Irak Bisa Menjadi Inspirasi Suriah untuk Menumbangkan Australia

Cerita

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Irak Bisa Menjadi Inspirasi Suriah untuk Menumbangkan Australia

Benua Asia masih berpeluang untuk mengirimkan satu wakilnya di Piala Dunia 2018 yang akan berlangsung di Rusia. Satu tiket tersebut akan diperebutkan oleh Australia dan Suriah yang akan saling bentrok di pertandingan play off. Di atas kertas, Australia mungkin jauh lebih diunggulkan bisa melewati hadangan Suriah di fase tersebut.

Faktor pendukungnya, Australia dikenal sebagai salah satu kekuatan besar di kancah sepakbola Asia saat ini. Australia juga punya tradisi bagus dalam hal lolos ke Piala Dunia. Satu hal yang patut diwaspadai Suriah adalah amukan Socceroos yang gagal lolos otomatis ke Piala Dunia setelah mereka kalah saing dengan Arab Saudi dan Jepang di kualifikasi tahap akhir Grup B.

Selain itu Australia juga dihuni banyak pemain yang berkiprah di kompetisi Eropa. Mungkin bagi Suriah ini akan menjadi laga yang berat, namun bukan berarti mereka harus menyerah sebelum pertandingan.

Suriah bisa menjadikan Irak sebagai inspirasi mereka untuk bisa mengalahkan Australia di pertandingan nanti. Irak dan Suriah adalah dua negara dengan kondisi dalam negeri yang tidak berbeda jauh, berkecamuk perang. Namun itu bukan alasan untuk melemahkan diri. Di Piala Asia 2007, Irak menunjukkan betapa kuatnya mereka dengan memastikan gelar juara setelah mengalahkan Arab Saudi di laga final yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Indonesia 29 Mei 2007 lalu.

Perjalanan mereka di ajang tersebut juga terbilang memukau, karena mampu menjadi juara grup A di fase penyisihan. Padahal saat itu Irak bukanlah tim unggulan, perang yang melanda negara tersebut membuat persiapan tim terkesan tak maksimal. Namun mereka mampu tampil apik, bahkan di fase grup mereka bisa mengalahkan Australia dengan skor 3-1.

Kondisi berbeda tentu dialami Australia yang merupakan pendatang baru dengan status unggulan di ajang tersebut. Namun hasilnya justru berbanding terbalik, karena ketangguhan Australia rontok dengan modal semangat juang dari para pemain Irak di ajang tersebut.

Suriah Bukan Tim yang Mudah Menyerah dengan Keadaan

Bisa dibilang posisi Suriah saat ini mirip dengan Irak di tahun 2007 lalu. Suriah bukanlah tim yang terlalu diunggulkan untuk lolos ke Piala Dunia 2018. Melihat kiprah mereka di turnamen regional seperti Piala Asia pun tidak terlalu mentereng karena prestasi terbaik Suriah hanya tampil di putaran final.

Selain itu yang membuat orang-orang agak skeptis dengan pencapaian Suriah di babak kualifikasi adalah kondisi dalam negeri yang tengah diterpa kekacauan akibat perang. Tapi semua kondisi tersebut malah membuat Suriah enggan menyerah dengan keadaan. Tim Elang Qasioun itu tetap berjuang keras untuk bisa menapaki Piala Dunia pertama mereka tahun depan, meski berbagai permasalahan mendera dalam perjalanannya.

Kondisi dalam negeri yang kacau balau tak memengaruhi mental dan semangat juang para pemain Suriah di babak Kualifikasi. Padahal dalam kiprahnya di babak kualifikasi mereka juga harus menempuh perjalanan beribu-ribu kilometer jauhnya untuk memainkan pertandingan kandang. Perang yang berkecamuk di Suriah membuat keamanan di sana berada dalam titik yang mengkhawatirkan.

Agar hal yang tidak diinginkan terjadi, khususnya bagi tim tamu, maka salah satu syarat agar Suriah bisa tampil di babak kualifikasi adalah dengan memindahkan kandang mereka ke negara yang lebih aman. Malaysia kemudian ditunjuk sebagai home base selama tampil di babak kualifikasi. Meski solusi kandang telah didapat, namun itu bukan kondisi yang mudah bagi Omar Khribin dan kawan-kawan.

Bermain di Malaysia, berarti membuat Suriah harus mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk menutupi biaya akomodasi. Beruntung karena AFC memberikan bantuan untuk itu semua, namun itu juga bukan berarti solusi yang menutup rapat semua masalah bagi Suriah dalam perjalanannya. Tampil di negara yang jaraknya sangat jauh dengan tanah airnya memaksa Suriah tampil tanpa adanya dukungan penonton, dan itu terjadi selama penampilan mereka di babak kualifikasi.

Namun lagi-lagi itu bukan penghalang berarti bagi Suriah untuk bisa tampil di Piala Dunia, sebagai salah satu wahana hiburan bagi semua masyarakatnya yang lama diliputi kesedihan karena perang. Berbagai permasalahan yang diderita Suriah tak membuat mereka menjadi lemah, Suriah justru semakin kuat. Buktinya di babak kualifikasi tahap akhir, Suriah yang tergabung di Grup A bersama Korea Selatan, Iran, Tiongkok, Qatar, dan Uzbekistan mampu menduduki posisi tiga di tabel klasemen akhir.

Mereka memang kalah bersaing dari Iran dan Korea Selatan, namun Suriah mampu mengungguli negara-negara subur nan makmur seperti Tiongkok yang kompetisinya berlimpah uang. Hasil tersebut memang membuat mereka gagal mengikuti langkah Iran yang tercatat sebagai kesebelasan Asia pertama yang sukses menembus Piala Dunia 2018 secara otomatis.

Namun peluang Suriah belum tertutup. Masih ada babak play-off yang bisa dimanfaatkan untuk meraih tiket ke Rusia pada tahun depan. Sama halnya dengan Irak, Suriah juga punya modal besar untuk menghancurkan Australia di babak play off. Perlu diingat bahwa Suriah dihuni oleh pemain-pemain berkualitas yang kebanyakan berkiprah di luar negeri.

Selain itu mereka juga tergolong sebagai kesebelasan pekerja keras, punya kegigihan, dan semangat pantang menyerah yang ditunjukkan selama kampanye kualifikasi berlangsung. Lihat saja saat mereka mampu menahan imbang Iran 2-2, meski bagi Iran pertandingan tersebut sudah tidak lagi berpengaruh dalam penentuan nasib di Piala Dunia 2018, namun Iran tetap tampil dengan performa terbaiknya. Suriah dibuat kesulitan selama pertandingan, meski pada menit 13 mampu unggul lebih dulu melalui Tamer Mohamad.

Tapi kondisi berbalik setelah dua gol Sardar Azomoun pada menit 45 dan 64 hampir saja membuat Suriah koyak di Stadion Azadi, Teheran. Mereka terus berjuang untuk bisa mengamankan hasil imbang, hingga akhirnya pada masa injury time, Omar Al Somah berhasil mencetak gol telat untuk membuat skor sama kuat 2-2.

Dari situasi tersebut, sangat terlihat kegigihan para pemain Suriah dalam menghadapi pertandingan penting. Mereka, tidak akan menyerah untuk memburu gol sampai peluit akhir pertandingan ditiupkan wasit. Bukan tidak mungkin hal yang mereka lakukan di laga melawan Iran ditunjukkan kembali saat jumpa Australia di babak play off.

Baca Juga: Kebahagiaan Kecil Masyarakat Suriah

***

Pertandingan play-off antara Suriah melawan Australia akan berlangsung dalam dua leg, Suriah berkesempatan menjadi tuan rumah terlebih dahulu pada 5 Oktober 2017 di Stadion Hang Tuah, Malaka, Malaysia. Kemudian pertandingan leg kedua akan berlangsung di Australia, lima hari kemudian.

Foto: CNN, ESPNFC, The National

Komentar