Paralelisme di Antara Barcelona Era Enrique dan Guardiola

Cerita

by Redaksi 38

Redaksi 38

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Paralelisme di Antara Barcelona Era Enrique dan Guardiola

Tak disangka tak dikira, FC Barcelona di bawah asuhan Luis Enrique Martinez berhasil melaju ke babak final Liga Champions musim ini. Setelah menggulung juara liga musim lalu (2013/2014)  dari berbagai negara, seperti Ajax Amsterdam (Eredevise), Apoel Nicosia (Liga Siprus), PSG (Ligue 1), Manchester City (Premier League) dan Bayern Muenchen (Bundesliga), Lionel Messi dan kawan-kawan akan menantang juara liga lainnya yaitu Juventus dari Serie A, Italia.

Perhelatan final kali ini adalah final kedelapan sepanjang sejarah bagi Barca. Mereka menang empat kali dan sisanya gagal. Final Berlin 2015 terbilang spesial karena merupakan yang keempat dalam satu dekade terakhir untuk Blaugrana. Paris, Roma, dan London menjadi saksi bisu kedigdayaan Barcelona di kancah Eropa dalam sepuluh tahun terakhir.

Bagi Juve dan Barca, final di Berlin kali ini adalah kesempatan mereka untuk meraih treble winners, setelah memenangi dua gelar domestik pada musim ini. Tak heran jika pada akhir pekan nanti, akan tersaji pertarungan kelas wahid nan ketat yang diperagakan kedua kesebelasan.

Di balik semua itu, FC Barcelona yang sebelumnya pernah menggondol treble winners pada musim 2008/2009  lalu, ternyata memiliki kemiripan-kemiripan yang muncul di sepanjang musim ini. Apa saja kemiripan-kemiripan kedua skuat tersebut? Apakah ini tanda-tanda El Barca akan kembali menyabet treble winners?

Awal musim 2008-09 dan 2014-15

Awal musim 2008/2009 menjadi tonggak awal perjalanan Josep Guardiola di era kepelatihan di tim senior. Sebelumnya, ia pernah melatih tim reserve Barcelona yang ia angkat dari kompetisi Tercera (divisi keempat liga Spanyol) menuju kompetisi Segunda B (divisi ketiga Liga Spanyol). Tak lupa juga bahwa Guardiola adalah mantan kapten Barcelona di era 1997 sampai dengan 2001 sebelum ia memutuskan hijrah ke Brescia, Italia.

Sedangkan Luis Enrique, meskipun bukan jebolan akademi La Masia seperti Guardiola, ia adalah salah satu legenda dan kapten Barcelona  dari 2002-2004. Lucho juga memulai karirnya di dunia kepelatihan di tim reserve Barcelona meneruskan tongkat estafet kepelatihan Guardiola dan berhasil mendongkrak dari divisi ketiga menuju divisi kedua liga Spanyol kala itu.

Mantan kapten Blaugrana. Josep Guardiola & Luis Enrique.
Mantan kapten Blaugrana. Josep Guardiola & Luis Enrique.

Kedua pelatih ini, uniknya, sama-sama melakukan pra-musimnya di tanah Britania Raya. Barcelona 2008/2009 berlatih di St. Andrews dan Barcelona musim ini (2014/2015) berlatih di St. George, Inggris. Selain tempat pra-musim yang mempunyai kemiripan, ternyata Juan Carlos Unzue yang kini menjadi asisten pelatih di era Luis Enrique adalah salah satu staf asisten juga di era Guardiola, sebelum akhirnya ia mencoba dunia kepelatihan pada musim 2010-11 dengan mengani kesebelasan Numancia.

Dalam urusan kebijakan transfer, Barcelona era Guardiola melakukan perekrutan pemain yaitu salah satunya Martin Caceres dan Paulo Henrique. Lalu apa hubungannya dengan perekrutan musim ini?  Ya, Martin Caceres adalah pemain Uruguay terakhir yang direkrut oleh Barcelona sebelum Luis Suarez pada awal musim ini. Untuk Henrique, ia adalah pemain bertahan yang kurang familiar dari kesebelasan antah berantah Brazil. Kasus Henrique ini mirip dengan perekrutan Douglas, salah satu pemain bertahan kurang populer yang diboyong dari kesebelasan Brasil juga. Meski agak klise, kedua perekrutan ini bisa menjadi jimat tersendiri bagi Barcelona untuk mengulang treble winners seperti 2008/2009 lalu.

Posisi Lionel Messi dan Kehadiran The Real 9

Dalam awal perjalanan karir Lionel Messi di tim utama, ia kerap kali dipasangkan sebagai winger baik di sisi kanan maupun di sisi kiri (meski jarang) oleh Frank Rijkaard. Kemudian pada era Guardiola, Lionel Messi pada awal 2008/2009 bermain di sisi kanan dengan memanfaatkan kecepatannya dalam menggiring bola dan meliuk-liuk melewati lawan.

Di posisi striker tengah, Samuel Etoo yang menjadi andalan sejak 2004 masih dipercaya oleh Guardiola untuk menjadi the number 9 di skuat tersebut. Meski sempat ada revolusi taktik (pergeseran Lionel Messi ke tengah) saat menghancurkan Madrid (2-6) di Bernabeu 2009 lalu, akan tetapi secara keseluruhan, Lionel Messi beropersi disayap kanan.

Setelah bertahun tahun sukses menjalani posisi false 9, Lionel Messi kembali secara perlahan digeser ke posisi dan habitatnya di sayap kanan. Hal ini dimaksudkan untuk mengakomodir kedatangan Luis Suarez yang memiliki insting yang mematikan di kotak penalti. Meskipun keduanya sering bertukar tempat, tapi Messi lebih dominan berada di kanan ketimbang di tengah.

Serba-Serbi Kemiripan Lain

Saat menggondol treble winner pada 2008/2009, Barcelona berhadapan dengan Athletic Bilbao di final Copa del Rey. Kala itu, Messi dan kolega berhasi mengulung Athletic Bilbao dengan skor 4-1. Kejadian ini terulang pada musim ini ketika Athletic Bilbao menjadi lawan di final Copa del Rey yang berkesudahan dengan skor 3-1. Keduanya sama-sama kebobolan satu gol oleh Athletic Bilbao di partai final Copa del Rey.

Lyon (Prancis), Bayern Munchen (Jerman) dan Chelsea (Inggris) adalah lawan-lawan yang dihadapi Barcelona pada 2008/2009 di fase gugur. Kali ini, meski dengan kesebelasan yang berbeda, tapi Barcelona juga menjungkalkan kesebelasan dari negara yang sama dalam perjalanannya menuju partai final.

Saat Barcelona mengangkat trofi si kuping besar ketiganya di Roma, Italia pada 2009 lalu, mereka meraihnya di stadion yang bernama Olimpico. Kini, di kota Berlin, Barcelona 2015 yang mengincar trofi kelimanya akan bertarung melawan Juventus di stadion yang –bisa dibilang- identik dari segi nama dan bentuk yaitu Olympia Stadium, Jerman. Urutan trofi yang diincar juga dalam urutan ganjil, yaitu ketiga dan kelima.

Mana yang Olymipastadion sama yang Estadio Olimpico hayoooo?
Mana yang Olymipastadion sama yang Estadio Olimpico hayoooo?

Terakhir, meski tak ada sangkut pautnya dengan Barcelona dan Liga Champions, secara kebetulan di musim yang sama saat Barcelona meraih treble 2008-09, Shakhtar Donetks (Ukraina) berhasil melenggang ke final Europa League saat itu. Dan kini, FC Dnipro (yang juga dari Ukraina) berhasil melaju ke final Europa League musim ini. Sebagai catatan, Shahtar adalah tim Ukraina terakhir yang ke final Europa League sebelum akhirnya FC Dnipro melaju pada tahun ini.

Penutup

Percaya atau tidak namun begitulah faktanya. Pengulangan-pengulangan serta kemiripan yang terjadi saat ini dan beberapa tahun lalu memang sebagian ada yang terkesan dipaksakan. Namun, pada akhirnya permainan, mental serta sedikit keberuntungan yang mungkin akan menentukan di akhir pekan nanti.

Sumber gambar: https://fcbtransfers.blogspot.com/

Komentar