Piala Dunia 1982: Saat Maradona Menjadi Balerina

Klasik

by redaksi

Piala Dunia 1982: Saat Maradona Menjadi Balerina

Pada tahun 1986 Diego Maradona boleh berbangga dengan pencapaiannya yang berhasil mengangkat trofi Piala Dunia di Meksiko. Maklum, karena empat tahun sebelumnya, Maradona adalah pecundang.

Pada Piala Dunia 1982, Argentina tak mampu menembus partai semi final. Ketika itu, Maradona yang merupakan pemain berteknik tinggi, ‘dimatikan’ oleh seorang pemain Italia yang dikenal sebagai penghancur seni sepakbola: Claudio Gentile.

Sebelum pertandingan antara Argentina melawan Italia digelar, Italia sadar betul mereka perlu mencari cara untuk menghentikan Maradona. Karena jika Maradona dibiarkan sesukanya, Maradona akan senang hati mengobrak abrik pertahanan Italia.

Lalu pelatih Italia saati itu, Enzo Bearzot, menginstruksikan Gentile untuk menjaga ketat Maradona sepanjang pertandingan. Gentile menyanggupi perintah pelatihnya tersebut. Dan dua hari sebelum pertandingan, ia pun mempelajari pergerakan Maradona lewat rekaman video.

Ketika pertandingan, Gentile menjaga Maradona dengan sangat agresif. Ia tak segan untuk melukai Maradona setiap bintang Argentina itu menguasai bola. Tercatat 23 pelanggaran dilakukan Gentile pada Maradona saat itu. Tapi dari pelanggaran sebanyak itu, ia hanya mendapatkan satu kartu kuning.

Emosi Maradona pun terpancing oleh permainan kasar Gentile ini. Pada menit ke-35 misalnya, Maradona memprotes keputusan wasit yang tak memberinya pelanggaran setelah bajunya ditarik Gentile. Sial bagi Maradona, protesnya tersebut malah membuahkan kartu kuning untuk dirinya.

Strategi Italia dengan membatasi pergerakan Maradona nyatanya telah membuat permainan Argentina jadi tak karuan. Dengan permainan Argentina yang tak berkembang, Italia berhasil mencuri dua gol pada menit ke-55 dan 67 lewat Marco Tardelli dan Antonio Cabrini.

Tertinggal dua gol membuat pemain Argentina semakin frustasi. Keadaan semakin memburuk ketika pada menit ke-82, Wasit Nicola Rainea dari Romania mengeluarkan kartu merah pada pemain tengah Argentina, Americo Gallardo. Gallardo dengan sengaja mendorong dengan keras salah satu pemain Italia, Marco Tardelli.

Argentina baru mencetak gol 6 menit menjelang pertandingan usai. Kalah jumlah pemain membuat perjuangan untuk menyamakan kedudukan semakin berat. Skor 2-1 pun bertahan hingga wasit meniup peluit panjang.

Italia menyambut hasil ini dengan sukacita. Kemenangan ini menjadikan kemenangan pertama Italia atas Argentina sepanjang sejarah. Kemenangan ini pula yang menjadi titik awal kebangkitan Italia. Karena pada tiga pertandingan awal, Italia hanya 3x bermain imbang.

Italia sendiri kemudian menjadi juara di akhir kompetisi. Zico (Brasil) dan Pierre Littbarski (Jerman) secara bergantian tak mampu melewati hadangan Gentile. Piala Dunia 1982 memang seperti panggung untuk Gentile dalam mempertontonkan kemampuannya menjaga pemain lawan.

Setelah kompetisi itu berakhir, permainan Gentile dikritik oleh banyak pihak. Maradona pun ikut berkomentar tentang permainan Gentile ini. Menurut bintang Argentina itu, permainan Gentile jauh dari kata sportif.

Gentile tentunya membela diri. Menurutnya ia hanya seorang bek dengan ciri khas permainan keras. Sebagai buktinya, ia tak pernah sekalipun mendapatkan kartu merah sepanjang karirnya. Ia kemudian membalas kritikan Maradona tersebut lewat sebuah kutipan yang terkenal dalam sejarah sepakbola, Gentile berujar “football is not for ballerinas”.

Meskipun menuai banyak kritikan, Gentile merupakan panutan bek-bek di Italia. Terlepas dari permainan kasarnya, man-marking pemain asal Juventus ini ditakuti para penyerang lawan. Ketika ditugasi menjaga satu pemain, Gentile selalu berhasil membuat lawannya tak berkutik. Ia akan mengikuti pemain tersebut seperti bayangan pemain itu.

Gaya permainan Gentile seperti ini tak lepas dari prinsip permainannya yang menyerang mental lawan dengan permainan kerasnya. Ketika ia menjaga seorang pemain, ia tak ragu untuk melakukan pelanggaran yang beresiko mencederai lawan.Karena tujuannya hanya satu, yaitu agar pemain lawan yang dijaganya hilang konsentrasi. Dan Maradona adalah contoh nyata keberhasilan strategi seorang Gentile.



foto: fourfourtwo.com

[ar]

Komentar