Dejan Lovren, Kisah Sang Pencari Suaka

Cerita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Dejan Lovren, Kisah Sang Pencari Suaka

Perang adalah kesedihan. Bagi pihak yang menang maupun pihak yang kalah, peperangan hanya akan menyisakan duka yang cukup mendalam dan sulit untuk dilupakan seumur hidup. Inilah yang dialami oleh Dejan Lovren.

Lovren, yang sekarang membela Liverpool dan sudah sejak 2013 silam merasakan atmosfer Liga Primer, memiliki sebuah pengalaman pahit. Dilahirkan ketika situasi di Yugoslavia sedang berkecamuk, membuatnya mengalami sebuah hal yang mungkin tidak ia kira seumur hidupnya, yaitu panasnya situasi peperangan. Situasi inilah, yang secara tidak langsung, mengubah hidupnya.

Dalam sebuah video dokumenter di LFC TV GO, ia pun berbagi seputar kisahnya yang ketika kecil, sempat mengalami situasi perang saudara Yugoslavia (kerap juga disebut perang Balkan), yang memaksanya menjadi seorang pencari suaka.

Saat Perang Berkecamuk, Lovren Ada di Sana

Perang saudara Yugoslavia, atau biasa disebut perang Balkan, adalah sebuah serial perang yang terjadi sejak 1991 sampai 2001. Serial perang ini, selain menjadi faktor utama berpisahnya negara besar bernama Yugoslavia, juga menjadi pemicu konflik-konflik etnis yang terjadi di tanah Yugoslavia yang kelak terpisah menjadi beberapa negara.

Ketika proses pemisahan itu terjadi, Lovren, yang masih berusia tiga tahun, mengalami semua itu. Ia bertutur bahwa ia melihat semua konflik tersebut, dan konflik itu mengubah tempat tinggalnya, sebuah kota kecil bernama Kraljeva Sutjeska, menjadi kota yang menakutkan.

"Saya tinggal dan dilahirkan di sebuah kota bernama Kraljeva Sutjeska (sebuah kota yang sekarang menjadi bagian dari negara Bosnia-Herzegovina). Sebuah kota kecil yang indah, damai, dan ibu saya sering mengatakan kalau kota tersebut adalah kota yang cocok untuk ditinggali. Di sana dulu keluarga saya tinggal, dan memiliki sebuah toko kecil untuk menghidupi keluarga," ujar Lovren membuka ceritanya.

"Tak ada masalah besar yang terjadi saat itu, dan semua terasa indah bagi keluarga kami. Begitu pun dengan kehidupan di sekitar kami. Walau kami tinggal bersama orang Muslim, orang Serbia, kami tetap mampu bergaul satu sama lain. Namun, tiba-tiba semua berubah."

"Semua seperti berubah dalam satu malam. Tiba-tiba semua saling berperang satu sama lain. Perang yang melibatkan tiga suku besar (etnis Croat, Serb, dan Albania). Sejak saat itu semua berubah, dan cerita-cerita yang tersebar membuat orang-orang menjadi saling tidak percaya satu sama lain. Mereka yang awalnya hidup saling berdampingan sekarang jadi menjauhi jalanan," ujar Lovren.

Bersambung ke halaman selanjutnya

Komentar