah ditandai oleh Arsene Wenger. Di awal kedatangannya ke Arsenal, keraguan terhadap Wenger muncul dari semua pihak, termasuk para pemain. Tugas pria berkebangsaan Prancis ini semakin tidak mudah karena ia datang ketika Premier League musim 1996/1997 tengah bergulir. Lalu, pada musim selanjutnya, The Professor bersama anak asuhnya merengkuh dua trofi prestisius: Premeir League dan Piala FA. Kini, penggemar Arsenal berharap periode serupa bisa kembali terulang.

Berbarengan dengan awal kejayaan revolusi era Wenger, penyanyi pop legendaris, Shania Twain, merilis lagu "You`re still the one" pada 1998. Lagu tersebut menurut penulis, hingga kini, sulit terlupakan. Alunan musik klasik dan suara khas perempuan yang kini berusia 56 tahun itu seakan membawa pendengarnya melayang. Ada penggalan lirik dalam lagu ini, yang mungkin sinkron dengan perspektif pikiran Wenger, Arsenal, juga para Gooner kala itu: “They said, I bet, they`ll never make it, but just look at us holding on, we`re still together still going strong.”

Emery memperbaiki seluruh aspek yang ada secara dinamis. We`ll beat the odds together. Setelah kekalahan melawan Manchester City dan Chelsea, pasukan Meriam London terus menunjukkan grafik positif. Sisi produktivitas menjadi sorotan. Duet striker Pierre-Emerick Aubameyang dan Alexandre Lacazette begitu tajam. Aubameyang mengoleksi enam gol, sementara Lacazette empat gol.

Di tangan Emery, para pemain Arsenal seperti mampu menunjukkan kualitas terbaiknya. Mesut Ozil, Alex Iwobi, Granit Xhaka, hingga Danny Welbeck, merupakan pemain yang mentalitasnya terdongkrak setelah kedatangan manajer pengoleksi tiga gelar Europa League bersama Sevilla ini. Belum lagi performa mentereng yang ditunjukkan pemain muda semisal Mateo Guendouzi, Rob Holding, hingga Emile-Smith Rowe.

Adaptasi taktikal yang diterapkan Emery secara natural membuat para pemain terbiasa melakukan build-up sejak dari lini pertahanan, lewat umpan pendek. Pendekatan ini bukan berarti tanpa celah. Pasalnya, masih terdapat kesalahan-kesalahan dasar yang cukup mengkhawatirkan. Mulai dari salah umpan, kontrol bola yang kurang baik, dan penguasaan bola yang mudah terebut di wilayah sendiri. Namun Arsenal sekarang mulai mengerti apa yang harus dilakukan. Mereka tahu caranya menang, meski dengan bermain buruk sekalipun. Setiap pemain siap bertanggung jawab atas sebuah kesalahan. Pressing ketat pun tak segan-segan dilakukan demi mengamankan permainan. Inilah yang disebut revolusi, perubahan mendasar yang sifatnya dinamis.

Sejauh ini, Emery begitu jeli dalam menentukan komposisi skuat utama. Pria 46 tahun ini tak segan-segan merotasi para pemainnya demi menjaga keseimbangan permainan. Hingga pekan kedelapan Premier League, hanya Granit Xhaka, Hector Bellerin dan Shkodran Mustafi yang turun sejak menit awal pertandingan. Perubahan komposisi ini terbilang wajar mengingat saat ini masih periode awal adaptasi, apalagi hasilnya cukup memuaskan.

Pergantian pemain dalam pertandingan juga dilakukan dengan tepat. Biasanya pergantian pemain dilakukan sesuai kebutuhan, tidak menunggu posisi semakin genting. Setiap pemain yang muncul dari bangku cadangan, cukup sering memengaruhi hasil akhir, entah dengan gol, asis, hingga umpan kunci.

Kala menang di Craven Cottage, Aaron Ramsey dan Pierre-Emerick Aubameyang membuktikan efektivitas pergantian ini. Ramsey mencatatkan satu gol dan satu asis, sedangkan Aubameyang dua gol satu asis. Perubahan arah permainan lewat pemain pengganti, juga strategi yang tepat, tentu menunjukkan adanya kualitas mumpuni dari pembacaan situasi di lapangan seorang Unai Emery.

Arsenal jadi tim paling produktif kedua di Premier League dengan mencetak 22 gol, terpaut empat gol dari Manchester City sebagai kesebelasan paling produktif. Akan tetapi, yang terlihat mencolok justru jumlah kebobolan Arsenal. Dari penghuni lima besar klasemen, anak asuh Unai Emery jadi yang paling banyak kemasukan dengan 11 gol.

Namun dari seluruh gol yang bersarang di gawang Petr Cech maupun Bernd Leno, lima di antaranya berasal dari dua pertandingan awal. Bahkan di lima pertandingan terakhir, Aaron Ramsey dan kolega hanya kemasukan dua gol. Perlahan tapi pasti, keseimbangan dalam tim ini mulai membaik, bahkan terus meningkat.

Menjelang kembali bergulirnya Liga Inggris pekan ini, Unai Emery harus kembali menyiapkan komposisi terbaiknya. Crystal Palace jadi lawan berikutnya. Belum lagi jadwal pertandingan di ajang-ajang lain juga sudah menanti pasukan London Merah.

Hingga akhir tahun nanti, Arsenal akan dihadapkan oleh banyak lawan berat. Kemampuan sesungguhnya pelatih yang tiga musim melatih PSG akan diuji di sini. Pertandingan nanti menjadi ujian bagaimana Emery mampu menjaga konsistensi para pemainnya. Tetapi para pendukung Arsenal tentu percaya pada Emery, seperti penggalan lirik pembuka You`re Still The One.

"Looks like we made it"

"Look how far we`ve come my baby"

"We mighta took the long way"

"We knew we`d get that someday"

Baca juga: Unai Emery: Ahli Taktik Sejak Kecil

***

Terlepas dari kegembiraan yang sifatnya masih sesaat ini di kubu Arsenal, segalanya masih dapat terjadi. Seiring dengan berjalannya waktu, kita semua akan tahu seperti apa hasilnya. Bukan perkara mudah mengubah suatu rezim yang berlangsung lebih dari 20 tahun dan langsung meraih sukses. Namun, dengan keyakinan yang kuat, segalanya bisa tercapai dengan manis di akhir musim nanti. Toh bagaimanapun nanti hasilnya, setiap pihak akan memaklumi hasil yang ditunjukkan, karena adaptasi musim pertama itu wajar. Arsenal, "you`re still the one".


*Penulis merupakan mahasiswa bisa dihubungi lewat akun Twitter di @opportunice

**Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.

Komentar