Pembelaan-Pembelaan untuk Francesco Totti

Editorial

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Pembelaan-Pembelaan untuk Francesco Totti

Mengalahkan Palermo 5-0 (ralat), merupakan kemenangan kelima beruntun AS Roma sejak ditangani Luciano Spalletti pada awal Januari lalu. Tapi kemenangan itu terasa hampa, karena para suporter Roma justru mencemooh Spalletti. Pasalnya, pemain paling poppuler di Stadion Olimpico saat itu, Francesco Totti, tidak ada di lapangan, maupun di bangku cadangan. Totti justru berada di tribun penonton. Dia seperti sedang diasingkan pasca pertengkarannya dengan Spalletti.

Seperti yang diketahui jika Totti sempat bersitegang dengan Spalletti karena komentar di media. Totti mengeluhkan tentang porsi bermain yang sedikit di era Spalletti saat ini. Hasilnya, kapten Roma itu dicoret dari skuat menghadapi Palermo. Bahkan, Totti dipulangkan dari tempat latihan di Trigora.

Sementara itu, pihak klub seolah membela Spalletti. Di sisi lain, mayoritas suporter Roma justru membela Totti. Para suporter Roma seolah tidak peduli dengan dua gol Edin Dzeko dan sebiji gol Muhamed Salah ke gawang Palermo saat itu. Padahal, gol yang dicetak Salah mengingatkan proses yang dilakukan Fabrizio Ravanelli saat final Liga Champions 1996. Tapi para suporter Roma yang hadir di Olimpico hanya bernyanyi untuk kaptennya. Nyanyian yang ditujukan untuk Totti yang menonton laga dari tribun penonton.

Pada dasarnya semua orang tahu jika usia 39 tahun membuat hari-hari terbaik Totti hanyalah masa lalu. Usia yang membuat pelatih dan klub kebingungan soal masa depannya bersama Roma, "Mengapa mewawancarai saya? saya tidak diperhitungkan lagi," cetus Totti ketika diwawancarai jurnalis asal Spanyol pada pertengahan mingggu lalu, seperti dikutip Gazzetta World.

Sindiran Totti kepada Spalletti memang mengurangi rasa hormatnya, tapi tidak sedikit yang mendukung perjuangannya. Di sisi lain, memang cukup berat juga untuk tidak bersimpati kepada Spalletti. Dirinya datang ke Roma yang di tengah mimpi buruk dan ia mencoba memperbaikinya. Hasilnya? memang tidak terlalu buruk untuk sejauh ini.

Tapi membuat Totti marah, sama saja dengan menciptakan percikan di sela-sela perjalanan positif Roma sejauh ini. Opini publik berubah seketika tentang Spalletti akibat perseteruannya. Para suporter Roma menganggap jika melukai pemain terbesar di kesebelasannya adalah suatu ketidaksopanan.

Baca juga: Menyaksikan AS Roma, Mengkhidmati Fantasista.

Pesan-pesan dukungan pun deras ditujukan kepada pemain bernomor punggung 10 itu. Tidak hanya para suporter, tapi mantan rekan-rekannya, pelatih kesebelasan lain, beberapa mantan pesepakbola besar italia lainnya seperti Gianni Rivera dan Ronaldo, memberi dukungan kepada Totti.

Bahkan musuh lamanya seperti Christian Vieri dan Sinisa Mihajlovic pun berada di belakang Totti. Vincenzo Montella, Pelatih Sampdoria, sempat bercanda tentang mantan rekannya sewaktu masih menjadi pemain. Mantan penyerang dan caretaker Roma itu mengatakan jika Totti akan diperlakukan dengan baik jika berada di skuatnya.

Soal keberatan Totti menginginkan jam bermain pun diwajari Rudi Garcia, mantan Pelatih Roma. Garcia beranggapan tidak ada yang salah jika Totti punya ruang pribadi bersama Roma. Daniele De Rossi pun menunjukan dukungannnya dengan menemani Totti di tribun Stadion Olimpico saat melawan Palermo.

Spanduk protes di luar stadion pun memperjelas situasi yang sedang mencengkram Roma saat ini. "Pertama puncak, kemudian hambatan dan sekarang kapten. Cukup, ini cukup!" tulis spanduk tersebut di gerbang Curva Sud (tribun selatan) Stadion Olimpico.

Totti mungkin salah dalam perseteruannya, tapi apa yang terjadi padanya saat ini adalah pembenaran. Dirinya sudah berjuang dari cedera dan berharap masih mendapatkan kesempatan. Totti lebih layak daripada tiga menit yang dilakoninya saat melawan Madrid. Apalagi ia diturunkan di saat kesebelasan berjuluk I Lupi (Serigala) sedang sekarat dalam ketertinggalan 0-2.

Ini bukan berarti menganggap hirarki klub telah salah untuk mengembalikan Spalletti. Tapi mengabaikan seorang pahlawan sejati, bisa meninggalkan noda yang tidak terhapuskan dalam sejarah Roma. Jika ingin melawan lupa, para suporter I Lupi masih belum memafkan bagaimana klub memperlakukan Agostino Di Bartolomei, legenda Roma era 1980-an.

Pada dasarnya, setiap pemain punya alasan untuk berharap kepada suatu tingkat tertentu. Tindakan Spalletti memang memiliki kepentingan yang terbaik untuk skuatnya saat ini. Tapi rasanya tidak perlu dilakukan agar orang terjatuh di masa-masa akhirnya. Bahkan, perselisihan itu mendapat sorotan dari Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi. Dirinya menyarankan agar Roma segera move on dari situasi Totti-Spalletti sekarang.

"Ini cerita yang rumit dan ketika Anda berada di Roma, Anda menyadari bahwa apa yang terjadi antara kapten dan pelatih itu sangat sulit," ujarnya

James Pallotta, Presiden Roma, diharapkan mampu meredakan ketegangan. Tapi jelas bahwa itu tidak akan mudah untuk menenangkan semua pihak dalam situasi sulit ini. Kendati demikian, keputusan tetap berada di tangan Pallotta. Bagaimana ia bisa menselaraskan dua tokoh penting dalam klubnya. Sebab, jika terus seperti ini, tidak akan ada yang menang. Dan memang bukan sesuatu yang harus dimenangkan.

Komentar