Menyoal Kontroversi Wasit Kusni

Cerita

by Redaksi 24 64199

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Menyoal Kontroversi Wasit Kusni

Kusni dihukum lantaran keputusannya di laga antara Pelita Bandung raya (PBR) melawan Persija Jakarta pada 17 Februari 2014. Saat itu, pemain belakang PBR, Wildansyah, dianggap melakukan pelanggaran kepada penyerang Persija, Rachmat Affandi. Kusni kemudian menunjuk titik putih bagi Macan Kemayoran.

Setelah melakukan peninjauan usai pertandingan, Komisi Wasit PSSI kemudian menganggap keputusan tersebut keliru. Tekel yang dilepaskan Wildan kepada Rachmat dinilai sebagai tekel bersih dan tak ada unsur pelanggaran di dalamnya. Selain Kusni, saat itu ada dua plus satu hakim garis lain yang dikenai sanksi, mereka adalah Djumadi Effendi, Iwan Sukoco dan hakim garis Sugiarto. Mereka mendapat hukuman yang beragam.

Selain itu, Kusni juga pernah menjadi korban pemukulan yang dilakukan oleh pemain Persela Lamongan, Victor Pae, di Turnamen Piala Gubernur Kalimantan Timur yang mempertemukan Persela melawan Arema Cronus pada Maret 2016 lalu. Kasus pemukulan tersebut terjadi saat Victor Pae mendapat kartu merah dari Kusni. Tak lama, bogem mentah Victor kemudian mendarat di pipi kiri Kusni.

Dari laporan Tempo.co saat itu, Kusni mengungkapkan bahwa ia memberi kartu merah kepada Victor Pae karena pemain yang bersangkutan mengeluarkan kata kasar kepadanya. Sementara dari kubu Pae yang diwakili asisten pelatih Persela, Didik Ludianto, mengatakan bahwa Pae melayangkan tinjuan sebelum wasit memberi kartu merah.

"Jadi setelah mendapat kartu kuning, Pae cerita, Kusni menantang dirinya, `Kalau melawan, saya kasih kartu lagi`, Pae meladeni. Ternyata benar Kusni mengganjar kartu merah. Saat itu reaksi Pae memukul," tutur Dikdik seperti dikutip dari tempo.co

Akibat dari hal tersebut Victor Pae mendapatkan sanksi berupa denda sebesar Rp 100 juta dan larangan bermain di turnamen tersebut.

Gampang Memberikan Kartu

Perdebatan lainnya yang dihadirkan dari sosok Kusni adalah kebiasaannya dalam memberikan pelanggaran dan kartu kepada pemain. Pada ajang Turnamen Piala Jenderal Sudirman saja misalnya, ia tercatat sebagai wasit dengan ukiran jumlah pelanggaran dan pengeluaran kartu terbanyak.

Dalam turnamen tersebut, Kusni mendapat mandat untuk memimpin empat pertandingan dari mulai babak penyisihan hingga babak 8 besar. Ada sebanyak 143 pelanggaran yang diberikan dengan total 27 kartu (25 kuning dan 2 merah). Persib Bandung menjadi kesebelasan yang paling banyak diberi kartu dengan 9 kartu dari dua pertandingan. Sementara dua pemain yang diganjar kartu merah adalah Ismed Sofyan dari Persija Jakarta dan M. Fachri dari Persela Lamongan.

Catatan di atas sebenarnya tidak selalu berarti negatif. Bahkan saat itu, Milomir Sesilja yang menukangi Arema memuji kinerja Kusni. Menurutnya Milo, ada upaya di mana Kusni mencoba untuk menyelamatkan pemain dari cedera saat terjadi benturan di lapangan, meski ketika itu Arema seharusnya mendapatkan penalti. Apalagi, ajang tersebut bukanlah kompetisi resmi dan kondisinya saat itu sepakbola Indonesia tengah dilanda kekacauan akibat sanksi FIFA yang membuat kompetisi ditiadakan. Bila hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, tentu akan menjadi kerugian tersendiri bagi klub dan khususnya pemain itu sendiri.

Sementara di Liga 1 Indonesia, Kusni tercatat sebagai wasit pertama yang mengeluarkan kartu merah. Kartu merah itu diberikannya kepada pemain PSM Makassar, Ferdinan Sinaga, saat timnya menjamu Persela Lamongan di Stadion Andi Mattalatta, Makassar pada 16 April lalu. Laga tersebut berkesudahan dengan skor 3-1 bagi PSM.

***

Keputusan wasit, di manapun itu, memang selalu mengundang kontroversi. Tapi apapun keputusannya, wasit tetap perlu dihormati di pertandingan oleh setiap kesebelasan, semerugikan apapun itu. Tinggal kita melihat bagaimana reaksi federasi, dalam hal ini Komdis PSSI.

Sebelumnya, tak sedikit wasit Liga 1 yang dihukum, bahkan didegradasi ke Liga 2, karena keputusan-keputusannya pada pertandingan. Jika Kusni mendapatkan sanksi, berarti memang benar ia melakukan kesalahan. Namun jika tidak, berarti apa yang dilakukan Kusni, jikapun salah, merupakan hal yang harus kita wajarkan, sebagaimana kualitas wasit serta hakim garis Indonesia yang memang perlu dibenahi.

Yang jelas, dengan keputusan-keputusan wasit yang kerap mengundang kontroversi, PSSI harus meningkatkan kualitas wasit demi terciptanya kompetisi yang berkualitas.

Foto: Simamaung

Komentar