Diarra Berkali-kali Jatuh, Diarra Berkali-kali Bangkit

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Diarra Berkali-kali Jatuh, Diarra Berkali-kali Bangkit

Halaman kedua

"Saat saya bertemu Mourinho dia juga masih muda. Tapi semuanya berbeda karena dia tidak menyambut saya sebagai anak karena saya paling muda. Dia menolong saya banyak. Ketika di Arsenal yang terjadi sebaliknya. Saya tidak ingin mengatakan hal yang buruk tentang Wenger karena dalam hidup kita tidak selalu bisa berhubungan baik dengan semua orang. Saya menghargai atas apa yang ia lakukan untuk saya, tapi sikapnya pada saya sangat tidak bagus. Yah, hal itu sering terjadi dalam hidup."

"Saya punya hubungan yang baik dengan Pellegrini. Yang saya suka darinya, ketika ia punya masalah dengan saya, ia datang dan mengatakannya. Jadi ketika saya butuh saran pun saya akan mendatanginya dan dia akan memberikan saran. Dia sangat mengerti saya dan pribadi saya. Dia tahu kalau saya tidak terlalu banyak berbicara."

Diarra total empat musim di Real Madrid. Satu musim bersama Juande Ramos, satu musim bersama Pellegrini, dua musim bersama Mourinho. Dua musim bersama Mourinho pun ia menjadi andalan di lini tengah. Walau begitu, ia dijual ke Anzhi Makhachkala setelah kedatangan Esteban Granero.

Kontrak empat tahun yang disodorkan Anzhi tak berarti apa-apa ketika kesebelasan asal Rusia tersebut mengalami masalah finansial dan harus menjual para pemainnya. Diarra adalah salah satu pemain yang dilego karena ia masih laku di pasaran. PSG dan Monaco mengincarnya ketika itu, tapi ia lebih memilih untuk melanjutkan musim keduanya di Rusia dengan hijrah ke Lokomotiv Moscow.

Semuanya berjalan dengan baik sampai akhirnya ia berseteru dengan sang manajer, Leonid Kuchuk, pada 2014. Permasalahan itu bermula ketika gaji Diarra hendak diturunkan oleh klub. Diarra bereaksi dengan dengan berkali-kali mangkir latihan. Pihak klub pun langsung bertindak dengan langsung memutus kontraknya yang sebenarnya baru berakhir pada 2017.

Permasalahan itu sampai membuat Diarra naik ke meja persidangan CAS karena pihak Lokomotiv menilai Diarra tidak profesional. Terbukti bersalah, ia dihukum tidak boleh membela klub manapun selama 15 bulan dan harus membayar kerugian Lokomotiv sebesar 10 juta euro.

Diarra lantas menganggur. Tapi begitu hukumannya selesai, klub-klub seperti Celtic, Queen Park Rangers, Newcastle United, Inter Milan dan West Ham United tertarik menggunakan jasa Diarra meski ia tak bermain lebih dari satu tahun. Walau begitu, klub yang dipilihnya adalah kesebelasan besar asal Prancis, Marseille.

Di Marseille karier Diarra kembali membaik, terlebih ia ditunjuk menjadi kapten tim pengganti Steve Mandanda yang hijrah ke Crystal Palace. Namun, masalah kembali datang padanya setelah Rudi Garcia menjadi pelatih anyar Marseille dan menunjuk Bafetimbi Gomis sebagai kapten anyar Marseille. Ditambah terdapat beberapa klausul yang tidak dipenuhi manajemen Marseille, akhirnya Marseille dan Diarra sepakat untuk mengakhiri kontrak.

Diarra saat menjadi kapten Marseille (via: beinsports)

Dari situlah Diarra mendapatkan tawaran dari Al Jazira. Tapi kepindahannya itu tampak disesali karena ia sering merindukan Eropa. Tak pelak menjelang bursa transfer dingin dibuka, ia meminta manajemen klub untuk mengakhiri kontraknya lebih dini. Pihak klub menyetujuinya dan Diarra bisa mencari klub di Eropa. Ternyata PSG-lah yang mengajaknya bergabung, yang membuatnya bisa mengikuti jejak Makelele untuk pensiun di PSG.

"Saya sangat bahagia karena akhirnya saya bisa bergabung ke klub kampung halaman saya," kata Diarra pada laman resmi PSG. "PSG menunjukkan banyak hal buat saya dan menjadi mimpi setiap pemain bergabung dengan klub ini. Saya beruntung bisa mewujudkan mimpi itu. Sekarang saya akan mengamalkan semua pengalaman saya, ambisi saya bermain adalah untuk bisa bermain di level tertinggi dan membuktikan diri ada klub bahwa mereka tidak salah mempercayai saya."

***

Di skuat PSG saat ini, pada posisi Diarra, sebenarnya sudah terdapat Marco Verratti, Thiago Motta dan Adrien Rabiot. Namun beberapa kali Verratti absen karena cedera ataupun suspensi, sementara Motta mulai menurun kemampuannya. Rabiot tidak bisa selamanya diandalkan di setiap pertandingan. Beberapa hari sebelum Diarra diperkenalkan sebagai pemain baru PSG, Les Parisiens menelan kekalahan 2-1 dari Olympique Lyon.

PSG tampaknya membutuhkan tenaga pemain baru di sektor gelandang atas situasi tersebut. Pembelian pemain tidak memungkinkan setelah PSG mengeluarkan biaya yang sangat mahal dalam pembelian Neymar dan peminjaman Kylian Mbappe. Oleh karenanya, pilihan jatuh pada Diarra yang berstatus bebas transfer. Dengan begitu ia juga bisa didaftarkan PSG ke skuat Liga Champions, di mana PSG akan menghadapi Real Madrid pada babak 16 besar.

Komentar