Kena PHP (Lagi), Ada Apa Dengan Manchester United?

Cerita

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Kena PHP (Lagi), Ada Apa Dengan Manchester United?

Pada Selasa (10/05), raksasa Jerman, FC Bayern, resmi mendatangkan dua pemain anyar untuk kompetisi musim depan. Kapten Dortmund, Mats Hummels, resmi pulang ke Bavaria untuk kembali memperkuat FC Bayern. Selain itu pemilik gelar terbanyak Bundesliga tersebut juga mendatangkan gelandang muda Portugal, Renato Sanches.

Dibandingkan kepindahan Hummels yang memang sepertinya sudah tinggal menunggu waktu karena sang pemain sendiri sepertinya punya hasrat besar untuk ‘pulang’ ke FC Bayern yang merupakan tempat di mana kariernya di mulai, transfer Renato Sanches menjadi sesuatu yang sangat menarik. Mendaratnya Renato ke FC Bayern menjadi perbincangan karena sebelumnya ia gencar diisukan akan berlabuh di Manchester United.

Bahkan kabarnya, kesebelasan asal Inggris tersebut bersedia membayar transfer hingga angka 60 juta poundsterling. Yang terjadi tentunya di luar perkiraan. Renato mendarat di tanah Jerman, bahkan ‘hanya’ dengan pembelian seharga 35 juta Euro atau 27.6 juta Poundsterling yang dibayarkan FC Bayern kepada SL Benfica, kesebelasan lama Renato.

Fenomena ini tentu menjadi sangat familiar bagi penggemar United. Dalam sejarahnya, bahkan sejak era Sir Alex Ferguson, mereka selalu ‘tersalip’ ketika hendak mendatangkan pemain. Mulai dari Ronaldinho, Peter Cech, Wesley Sneijder, Thomas Muller, Lucas Moura, Raphael Varane, Nathaniel Clyne, hingga Robert Lewandowski kabarnya tinggal selangkah lagi berseragam kesebelasan berjuluk Setan Merah tersebut. Namun yang terjadi pemain-pemain tersebut tak pernah berseragam Setan Merah.

Tentang Pemandu Bakat Manchester United

Salah satu hal yang menarik selain nilai transfer dalam kasus Renato Sanches adalah terkait bagaimana kedua kesebelasan mengamati pemuda asal Portugal ini berlaga. United dikabarkan sampai mengirim pemandu bakatnya untuk mengamati Renato sebanyak 24 kali, sementara itu FC Bayern hanya empat kali mengamati Renato dan langsung melakukan tawaran.

Bisa jadi ada masalah dalam pengambilan keputusan dari level top terkait transfer Renato. Namun perlu menjadi perhatian bagaimana pemandu bakat United sampai harus melakukan 24 kali pengamatan, sementara kubu Bayern hanya melakukan empat pengamatan saja kepada Renato. Tentunya ini menjadi sebuah pertanyaan besar bagi pemandu bakat kesebelasan asal Inggris tersebut.

Sebuah pertanyaan besar bagi United yang bahkan menurut Daily Mail, memiliki 40 pemandu bakat yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Bahkan jumlah tersebut merupakan pembaruan karena sebelumnya mereka menggunakan pemandu bakat yang berasal dari era Sir Alex.

Ada salah satu faktor yang juga memengaruhi mengenai kualitas pemandu bakat United. Pensiunnya Martin Ferguson yang juga merupakan adik kandung Sir Alex, memberikan pengaruh besar terhadap scouting United secara keseluruhan. Martin yang pensiun seiring dengan pensiunnya sang kakak, adalah aktor kunci dibalik sistem pemandu bakat United selama bertahun-tahun.

Martin adalah orang yang mengamati dan kemudian meyakinkan Sir Alex untuk mendatangkan seorang pemain. Martin menjadi sosok kunci mendaratnya beberapa nama besar semisal, Ruud van Nistelrooy, Diego Forlan, dan Chicharito ke Old Trafford.

Namun di era Martin juga beberapa nama hilang dari buruan. Termasuk ketika Sir Alex kesal, meskipun masih dalam konteks tidak terlalu serius, tentang mengapa pemandu bakat timnya tidak bisa mencium bakat Miguel Cuesta ‘Michu’ yang kala itu mencetak banyak gol di Liga Primer Inggris.

Tapi yang membedakan Bayern dan Manchester United, bisa jadi, karena Bayern sudah melihat langsung permainan Renato karena musim ini Bayern menghadapi Benfica di Liga Champions. Meski jarang mendapatkan kesempatan bermain di liga, Renato tampil 90 menit pada dua laga Benfica vs Bayern yang dimenangkan Bayern dengan agregat 2-3 tersebut. Dari dua laga itulah yang membuat manajemen Bayern tak ragu untuk memboyongnya.

Faktor yang Menentukan

Seperti yang sudah disebutkan bahwa proses transfer memiliki banyak kesamaan dengan ketika sedang melakukan PDKT, tentunya terkait perpindahan pemain juga tidak hanya dipengaruhi oleh pihak yang menginginkan pemain bersangkutan. Ada faktor yang menentukan, bahkan sangat menentukan terkait perpindahan pemain.

Faktor tersebut adalah keinginan dari pemain itu sendiri. Akan kemana ia berlabuh tentunya menjadi sebuah keputusan besar karena akan berpengaruh terhadap karier dan kehidupannya ke depan. Sebelum berbicara terkait kemungkinan alasan Renato bergabung dengan FC Bayern, mari kita telaah terlebih dahulu ‘kegagalan-kegagalan’ dalam transfer-transfer sebelumnya.

Ketika hendak mendatangkan Edwin Van der Sar di kesempatan pertama, United ‘tersalip’ Juventus. Kala itu petinggi United sudah melakukan kesepakatan terlebih dahulu dengan kiper asal Australia, Mark Bosnich, meskipun sebenarnya Sir Alex sudah sangat kesengsem dengan penampilan kiper asal Belanda tersebut.

Berlanjut ke kasus Ronaldinho. Meskipun sempat menyatakan penyesalannya karena menolak United, Kepindahan bintang Brasil tersebut ke Barcelona memang berdasarkan pengaruh psikologis. Ronaldinho hijrah ke Barca karena ingin meneruskan tradisi pemain hebat asal Brasil yang bermain di kesebelasan tersebut.

Kemudian tentang saga transfer Wesley Sneijder yang selalu penuh teka-teki. Ke mana Sneijder hendak berlabuh menjadi kisah perpindahan pemain yang sangat panas dan selalu berakhir di luar perkiraan bahkan sejak Sneijder masih memperkuat Ajax Amsterdam.

Lalu dengan yang terjadi pada transfer Lucas Moura. United kalah pasang harga dengan Paris Saint-Germain ketika hendak mendatangkan Moura dari Sao Paulo. Kala itu Paris Saint-Germain berani mengeluarkan dana yang lebih besar ketimbang United untuk mendaratkan Moura.

Kemudian apa yang menjadi alasan Renato akhirnya lebih memilih FC Bayern ketimbang United?

Bukan terkait masalah finansial atau tetek bengek semacamnya yang membuat Renato kemudian memilih mendarat di Jerman dibandingka ke tanah Inggris. Ada alasan yang menjadi sangat signifikan yang akhirnya membuat Renato memantapkan pilihannya kepada FC Bayern.

Bisa jadi alasan ini juga ada di benak para pembaca. Yang menjadi alasan Renato memilih FC Bayern adalah terkait peluang menjadi juara dan juga kemungkinan untuk berlaga di Eropa.

FC Bayern tentu bukan saja menawarkan kejayaan secara historis saja. Mereka adalah langganan juara Bundesliga. Bahkan yang terbaru mereka berhasil memenangkan kompetisi domestik Jerman tersebut dalam empat musim secara beruntun. Dengan demikian kesempatan untuk tampil di ajang Liga Champions juga menjadi lebih besar. Karena sebagai juara kompetisi domestik mendapatkan jatah langsung lolos ke babak grup kompetisi benua Eropa tersebut.

Dengan segala ‘kelebihan’ yang ditawarkan FC Bayern tentunya Renato juga menggunakan akal sehat ketika mengambil sebuah keputusan. Untuk apa memilih tim yang bahkan untuk hanya sekadar memastikan berlaga di Eropa saja sudah sulitnya minta ampun. Apalagi berbicara soal gelar juara?

Penggemar United boleh saja kesal mengapa buruan tim kesayangan mereka bisa (kembali) disalip oleh kesebelasan lain. Tetapi keadaan internal secara holistik dari sebuah kesebelasan juga menjadi pertimbangan. Maka menjadi sangat wajar ketika akhirnya Renato lebih memilih FC Bayern meskipun pada faktanya United sudah mengamati sejak lama.

Hal serupa terjadi ketika melakukan pendekatan kepada seseorang dalam waktu yang cukup lama. Eh, jadiannya sama orang lain.

foto : skysports.com

Komentar