Lovren adalah Alasan Kenapa Kroasia Tidak Takut Kane

Cerita

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Lovren adalah Alasan Kenapa Kroasia Tidak Takut Kane

Harry Kane berhasil mencetak 41 gol di segala kompetisi sepanjang musim 2017/18. Penampilan impresifnya bersama Tottenham Hotspur ia tularkan ketika bermain bagi Tim Nasional Inggris di Piala Dunia 2018.

Selama di Rusia, Kane sudah mencetak 6 gol. Pemain berusia 24 tahun ini menjadi top skor sementara. Ia hanya gagal mencetak gol ketika Inggris mengalahkan Swedia di perempat final.

Dengan catatan seperti itu, wajar jika Kroasia mewaspadai Kane. Namun Kroasia tidak takut.

“Kami memiliki beberapa bek tengah papan atas. Kami bisa menghentikan [Lionel] Messi dan [Christian] Eriksen, jadi kami berharap kami bisa menghentikan Kane,” kata Zlatko Dalic, Pelatih Kroasia, dikutip dari Metro.

Mengacu apa yang Dalic katakan, secara spesifik ia menyebut posisi bek tengah. Di Piala Dunia 2018, Kroasia membawa empat bek tengah: Dejan Lovren, Domagoj Vida, Vedran Corluka, dan Duje Caleta-Car.

Keempat pemain itu mendapatkan menit bermain di Rusia. Meski demikian, dua nama pertama adalah duet yang menghentikan Messi dan Eriksen, yang juga sudah menjadi starter dalam empat pertandingan. Dalic menurunkan duet Corluka dan Caleta-Car sebagai pemain utama hanya saat Kroasia melawan Islandia di fase grup, di mana Kroasia sudah dipastikan lolos ke fase gugur.

Jadi, Lovren dan Vida adalah “dua bek papan atas” yang bisa menghentikan Harry Kane?

Lovren Si Bek Papan Atas

Menyebut Lovren sebagai bek papan atas, tidak bisa dihindari lagi, akan mengundang olok-olok massal; meski secara statistik ia masuk ke dalam bek papan atas Eropa, tepatnya terbaik kesembilan.

Lovren bermain di Liverpool. Bertemu Kane bukan menjadi hal langka bagi Lovren.

“Ia pantas mendapat kredit. Beberapa musim terakhir ia selalu berhasil mencetak lebih dari 25 gol,” kata Lovren, dikutip dari The Guardian. “Ia adalah salah satu penyerang terbaik dunia tapi aku suka menantang penyerang-penyerang seperti ini dan menunjukkan kepada semua orang jika aku adalah salah satu bek terbaik.”

Namun Lovren harus ingat, ia pernah dipermalukan Kane musim lalu, tepatnya pada 22 Oktober 2017 saat Spurs menang 4-1 atas Liverpool di Wembley. Saking buruknya penampilan Lovren saat itu, Juergen sampai mengganti Lovren di menit ke-31.

Tidak sampai di situ, setelah pertandingan, Klopp juga mengeluarkan pernyataan yang seolah merendahkan Lovren: “Jika aku terlibat di situasi permainan ini (saat Lovren blunder membiarkan Kane) di lapangan, maka Harry [Kane] tak akan dapat bola. Tapi aku di area teknis bersama para pelatih. Setiap pekerjaan jelas, tapi kami tak bisa melakukannya.” Jleb.

Akan tetapi Lovren di Liverpool tidak sama dengan Lovren di Kroasia. Bisa jadi ia dan Vida akan mampu menghentikan Kane.

Di Kroasia, Lovren adalah salah satu jagoan utama. Menit bermainnya terbanyak kedua setelah Luka Modric. Jumlah operannya hanya kalah dari Modric (lagi) dan Ivan Rakitic. Ia juga mencatatkan blok dan sapuan terbanyak dari seluruh pemain Kroasia lainnya.

Dalic Punya Rencana

Hal yang harus diwaspadai Kroasia bukan hanya Kane, tapi juga cara bermain Inggris. “Aku tak bilang ada kelemahan yang jelas dari Inggris,” kata Dalic. “Yang aku lihat sejauh ini mereka memainkan sepakbola direct dan mereka sangat cepat.”

“Mereka sangat baik dalam situasi bola mati dan pemain tinggi mereka sangat berbahaya ketika sepak pojok,” ujar Dalic lagi.

Baca selengkapnya: Inggris Hidup karena Bola Mati

Kane (tinggi badan 188 cm) adalah salah satu pemain tinggi yang berbahaya saat situasi di atas. Bersama Harry Maguire (194 cm), John Stones (188 cm), Eric Dier (188 cm), dan Gary Cahill (191 cm) -dua nama terakhir bukan pemain utama-, wajar jika Dalic mewaspadai set-piece Inggris.

“Lihat para pemain mereka (Inggris), paling kecil tingginya sekitar 190 cm,” kata Lovren. Mungkin maksud Lovren adalah Maguire; karena Kane dkk jelas lebih pendek daripada itu.

Hanya Maguire, Ruben Loftus-Cheek (191 cm), serta dua penjaga gawang, Nick Pope (191 cm) dan Jack Butland (196 cm), yang tinggi badannya lebih dari 190 cm. Tinggi badan Jordan Pickford saja 185 cm.

Sama seperti Kane, Lovren juga memiliki tinggi badan 188 cm. Sementara Vida lebih pendek 4 cm daripada Lovren. Hal ini membuat Kroasia dinilai bisa mengantisipasi permainan bola mati The Three Lions.

Selain set-piece, Dalic juga mewaspadai kecepatan Raheem Sterling. “Aku pikir Raheem Sterling adalah pemain penting karena ia sangat cepat dan kombinasinya dengan Harry Kane sangat berbahaya,” kata Dalic.

“Kami dua kali meeting, menunjukkan kepada para pemain (Kroasia) bagaimana cara mereka (Inggris) bermain,” ujar Dalic yang menilai Kroasia sudah memiliki rencana untuk menghentikan permainan bola mati Inggris.

Messi Saja Bisa Dihentikan, Bukan Tak Mungkin Kane Pun Tak Berdaya

Zlatko Dalic percaya diri Kroasia mampu menghentikan Harry Kane dan Inggris di semifinal karena mereka memiliki “bek-bek tengah papan atas”. Salah satu bek tengah reguler Kroasia adalah Dejan Lovren, yang sedihnya, sering diolok-olok ketika bermain bagi Liverpool.

Namun Kroasia sejauh ini di Piala Dunia memang berhasil menghentikan Lionel Messi (Argentina). Rasanya wajar jika mereka percaya diri mampu menghentikan Kane. Wajar juga jika Lovren percaya diri.

Apalagi saat kecil Lovren juga menunjukkannya. “Suatu hari aku akan menjadi bek terbaik dunia”. Kalimat tersebut tertulis jelas di bawah meja Lovren di apartemen masa kecilnya. Ketika ia menulis itu, usianya masih 12 tahun.

“Orang-orang menertawaiku karena itu. Mereka bilang aku tak bisa bermain seperti bek, kaki kiriku buruk, aku kurang cepat. Ketika kamu bilang aku tak cukup bagus, aku akan menunjukkanmu jika aku cukup bagus!” kata Lovren, dikutip dari Liverpool Echo.

Sudah 17 tahun berlalu sejak ia menulis kalimat motivasinya tersebut. Kini, dua pertandingan lagi (semifinal dan final), adalah pembuktian sesungguhnya jika Lovren benar-benar bisa menjadi bek terbaik dunia.

Komentar