Skandal Pengaturan Skor Menghantui Piala Dunia 2014

Berita

by redaksi

Skandal Pengaturan Skor Menghantui Piala Dunia 2014

Pengaturan Skor Pada Piala Dunia 2010

Pada 29 April 2010, kantor federasi sepakbola Afsel menerima sebuah surat yang berisi penawaran penyediaan wasit untuk pertandingan Piala Dunia 2010, termasuk biaya perjalanan dan akomodasi selama kompetisi itu bergulir. Surat tersebut ditandatangani Wilson Raj Perumal yang merupakan CEO Football 4U International yang berbasis di Singapura.

Tawaran tersebut terdengar aneh bagi Steve Goddard, Ketua Komite Wasit Afrika Selatan. Karena berdasarkan aturan FIFA, regulasi terkait wasit hanya dilakukan oleh federasi sepakbola, bukan ‘pihak luar’ seperti Football 4U.

Beberapa hari setelah menerima surat tersebut, seseorang bernama Mohammad mendatangi kantor federasi dan menawarkan uang suap sebesar $3.500. Mohammad mengaku telah mendapatkan kesepakatan atas tawaran ini. Goddard tentu menolaknya dan mempertanyakan pernyataan tersebut.

Ternyata tanpa sepengetahuan Goddard, pejabat eksekutif Afsel telah menyetujui perjanjian tersebut. Dua kontrak telah disetujui Leslie Sedibe, Ketua Eksekutif Federasi Sepakbola Afsel.  Kontrak tersebut menyatakan Football 4U mendapatkan ijin menunjuk lima wasit untuk pertandingan persahabatan Afsel.

Ketika FIFA memintai keterangannya, Sedibe mengakui hal tersebut. Akan tetapi Sedibe merasa tertipu oleh pihak Football 4U yang mengaku bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang bekerja sama dengan FIFA.

Sepakbola menjadi daya tarik tersendiri bagi bandar judi untuk melakukan pengaturan skor. Hasil dari keuntungannya terbilang berskala besar dan sangat berkembang khususnya di Asia. Pasar taruhan di Asia dikabarkan memiliki keuntungan ratusan miliar dolar per tahun.

Pengaturan skor dalam sepakbola jelas menjadi lahan bisnis yang menggiurkan bagi bandar judi. Karena dalam sepakbola, banyak pihak yang bisa terlibat dalam skandal ini, seperti wasit, pemain, bahkan ofisial tim. Dan jika mereka melakukan perannya dengan baik, maka pertandingan hasil match fixing akan sangat sulit untuk terdeteksi.

Semoga FIFA bisa dengan segera mengusut tuntas dan menyelesaikan kasus ini. Agar pertandingan sepakbola yang kita saksikan hanya menyajikan pertarungan dua tim dalam meraih kemenangan, bukan sebuah olahraga dengan skenario rekaan semata.

foto: blogs.qub.ac.uk

[ar]

Komentar