Kasus Johan Ibo dan Sepakbola Indonesia yang Rentan

Editorial

by Ammar Mildandaru Pratama

Ammar Mildandaru Pratama

mildandaru@panditfootball.com

Kasus Johan Ibo dan Sepakbola Indonesia yang Rentan

Manajemen Pusamania Borneo FC (PBFC) menangkap pelaku yang diduga adalah seorang pengatur skor sepakbola, Selasa (7/4). Tangkap tangan tersebut terjadi di Surabaya menjelang laga antara Persebaya melawan PBFC. Pelaku yang ditangkap bernama Johan Ibo yang merupakan mantan pemain yang sebenarnya tidak asing di sepakbola Indonesia.

Johan Ibo diduga berusaha menyuap beberapa pemain PBFC agar bersedia mengalah saat menghadapi Persebaya. Namun para pemain menolak tindakan tersebut dan memilih melaporkan hal ini kepada manajemen. Ia kemudian dijebak pengurus di restoran cepat saji Jalan Basuki Rahmat Surabaya.

Menurut manajer Borneo, Dandri Dauri, bahkan sempat terjadi perkelahian antara pengurus PBFC dan Johan Ibo. "Saya sempat kena pukul, jadi kami lakukan perlawanan," kata Dandri di situs resmi kesebelasan. Johan Ibo juga diduga masuk dalam jaringan judi besar Indonesia. "Kayaknya ini jaringan bandar judi. Di handphone dia ada kontak yang ditulis bandar, dan lainnya. Banyak pihak yang terlibat, mulai dari mantan pemain sepak bola, agen pemain, dan pemilik klub," tambahnya.

Sepakbola Indonesia dan Perjudian

Sepakbola dan judi punya sejarah panjang di Indonesia. Praktik perjudian di sepakbola adalah legal serta ramai pada periode 80an dan dikenal dengan nama Porkas. Uniknya hasil “keuntungan” judi tersebut digunakan untuk menyumbang pembinaan olahraga secara khusus.

Peruntungannya macam-macam, mulai dari mendatangkan pelatih asing berkualitas hingga mengirim pemain ke luar negeri. Salah satu kenyataan yang terbilang getir adalah puncak prestasi sepakbola Indonesia terjadi justru saat judi bola dilegalkan.

Meski judi sekarang ilegal dan perdebatan yang membahasnya seolah tak berujung kita tetap tak bisa menyampingkan judi dengan sepakbola Indonesia. Rumah taruhan baik yang berskala kecil hingga yang sudah mendunia sudah memasukkan Liga Indonesia ke dalam daftar pertandingan mereka.

betting
Pertandingan QNB League hari ini (8/4) di rumah judi William Hill.

Menurut Declan Hill, mantan jurnalis yang kini mengkhususkan pada investigasi pengaturan skor sekaligus pengarang buku terkenal The Fix: Soccer and Organized Crime, ada dua tipe dasar seorang pengatur skor. Pertama adalah orang yang terlibat dalam taruhan seperti rumah judi atau petaruh dan kedua adalah kesebelasan yang menginginkan ia menang.

Keduanya punya sumber daya yang kuat untuk mewujudkan keinginannya. Artinya akan ada uang dengan skala besar yang berputar di sana. Hembusan yang menerpa ke pemain atau perangkat pertandingan bisa berbagai macam, mulai dari uang, ancaman, jaminan kesejahteraan, hingga seks.

Maka para pemain atau perangkat pertandingan tersebut yang kesulitan secara ekonomi karena gajinya telat misalnya akan rentan terlibat praktik demikian. Budaya Indonesia mengenal istilah jangan telat makan nanti masuk angin. Sebuah istilah yang jamak dipakai untuk pemain atau perangkat pertandingan yang bermain aneh dalam sebuah laga. Penyakit masuk angin ini bisa jadi mewabah jika tidak dihentikan dan merusak sepakbola Indonesia.


Ciri-ciri Seorang Kiper Bermain Mata dan Mengatur Skor


Tanda-tanda Striker dan Gelandang Terlibat Pengaturan Skor



Menurut liputan investigasi Al Jazeera yang dilakukan pada tahun 2013. Untuk sekelas divisi utama saja biaya menyuap wasit berkisar antara 15-18 juta rupiah, dan manajer lawan bisa mencapai 45 juta untuk satu pertandingan. Jumlah yang tidak bisa dibilang sedikit jika dibandingkan dengan gaji yang diterima.

Menurut Jimmy Napitupulu yang menjabat sebagai komite wasit PSSI, wasit utama mendapat honor sebesar Rp 5 juta sekali memimpin pertandingan. Asisten wasit Rp 3 juta dan wasit cadangan Rp 1,5 juta.

"Nominal itu tidak berubah sejak 2006, berarti sudah 8 tahun. Padahal, harga barang-barang saat ini sudah semakin mahal. Semoga ada penyesuaian," tutur Thoriq Alkatiri, wasit Liga Super Indonesia dikutip dari Tribunnews pada Februari lalu.

Memberantas Pengaturan Skor

Pengaturan skor di sepakbola selalu lekat dengan negara atau federasi yang sedang terpuruk. Asia yang sepakbolanya belum bisa bicara banyak di dunia menjadi rentan terkena kasus ini. Salah satu pengungkapan pengaturan skor paling terkenal adalah kasus Lu Jun. Kasusnya menjadi perbincangan internasional dan cukup mengagetkan karena reputasinya terbilang bagus.

Lu Jun adalah salah satu wasit terbaik yang dimiliki oleh Tiongkok dan bahkan Asia. Ia menjadi wasit asal Tiongkok pertama yang memimpin Piala Dunia pada 2002. Pada 2011, Lu ditangkap untuk kasus yang terjadi pada musim 2003, yaitu saat adanya perebutan gelar juara kompetisi antara Shanghai Shenhua dan Shanghai Internasional. Saat kedua tim itu berada di peringkat dua teratas liga.

Untuk jasanya tersebut Lu dibayar hingga mencapai 1,3 milyar rupiah. Karena partai yang dipimpinnya merupakan laga penentuan dan tentu saja disiarkan langsung serta ditonton banyak orang. Kasus ini terungkap berkat keseriusan pemerintah Tiongkok pada waktu itu untuk memberantas korupsi di negaranya termasuk sepakbola.

Hasilnya dapat dilihat langsung secara kasat mata, investor mulai berdatangan yang dibarengi dengan masuknya pelatih dan pemain dunia. Salah satu kesebelasan lokal mereka Guangzhou Evergrande berhasil menjadi juara Liga Champions Asia pertama dari Tiongkok dengan sistem kompetisi yang baru pada 2013. Efek yang berimbas juga ke tim nasional mereka dengan tampil gemilang pada Piala Asia 2015 hingga mencapai perempat final. Sesuatu yang sebelumnya sulit mereka raih karena kasus korupsi di negaranya.

Sinergi antara pemerintah dan federasi untuk memperbaiki sepakbola dengan niat baik menjadi kuncinya. Bahkan beredar kabar salah satu caranya adalah beberapa federasi bekerja sama dengan pihak imigrasi untuk mencegah orang-orang daftar hitam memasuki negara tersebut. Karena jaringan judi memang seringkali melibatkan banyak pihak dan lintas negara.

Kami sempat mendapatkan kesempatan mendengarkan penuturan seorang pelaku pengaturan skor, seorang mantan pemain berinisial B dari Jawa Timur, dalam sebuah forum tertutup di Jakarta bulan lalu. B mengatakan bahwa para bandar besar Asia umumnya tidak terlalu percaya dengan operator lapangan yang bekerja di Indonesia -- yang umumnya juga orang Indonesia. Itulah sebabnya, tiap kali ada laga yang akan diatur, bandar itu mengirimkan orang-orangnya untuk memantau operasi pengaturan skor. Sumber yang sama mengatakan bahwa hal serupa juga terjadi dengan India.

Bedanya, India mencoba mencegahnya dengan bekerja sama dengan pihak imigrasi untuk menangkal masuknya orang-orang ini. Ini dilakukan beberapa waktu lalu untuk melindungi gelaran mewah India Super League dari kemungkinan disusupi penyakit pengaturan skor.

Penangkapan Johan Ibo diharapkan menjadi pintu masuk untuk memberantas kasus pengaturan skor sepakbola di Indonesia. Jangan sampai kemudian menguap yang akhirnya malah semakin merugikan banyak pihak. Jika dibiarkan maka anggap saja tontonan sepakbola yang sering kita nikmati sekarang hanyalah sebuah drama saja.

sumber gambar:

Komentar