Penantian Jajang Sukmara

Cerita

by redaksi

Penantian Jajang Sukmara

Kompetisi Liga Indonesia musim 2011 mungkin menjadi momen indah bagi bek sayap Persib Bandung, Jajang Sukmara. Pada medio tersebut, Jajang yang baru promosi ke tim senior “Maung Bandung” langsung mendapatkan kepercayaan penuh dari arsitek Persib kala itu, Drago Mamic, untuk menembus skuat inti.

Saat itu, jelang laga tandang menghadapi Persidafon Dafonsoro, Persib mengalami krisis bek sayap kiri setelah Muhammad Nasuha cedera. Sebenarnya, Mamic memiliki opsi lain untuk memainkan Tony Sucipto, sayang Tony harus mengisi kekosongan pos gelandang bertahan yang ditinggalkan Robbie Gaspar yang juga mengalami cedera. Saat itu, Mamic hanya memiliki pilihan untuk memainkan Wildansyah atau Jajang Sukmara.

Wildan, tentu menjadi pilihan yang dianggap lebih realistis karena memiliki pengalaman yang jauh lebih baik ketimbang Jajang. Namun, Mamic memiliki pandangan lain karena ia justru lebih memilih Jajang untuk menempati posisi yang ditinggalkan Nasuha.

Keputusan yang membuat jidat bobotoh berkedut, namun kepercayaan Mamik, tak disia-siakan pemain yang akrab disapa Jasuk itu. Ia mampu tampil impresif, yang kemudian membuat pelatih berkebangsaan Kroasia itu terus memberikan kesempatan bagi Jasuk menunjukkan kapabilitasnya sebagai pemain muda potensial, makulum saat itu ia masih berusia 23 tahun.

Nama Jasuk kemudian menjadi perbincangan di kalangan bobotoh, tatkala ia mampu mencetak gol ke gawang PSPS Pekanbaru di Stadion Si Jalak Harupat. Gol tersebut, dianggap sebagai pemantik semangat “Maung Bandung” yang selama babak pertama kesulitan untuk memecah kebuntuan. Hasilnya, selepas gol debutnya bersama Persib, ia semakin dielu-elukan bobotoh. Bahkan, banyak pihak menganggapnya sebagai The Rising Star Persib.

Kegemilangan Jajang memantik perhatian Pelatih Tim Nasional Indonesia U-23. Rachmad Darmawan memberikannya kesempatan mengikuti seleksi. Saat itu, Indonesia tengah bersiap untuk mengikuti SEA Games 2011 di Jakarta. Sayang, Jasuk gagal menembus skuat utama Tim Garuda, ia kalah saing dengan pemain naturalisasi asal Belanda, Diego Michels.

Setelah tampil gemilang di musim 2011/2012, ia kemudian menjadi prioritas manajemen sebagai pemain yang dipertahankan pada musim berikutnya. Saat itu, tonggak kepelatihan “Maung Bandung” sudah beralih ke tangan Djadjang Nurdjaman yang sebelumya membesut Pelita Jaya. Pada musim 2012/2013, Jajang harus bekerja ekstra untuk bisa menembus skuat inti Persib. Maklum, saat itu posisi bek sayap Persib dihuni pemain-pemain sekaliber Supardi Nasir dan Tony Sucipto.

Jajang, kalah saing hingga akhirnya ia lebih banyak duduk di bangku cadangan. Kondisi tersebut, terjadi hingga musim 2013/2014, saat Persib memastikan diri keluar sebagai juara pada akhir musim kompetisi tersebut. Entah apa yang terjadi dengan Jasuk saat itu. Beberapa spekulasi bermunculan, ada yang menyebut Jasuk mengalami penurunan performa sampai sulitnya ia untuk bersaing dengan Supardi yang merupakan bek sayap langganan tim nasional. Apalagi, saat itu duet Supardi dan M. Ridwan di sektor kanan sangat diandalkan sebagai poros serangan Persib.

Namun, kondisi berubah saat gelaran Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016. Setelah tonggak kepelatihan Persib beralih dari Dejan Antonic kembali kepada Djadjang Nurdjaman, kesempatan bermain bagi Jasuk di turnamen jangka panjang pengganti turnamen itu kembali ia dapatkan.

Sentuhannya di lapangan membuat alur bola di sektor kanan penyerangan “Maung Bandung” lebih hidup. Kreasianya bersama si anak ajaib, Febri Hariyadi, banyak berbuah gol. Satu hal yang perlu diketahui di ISC 2016, ia tampil dalam 22 pertandingan dengan torehan tiga asis. Catatan tersebut, membuatnya berada di posisi kedua raja asis Persib setelah Robertino Pugliara.

Memasuki musim 2017, kondisi yang tak jauh berbeda saat tahun 2012 kembali ia dapatkan. Kesulitan menembus skuat utama adalah hal yang dialami Jasuk. Sampai tiga pertandingan yang telah dilakoni Persib di Liga 1, Jasuk belum sekalipun diturunkan. Bahkan, jelang pertandingan melawan Persegres Gresik United di laga keempat “Maung Bandung”, nama Jasuk tidak disertakan dalam 21 pemain yang diboyong ke Gresik.

Musim 2017, memang menjadi musim yang berat bagi Jasuk. Ia, harus bekerja ekstra keras untuk bisa kembali dipercaya untuk menembus skuat inti Persib. Sebab, saat ini Supardi yang sebelumnya hijrah ke Sriwijaya FC kembali ke Bandung. Selain itu, Persib juga berhasil memulangkan kembali Wildansyah yang pada musim lalu juga merumput bersama Sriwijaya.

Selain itu, kebijakan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang mewajibkan setiap kesebelasan menjadikan tiga pemain berusia dibawah 23 tahun sebagai starter pun semakin membuat Jasuk berada dalam posisi sulit. Maklum, sektor bek sayap kanan menjadi salah satu posisi yang kerap dijadikan Djadjang Nurdjaman untuk menggenapi regulasi soal tiga pemain muda. Ya, di posisi tersebut Djadjang kerap menurunkan pemain muda Henhen Herdiana yang secara tidak langsung menjadi tambahan kompetitor Jasuk.

Kendati demikian, Jasuk enggan terlalu memikirkan persaingan di lini belakang. Menurutnya, persaingan dimanapun sama saja. Ia mengaku, dibanding memikirkan persaingan ia memilih untuk lebih fokus mengembangkan permainannya agar bisa dipercaya kembali.

“Sabar saja, kesempatan bermain pasti akan datang. Kalau dapat kesempatan saya akan berusaha semaksimal mungkin supaya kesempatan selanjutnya akan datang,” Kata Jasuk.

Kesempatan bagi Jasuk tampil pada musim ini memang masih terbuka lebar. Sebab, kompetisi masih panjang, dan Jasuk masih memiliki banyak momen untuk bisa dipercaya tampil oleh Djadjang Nurdjaman. Apalagi, Djadjang memiliki kebijakan melakukan rotasi sebagai salah satu upaya menghindari kelelahan pemain karena jadwal pada kompetisi.

(SN)

Foto: Pikiran Rakyat

Komentar