Aura Permusuhan di Balik Persahabatan dua Tim Terbesar Basque

Cerita

by Redaksi 15

Redaksi 15

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Aura Permusuhan di Balik Persahabatan dua Tim Terbesar Basque

Athletic Club de Bilbao dan Real Sociedad, dua kesebelasan terbaik daerah Basque yang sering kali merepotkan raksasa sepakbola Spanyol, Barcelona ataupun Real Madrid. Dari 88 musim kompetisi sepakbola Spanyol (1929-2019), hanya enam kesebelasan pernah keluar sebagai juara lebih dari satu kali: Real Madrid (33), Barcelona (26), Atletico Madrid (10), Athletic Club (8) Valencia (6), dan Real Sociedad (2). Total, kedua klub Basque tersebut sudah 20 kali mewarnai dua tangga tertinggi liga Spanyol dan keluar jadi juara dalam 10 kesempatan berbeda.

Akhirnya, mereka selalu disebut sebagai perwakilan Basque di sepakbola Spanyol. Tiap kali Real Sociedad dan Athletic Club bertemu, laga itu selalu dijuluki Basque Derby. Padahal, Osasuna, Alaves, serta Eibar juga berasal dari Basque, dan pertandingan yang melibatkan dua dari lima klub tersebut juga merupakan Basque Derby.

Laga antara Athletic Club dan Real Sociedad dulu lebih dikenal sebagai AP-8 Derby. Nama itu berasal dari jalan yang menghubungkan Biscay (daerah Athletic Club) dengan Gizpukoa (daerah Real Sociedad). Tapi tidak ada yang dapat memungkiri bahwa AP-8 Derby merupakan derbi Basque terbesar dibandingkan laga-laga lainnya.

VIDEO: Update informasi La Liga



Uniknya, untuk dua klub yang mempertaruhkan label tim terbaik Basque di setiap pertemuan, justru memiliki hubungan yang harmonis. Bahkan suporter kedua tim sering duduk di area tribun yang sama dan mendiskusikan pertandingan sebelum ataupun sesudah pertandingan. Pada 2006, seorang suporter Real Sociedad sempat memancing onar dengan melempar botol di babak kedua pertandingan, tapi hal itu tidak melahirkan kerusuhan. Tidak perlu membuat polisi mengamankan pertandingan, semua dapat diredam setelah seorang suporter Athletic menegur oknum pelemparan botol tersebut.

Tapi di balik hubungan akur para suporter, Athletic Club dan Real Sociedad memiliki hubungan rumit. Mulai dari masalah politik, tradisi, hingga kebijakan klub. Perihal kebijakan klub adalah hal yang paling sering diungkit dalam rivalitas kedua tim ini. Bagaimana Athletic Club hanya menggunakan pemain-pemain keturunan Basque untuk berjuang di La Liga. Sementara Real Sociedad meninggalkan kebijakan itu pada 1989 dengan memboyong John Aldridge dari Liverpool.

Kedatangan Aldridge ini sebenarnya juga sempat memecah suporter Real Sociedad. Grafiti bertuliskan “Foreigner go home!” atau “pulang saja sana, orang asing!” menyambut kedatangan Aldridge. Namun setelah penyerang Tim Nasional Republik Irlandia itu mencetak 40 gol dalam 75 pertandingan, kehadiran non-Basque tidak menjadi masalah untuk para pendukung Real Sociedad.

Sementara Athletic Club telah menerapkan kebijakan pemain khusus Basque sejak 1912. Pada musim 2018/19, ketika performa tim terpuruk mereka sempat diisukan akan mengubah kebijakan klub. Ikut mengadopsi pemain asing sama seperti Real Sociedad. Namun Presiden Athletic Jose Urrutia langsung membantah rumor tersebut. Mengatakan klubnya lebih baik terdegradasi untuk pertama kalinya dari La Liga dibanding mengubah kebijakan. Sebuah penyataan keras, memperlihatkan keteguhan Athletic Club kepada tradisi mereka.

Padahal, Athletic Club sebenarnya lebih dulu menggunakan pemain asing dibandingkan Real Sociedad. Pada Copa del Rey 1911, Athletic Club memiliki dua pemain asal Inggris. Sadar akan hal ini, pihak Real Sociedad melancarkan protes ke Asosiasi Sepakbola Spanyol (RFEF), melaporkan bahwa kubu Athletic Club telah bertanding menggunakan pemain yang tidak terdaftar. Menghormati protes rival mereka, Athletic Club melanjutkan kompetisi tanpa menggunakan kedua pemain tersebut. Sejak saat itu, tim berjuluk Los Leones tidak pernah lagi menggunakan pemain non-Basque.

Athletic Club tidak membenci Real Sociedad akan pengaduan tersebut. Mereka mungkin seharusnya justru mengucapkan terimakasih kepada Real Sociedad. Pasalnya, kebijakan klub yang hanya menggunakan dan merekrut pemain keturunan Basque menjadi daya tarik sendiri bagi Athletic Club. Salah satu jika bukan hal yang paling dikenal dari keberadaan klub tersebut.

Jika ada satu hal yang membuat Athletic Club kesal dengan Real Sociedad, hal itu diciptakan oleh Jendral Francisco Franco. Diktator yang menguasai Spanyol selama periode 1939 hingga 1975. Franco percaya semua daerah Spanyol harus tunduk pada kerajaan demi kesatuan dan kemakmuran negara. Salah satu caranya adalah dengan penghancuran budaya dan bahasa lain di Spanyol.

Selain area Katalunya, Basque merupakan daerah yang punya budaya berbeda dengan tempat-tempat lain di Negeri Matador. Ia juga sadar bahwa sepakbola merupakan alat perjuangan massa. Atas dasar itu, Franco pun memaksa Athletic Club mengubah nama mereka yang ‘keinggris-inggrisan’ menjadi Atletico Bilbao. Tidak banyak diubah, tapi menggunakan Bahasa Spanyol.

Orang-orang yang terlibat di Athletic Club kemudian membantu pembentukan Partai Nasional Basque yang memiliki tujuan untuk melepaskan diri menjadi negara merdeka. Bukan hanya daerah Biscay tapi semua area Basque di Spanyol ataupun Perancis. Ya, Basque bukan hanya di Spanyol tapi juga Prancis. Itulah mengapa ada pemain-pemain Prancis seperti Aymeric Laporte, Stéphane Ruffier, dan Bixente Lizarazu yang juga memiliki darah Basque.

Sama-sama berjuang melawan Franco membuat Athletic Club memiliki hubungan dekat dengan FC Barcelona. Namun, keduanya memiliki halangan besar untuk dapat memerdekakan daerah masing-masing. Setiap ada daerah yang berusaha berjuang lewat sepakbola, ia memastikan bahwa di sana juga akan ada tim yang tunduk pada kerajaan. Katalunya punya Real Club Deportivo Espanyol, sementara di Basque ada Real Sociedad. “Secara historis, Sociedad adalah rival utama kami. Mereka representasi dari semua hal berbau pemerintahan pusat. Kami di sini lebih ke sayap kiri. Sementara mereka punya paham yang lebih ke kanan,” jelas salah satu suporter Athletic Club kepada FourFourTwo.

Koneksi Real Sociedad dengan pemerintah pusat lebih menyakitkan lagi untuk Athletic Club karena sebenarnya, area San Sebastian, Gizpukoa lebih banyak diisi penduduk asli Basque dibandingkan Biscay. Athletic Club yang bangga akan keturunan asli-Basque sebenarnya berdiri di daerah industrial. Membuat lebih banyak imigran hidup di daerah mereka. Menurut penulis buku sekaligus jurnalis sepakbola, Andy Mitten, Biscay mungkin merupakan satu-satunya daerah di Eropa yang menggunakan tiga bahasa (Basque, Inggris, dan Spanyol).

Keberadaan mereka di daerah industri dan banyaknya orang asing di Biscay membuat Athletic memiliki budaya yang unik. Dari nama Athletic, bukan Atletico, dua pemain asal Inggris yang bermain di Copa del Rey 1911, hingga kostum tim dari kesebelasan Inggris, Sunderland. Mereka mungkin dikenal dan selalu membangga-banggakan kebijakan perekrutan pemain yang peduli akan talenta Basque. Tapi untuk para pendukung Real Sociedad, Athletic Club tidak akan pernah bisa menjadi lebih Basque daripada mereka.

“Bagaimana bisa Athletic menjadi tim ‘paling Basque’ ketika mereka ada di daerah industri yang penuh dengan imigran. Daerah kami (San Sebastian) lebih Basque dibandingkan mereka. Lebih banyak darah murni Basque di San Sebastian ketimbang Biscay. Athletic tidak bisa lepas dari fakta itu,” kata seorang suporter Real Sociedad di FourFourTwo.

Baik klub ataupun suporter mungkin secara kasat mata terlihat akur. Namun, aura permusuhan selalu hidup di antara mereka. Membuat rivalitas antara Real Sociedad dan Athletic Bilbao tak bisa dipandang sebelah mata sekalipun kalah populer dibandingkan duel raksasa Spanyol Barcelona-Real Madrid atau El Clasico.

Komentar