Kepulangan dan Pengorbanan Syahrian Abimanyu

Cerita

by Redaksi2022

Redaksi2022

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Kepulangan dan Pengorbanan Syahrian Abimanyu

Syahrian Abimanyu resmi diboyong Persija Jakarta pada bursa transfer jeda musim Liga Indonesia 2021-2022. Ia diboyong dari klub divisi atas Liga Super Malaysia, Johor Darul Ta’zim (JDT). Kembalinya Abimanyu ke Indonesia, bukan tanpa alasan, sebab ia kekurangan menit bermain.

Selama di JDT, pemain kelahiran Banjarnegara itu hanya tampil tiga kali dengan total 34 menit; dua di liga, sedangkan satu di Piala Malaysia. Hanya bertahan singkat, Abimanyu dipinjamkan ke klub Australia, Newcastle Jets dan hanya merumput tiga kali (tujuh menit).

Buah kepiawaian Abimanyu menembus klub luar negeri, tidak lepas dari pengalamannya menimba ilmu di Levante selama satu tahun. Mantan gelandang Sriwijaya FC itu bisa ke Levante karena terbantu Kiko Insa dan Natxo Insa. Khususnya bagi Natxo yang cukup tahu sepak terjang Abi.

Natxo pernah memperkuat Levante pada 2016-2017, kebetulan Abi tengah menjalani latihan di klub yang sama. “Proses perekrutan sudah berlangsung beberapa tahun ini, saya sudah beberapa kali berkomunikasi [dengan JDT]. Waktu saya masih sekolah di Spanyol, di Levante, saya kenal sama Kiko dan Natxo Insa,” kata Abimanyu kepada Detik.

Patahkan Tradisi JDT yang Gagal

Abimanyu beruntung diboyong JDT saat usianya masih 21 tahun karena mampu mematahkan tradisi. Biasanya, dari waktu ke waktu, JDT enggan menaruh hati terhadap perekrutan pemain muda dari klub asing. Mereka lebih memilih peruntungan lewat penggawa yang berada di usia emas atau setidaknya menarik dari akademi sendiri.

Lewat tulisan Marco Negeri, penulis sepakbola asal Malaysia, menyebut JDT hanya memikirkan nama, catatan sepak terjang dan reputasi pemain asing daripada prospek jangka panjang demi keuntungan sesaat.

Pada 2012, penuturan Marco terbukti saat JDT memboyong Daniel Guiza yang dipinjam dari Getafe. Hal tersebut mengejutkan publik Negeri Jiran, sebab Guiza merupakan pencetak gol terbanyak La Liga 2007-2008. Di tahun selanjutnya, giliran Pablo Aimar yang direkrut JDT dari Benfica.

Jika menilik riwayat perekrutan pemain dari Asia Tenggara, JDT lebih sering merekrut pemain asal Singapura. Baihakki Khaizan, Shahril Ishak dan Hariss Harun adalah sederet nama dari Singapura yang pernah berlabuh di JDT.

Haris pun mematahkan tradisi ketika diboyong JDT ketika berusia 23 tahun. Berbeda dengan Baihakki dan Shahril yang sudah cukup senior saat bergabung dengan JDT. Saat itu, Hariss sama seperti Abi, yaitu prospek jangka panjang untuk kesebelasan tersebut.

Bedanya, nasib Hariss lebih mentereng daripada Abimanyu. Sejak mendarat ke JDT pada 2013, ia tampil 165 kali dan bukukan 12 gol dalam tujuh musim. Sementara Abi hanya tampil singkat dan kemudian dipinjamkan ke Newcastle.

Padahal, pemilik JDT, Tunku Ismail, mengungkapkan soal proyek jangka panjang saat peresmian transfer Abimanyu. Apalagi pemain Indonesia pertama di JDT itu dikontrak selama tiga tahun dengan opsi tambahan dua tahun. Abimanyu pun diungkapkan sudah diincar klub asal Malaysia itu sejak 2018.

“Proses panjang sejak 2018 ketika Abi di timnas Indonesia U-19, Abi sudah diamati tim talent scout JDT. Mereka sudah mengamati tahun demi tahun hanya yang jadi masalah, Abi sempat cedera jadi proses kepindahan Abi mesti menunggu setahun lagi kemudian setahun lagi dan akhirnya baru terjadi sekarang,” ungkap ayah Abi, Rasiman Abimanyu, dilansir Goal.

Sumber foto: Johor Darul Ta`zim.

Pengorbanan dari Sang Ayah

Berpisah jarak dari sang anak, adalah pengorbanan terbesar dari Rasiman Abimanyu. Ia memang membiarkan Abimanyu untuk hidup sebebas mungkin. Dari Jakarta ke Levante dan kembali berpisah saat sang anak berkarir di Malaysia.

“Itu bagian dari pengorbanan. Demi karirnya [Abimanyu],” kata mantan pelatih timnas U-19, kepada Jawa Pos. Ia adalah sosok atas keberhasilan Abimanyu menembus karir di luar negeri.

Sejak Rasiman menjadi pemain Persikab Kabupaten Bandung, Abimanyu rutin diajak latihan. Bahkan rutinitas Abimanyu bermain sepakbola tetap terjaga saat Rasiman menjadi pelatih Sekolah Sepak Bola (SSB) UMS 80 Jakarta.

Karir sepakbola Rasiman dinilai terlambat. Ia baru memperkuat Persikab saat memasuki umur 19 tahun. Awalnya, pada 1992, ia diterima sebagai prajurit TNI Angkatan Udara, lalu ditawari menjadi pesepakbola. Di Persikab, Rasiman bermain enam musim di turnamen amatir, tahun kedelapan baru masuk tim profesional.

Maka dari pengalamannya itu, Rasiman mencoba mempersiapkan Abimanyu sebagai pesepakbola sedini mungkin. Lebih spesifik, ia juga menuntut sang anak berposisi sebagai gelandang. Menurut Rasiman, Abimanyu harus bermain di koridor tengah dan mengatur tempo permainan jika ingin menjadi pemain pintar.

Sepak terjang Abimanyu menjadi pemain unggul, berawal dari Jakarta Football Academy (JFA). Abimanyu dilibatkan JFA saat bertandang ke Inggris untuk uji coba melawan Leicester City, Manchester City dan Manchester United tahun 2012. Abimanyu dan JFA berhasil meraup semua kemenangan atas ketiga tim tadi.

Abimanyu kemudian masuk akademi di Levante yang menjembataninya bermain di Sriwijaya sejak 2017 sampai 2019. Selama dua musim itu, Abimanyu tampil sembilan kali dan memberikan dua asis. Puncaknya saat ia tampil mengesankan di Madura United bersama ayahnya yang menjadi asisten pelatih pada musim 2019/2020. Selama di Madura, Abimanyu tampil 20 kali dan cetak tiga asis.

Pembuktian yang Tidak akan Mudah

Meski punya jam terbang di klub asing, Abimanyu bukanlah pilihan utama Tim Nasional Indonesia selama Piala AFF 2020 lalu. Ia kalah bersaing dengan gelandang lainnya seperti Alfreandra Dewangga, Ricky Kambuaya, maupun Rachmat Irianto. Kembalinya Abimanyu ke Indonesia, seperti ingin membuktikan lebih banyak tentang pengalamannya.

Abimanyu berharap bisa lebih sering mendapat menit bermain jika kembali ke Indonesia dengan memperkuat Persija Jakarta pada bursa transfer kali ini. “Insya Allah di Persija bisa lebih banyak menit bermain,” harap Abimanyu seperti dikutip dari Sindo.

Memang Persija membutuhkan partner gelandang yang bisa mengalirkan bola bersama Rohit Chand. Angelo Alessio nampak belum puas hanya dengan Tony Sucipto yang menjadi pendamping Rohit di sektor gelandang. Sementara opsi lainnya adalah pemain-pemain muda yang nampak belum mengenyam banyak pengalaman.

Meski begitu, Abimanyu perlu mencatat bahwa Persija pun baru mendatangkan Ahmad Bustomi dan Makan Konate di sektor tengah. Tentu saja, Abimanyu tidak akan mudah bersaing menembus gelandang utama Persija karena adanya nama-nama tersebut. Lantas, apakah Abimanyu akan menjadi kunci lini tengah kesebelasan berjuluk Macan Kemayoran itu, atau justru kembali menghangatkan bangku cadangan?

Jika nasib berkata harus ke pilihan kedua, maka tak pelak terjadi penurunan dalam karir Abimanyu. Apalagi ia harus memperjuangkan slot di skuat Indonesia untuk Piala AFF 2022. Ketika Shin Tae-Yong, Pelatih Indonesia, menggembar-gemborkan agar para anak asuhnya berkarir ke luar negeri, Abimanyu justru memilih pulang kampung.

Apakah ini menjadi sebuah penurunan karir? Semoga saja seyogyanya tidak bagi bakat segemilang Abimanyu.

Komentar