Arrigo Sacchi, Sosok Pembawa Romantisme Masa Lalu dalam Diri Berlusconi

Backpass

by Redaksi 27 59155

Redaksi 27

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Arrigo Sacchi, Sosok Pembawa Romantisme Masa Lalu dalam Diri Berlusconi

Berbicara tentang kejayaan AC Milan di era Silvio Berlusconi, tentu tak bisa dilepaskan dari sosok pria berkepala plontos bernama Arrigo Sacchi. Sacchi adalah pelatih pertama yang membawa kejayaan bagi Milannya Berlusconi. Pelatih yang berhasil menciptakan the dream team pertama Milan yang dijuluki the immortal (abadi).

Ia datang ke San Siro pada 1987 dan langsung memberikan kado istimewa berupa gelar scudetto pada musim pertamanya di Milan.

Kedatangannya ke Milan sebenarnya tidak diduga oleh banyak orang. Mengingat ketika itu ia hanyalah pelatih kesebelasan Serie B, AC Parma, dan belum pernah melatih di Serie A. Sebuah pertanyaan besar tentu tertuju kepada seorang Berlusconi tentang penunjukan ini.

Berlusconi menunjuk Sacchi hanya karena ia terpukau oleh Parma yang ketika itu dilatih Sacchi mampu mengalahkan Milan dua kali di ajang Coppa Italia. Pertaruhan yang tentu sangat berani oleh Berlusconi.

Milan yang saat itu sedang ingin bangkit dari keterpurukan diberi kucuran dana yang cukup berlimpah oleh Berlusconi. Para pemain bintang pun berdatangan ke San Siro seperti Trio Belanda, Marco van Basten, Ruud Gullit dan Frank Rijkaard, serta Carlo Ancelotti yang didatangkan dari AS Roma. Mereka dipadukan dengan pemain-pemain yang sudah terlebih dahulu menghuni skuat milan seperti Franco Baresi dan talenta muda, Paolo Maldini serta Alessandro Costacurta.

Hal ini tentu semakin menambah keraguan banyak pihak terhadap seorang Sacchi. Akankah ia bisa mengatur para pemain bintang tersebut, di saat ia sendiri belum berpengalaman melatih kesebelasan besar.

Namun, Sacchi mampu menjawab kepercayaan yang diberikan oleh Berlusconi dan membuat pihak-pihak yang sebelumnya meragukan dirinya terpaksa terdiam seribu kata, melihat keberhasilannya yang langsung mampu memberikan gelar juara Serie A pada musim pertamanya.

Bukan hanya itu saja, ia juga melakukan sebuah gebrakan yang tak lazim dalam filosofi bermainnya. Sepakbola Italia yang selama ini identik dengan catenaccio-nya didobrak dengan permainan menyerang nan atraktif ditambah dengan pressing tinggi ala Sacchi.

Taktik yang diterapkan oleh Sacchi di Milan disebut-sebut sebagai cikal bakal terciptanya evolusi taktik pada sepakbola modern.

Masa kepelatihan pria asal Fusignano ini di Milan adalah empat tahun. Selama waktu tersebut, ia mampu mempersembahkan delapan gelar juara bagi I Rossoneri. Yang paling prestisius tentu raihan dua gelar juara Liga Champions secara berturut-turut pada 1988/1989 dan 1989/1990. Hal ini membuat Milan menjadi kesebelasan terakhir yang mampu mempertahankan gelar pada turnamen antarklub tertinggi di Eropa tersebut.

Bersambung ke halaman berikutnya

Komentar