Mengupas Kasus Bernardo Silva dari Berbagai Sudut Pandang

Cerita

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Mengupas Kasus Bernardo Silva dari Berbagai Sudut Pandang

Bernardo Silva resmi mendapat hukuman dari FA berupa larangan bermain satu kali dan denda sebesar 50 ribu pauns atau sekitar 905 juta rupiah. Hukuman tersebut merupakan sanksi dari cuitannya di Twitter yang dianggap berbau rasis kepada rekan satu timnya, Benjamin Mendy.

Dilansir dari situs resmi FA, aktivitas sosial media pemain asal Portugal tersebut pada 22 September 2019 melanggar aturan FA E3 (1) karena dianggap menghina dan atau melakukan hal yang tidak pantas dan atau mencemarkan sepakbola, dan termasuk pada “Pelanggaran Buruk”, yang didefinisikan pada peraturan FA E3 (2) karena mengaitkan ras dan atau warna kulit, dan atau etnis baik tersirat maupun tersurat.

FA mulai mendakwa Bernardo sejak awal Oktober lalu. Bernardo kemudian diberikan waktu hingga 9 Oktober untuk menanggapi dakwaan tersebut. Semula Bernardo terancam absen hingga enam laga namun akhirnya FA hanya memberikan larangan bermain satu laga dan denda. Selain itu, Bernardo juga harus menjalani edukasi sebagai bagian dari sanksi.

Pada cuitannya, Bernardo menyandingkan foto masa kecil Mendy dan maskot permen Conguitos yang berkulit gelap sembari menulis “Tebak siapa?”. Bernardo langsung melakukan klarifikasi bahwa ia hanya bercanda dan menghapus unggahan tersebut. Ia dan Mendy merupakan teman dekat, mereka bahkan sudah bermain bersama ketika membela AS Monaco sehingga Mendy sendiri tidak tersinggung dan menanggapinya sebagai candaan.

Meski sekilas terlihat sepele, namun FA telah melakukan berbagai pertimbangan sehingga akhinya menghukum Bernardo. FA melakukan riset terhadap karakter Conguitos dan menemukan berbagai kontroversi yang memang tidak banyak orang yang mengetahui. Bernardo sendiri mengakui bahwa ia tidak mengetahui tentang hal itu dan di tempat ia tumbuh, Portugal, Conguitos tidak dianggap menyerang suatu pihak.

FA juga mengerti bahwa Bernardo tidak bermaksud rasis, melainkan hanya menjadikan itu sebuah gurauan. Meski begitu, FA merasa bahwa unggahan di Twitter bukan merupakan candaan yang privat, tapi banyak orang bisa melihat, terlebih dengan jumlah pengikut Bernardo yang lebih dari 600 ribu orang. Setelah mengetahui banyak hal dibalik karakter tersebut, Bernardo akhirnya mengakui bahwa cuitannya itu menyerang segelintir orang.

Dakwaan FA yang konkrit, Bernardo yang mengakui kesalahan, dan palu sudah diketuk, ia tidak dapat menjalani laga Manchester City kontra Chelsea pada Gameweek 13 Premier League. Meski begitu, sepanjang penyelidikan kasus ini, Bernardo mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak.

Manajer City, Pep Guardiola membela anak asuhnya tersebut. “Mereka (FA) harus fokus terhadap hal lain karena mereka tidak tahu bagaimana sebenarnya orang yang sedang mereka bicarakan. Bernardo adalah salah satu orang dengan sikap yang sangat baik yang pernah saya temui di hidup saya. Dia berbahasa empat atau lima bahasa di mana itu merupakan bukti nyata bahwa ia merupakan orang yang berpikiran terbuka,” ujar Pep.

Mantan staf Benfica yang pernah bekerja dengannya juga mengatakan hal serupa. “Bernardo adalah anak muda yang selalu dikenal dengan kesederhanaannya, karakternya dan sikap yang baik. Kemanapun ia pergi, ia akan selalu dirindukan. Di Benfica, kami sangat bangga terhadapmu, Bernardo!” ujarnya.

Raheem Sterling juga menjelaskan pendapatnya. “Saya rasa tidak ada unsur rasis di unggahan itu. Situasinya hanyalah dua orang teman, Bernardo dan Mendy, yang sedang bercanda. Dia tidak merujuk pada warna kulit, dia tidak merujuk pada bibir. Di gambar tersebut mereka sama-sama memiliki kepala yang kecil,” ujar rekan setimnya itu.

Dari beberapa pernyataan orang yang mengenal baik Bernardo, dapat disimpulkan bahwa pemain berusia 25 tahun tersebut merupakan pribadi yang sangat baik. Hampir tidak mungkin pribadi sebaik itu melakukan hal yang sangat tercela seperti rasis. Meski begitu, sosial media modern ini dapat menimbulkan banyak hal yang tidak terduga. Dalam sekali unggahan, seseorang dapat ‘terlihat’ lebih baik dari pribadi aslinya dan sebaliknya pula, seseorang dapat ‘terlihat’ lebih buruk dari pribadi aslinya.

Sterling menambahkan pernyataannya. “Saya rasa dia tidak salah tapi di saya juga dapat melihat mengapa orang merasa itu salah dan kita harus lebih pintar di sosial media. Tidak pernah sekalipun ia (Berardo) menggunakan bahasa yang negatif seputar warna kulit dan itulah yang terpenting.”

Sebagai figur publik yang dikenal di berbagai belahan dunia, Bernardo seharusya paham betul bahwa akun sosial media yang ia punya dapat dilihat oleh banyak orang. Suatu hal yang privat bukanlah urusan orang lain, namun ceritanya berbeda jika publik mengetahuinya. Bernardo memang tidak bermaksud rasis, tapi sialnya karakter Conguitos tersebut memiliki kontroversi yang bisa bersifat menyerang ras, warna kulit, atau etnis sehingga terdapat segelintir orang yang merasa tersinggung dengan cuitannya itu.

Komentar