Kesenjangan Francesco Totti yang Bisa Dikejar Daniele De Rossi

Cerita

by Randy Aprialdi 27388

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Kesenjangan Francesco Totti yang Bisa Dikejar Daniele De Rossi

Perdebatan tentang Francesco Totti dengan AS Roma dan Luciano Spalletti yang menjadi pelatihnya telah selesai pada musim panas lalu. Perdebatan itu selesai sesudah Totti menandatangani perpanjangan kontrak satu tahun. Ia memastikan bahwa pada usia ke-40 tahun ia marayakan 25 tahun berturut-turut sebagai pemain Roma.

Totti adalah satu-satunya pemain Roma saat ini yang menikmati scudetto di bawah kepelatihan Fabio Capello pada Serie-A 2000/2001. Selanjutnya, prestasi terbaik Totti bersama Roma hanya menjuarai Piala Super Italia dan Coppa Italia. Maka dari itu seluruh pendukung Roma bermimpi karier Totti bisa diakhiri dengan mengangkat gelar scudetto di akhir musim ini.

Totti sendiri sudah tidak menjadi pemain utama kesebelasan berjuluk I Lupi (Si Serigala) itu. Spalletti lebih sering mencadangkannya dengan harapan pengalaman Totti bisa membantu skuatnya meraih poin sebagai pemain pengganti. Tapi berbagai kekalahan yang mengecewakan membuat Roma tertinggal delapan poin dari Juventus di puncak klasemen sementara Serie-A 2016/2017.

Jika tidak ingin membuat Totti kehilangan mimpinya, Roma wajib memenangi sisa pertandingan musim ini. Sebab Liga Eropa yang menjadi harapan lain pun berujung kegagalan. Roma mesti kalah agregat dari Olympique Lyonnais pada babak 16 besar. Kegagalan itu membuat para pendukung Roma semakin menyayangkan jika Totti belum memenangkan banyak gelar selama 40 tahun hidupnya. Ia tidak seperti pemain lain seusianya yang mengoleksi sudah mengoleksi berbagai gelar. Tapi jika Totti pensiun, ia akan bergabung dengan Paolo Maldini, Ryan Giggs dan lainnya sebagai pemain yang cuma memperkuat satu kesebelasan saja di dalam karirnya.

Tawaran dari Liga Amerika untuk memperpanjang kariernya pun sudah ditolak. Jika memutuskan pensiun pada akhir musim ini, pihak Roma pun sudah menyiapkan posisi Direktur Teknik untuknya. Dan jika ia pensiun pada akhir musim ini dengan mengangkat juara Serie-A, maka nanti adalah akhir indah dari dongeng kariernya selama 25 tahun bersama Roma. Walaupun Totti tidak akan mengambil alih posisi Silvio Piola sebagai pencetak gol terbanyak di Serie-A.

Sementara itu ada Daniele De Rossi yang digadang-gadang sebagai kapten masa depan. Ia yang berkesempatan paling besar untuk naik tahta dan dinobatkan sebagai raja baru Roma, walau saat ini Totti tetaplah sosok menentukan bagi kesebelasan tersebut dari bangku cadangan. Sebelum Gonzalo Higuain pindah ke Juventus, De Rossi merupakan pemain dengan bayaran termahal di Serie-A. Pendapatannya itu sempat dipertanyakan karena penurunan penampilannya ketika masih dilatih Rudi Garcia. De Rossi dianggap Garcia memperlambat sistem permainannya yang mengandalkan serangan dari sayap.

Perang dingin antara keduanya membuat De Rossi sempat diisukan akan hengkang dari kesebelasan yang sudah dibelanya sejak 2001 dan belum pernah ditinggalkannya. Tapi Spalletti membawa kebangkitan di dalam diri gelandang yang akan menjadi raja baru Roma ini. Di antara gelandang lainnya, De Rossi merupakan pemain paling banyak melakukan intersepsi sebanyak 2,1 kali per laga. Sementara ketika melakukan tekel bersih, ia adalah gelandang terbanyak kedua setelah Kevin Strootman dengan melakukan 2 kali per laga. Kekurangannya hanyalah sering ceroboh melakukan pelanggaran yang menghasilkan delapan kartu kuning dari 24 penampilannya di Serie-A musim ini. Padahal pemain 33 tahun itu bisa dibilang sebagai kunci permainan Roma.

Tidak hanya dengan Roma, De Rossi adalah tokoh kunci untuk Italia. Ia terbukti menjadi pemain kunci di lini tengah Italia ketika kehilangan kreativitas atas cederanya Marco Verratti pada Piala Eropa 2016. Antonio Conte yang menjadi pelatihnya di Italia saat itu menyerahkan peran regista kepada De Rossi. Ia pun memainkannya dengan brilian ketika menyingkirkan Spanyol di babak 16 besar. Namun ketiadaannya membuat lini tengah Italia kesulitan dan disingkirkan Jerman lewat adu penalti di babak perempat final.

Pada akhir November lalu, De Rossi memainkan laganya yang ke 400 di Serie-A. Dan jumlah penampilannya itu merupakan sepanjang hayatnya untuk Roma. Penulis Football-Italia bernama Gaby McKay menganggap bahwa De Rossi merupakan lambang dari gladiator Roma. Anggapan itu muncul ketika membayangkan penampilan De Rossi di setiap Derby Roma seperti tampil dengan pisau di antara giginya dan rela melakukan apapun, bahkan jika harus mati sekalipun. Musim depan mungkin pengecualian bagi Totti karena kemungkinan besar orang-orang tidak bisa melihatnya tampil lagi di Serie-A. Tapi De Rossi memiliki klaim sendiri untuk status legendarisnya nanti.

Sebab ia masih memiliki waktu untuk mengejar ketertinggalannya dari Totti. Walau tidak banyak seorang pemain berkarier hingga usia 40 tahun, tapi De Rossi masih bisa bermain untuk lima tahun ke depan. Ia bisa menjadi ikon pengganti di tribun Curva Sud, tempat para ultras Roma menyaksikan pertandingan. Untuk negaranya pun De Rossi sudah mencapai lebih dari 100 penampilan, lebih banyak daripada Totti (58 caps). Maka dari itu De Rossi masih punya waktu meniru Totti ketika memimpin kesebelasannya meraih scudetto kembali dan menikmati kesempatannya untuk menambah gelar di Piala Dunia 2018. De Rossi mungkin masih berstatus kapten masa depan, tapi ia akan lebih banyak tampil untuk klub dan negaranya.

Sumber: Football-Italia, Whoscored.

Komentar