Piala Dunia U-17: Nigeria Juara (Lagi), Argentina Terburuk

Berita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Piala Dunia U-17: Nigeria Juara (Lagi), Argentina Terburuk

Gelaran Piala Dunia U-17 telah berakhir. Nigeria, seperti yang sebelumnya sudah diprediksi, kembali kampiun. Di babak final, kesebelasan berjuluk Golden Eaglets tersebut sukses menaklukkan kesebelasan asal Afrika lainnya, Mali, dengan skor 2-0.

Pada partai puncak, Victor Osimhen kembali menjadi momok bagi lini pertahanan lawan. Penyerang yang pernah menjajakan minuman sachet tersebut mencetak gol pembuka pada menit ke-56. Torehan golnya praktis mencapai 10 gol yang merupakan terbanyak sepanjang sejarah Piala Dunia U-17, mengalahkan rekor gol Florent Sinama-Pongolle.

Gol Funsho Bamgboye pada menit ke-59 membuat Mali semakin tak kuasa menghadang Nigeria. Skor 2-0 menjadi skor akhir dan Nigeria untuk kelima kalinya, terbanyak dalam sejarah, mengangkat trofi juara kompetisi yang pertama kali dihelat pada 1985 ini. Keberhasilan kapten Nigeria, Kelechi Nwakali, menjadi pemain terbaik pun semakin melengkapi pencapaian Nigeria pada Piala Dunia U-17 edisi ke-16 ini.

Mali dan Nigeria menjadi dua negara asal Afrika yang berhasil lolos dari babak grup. Sementara di fase gugur, kedua kesebelasan mampu mengalahkan lawan-lawannya hingga mencapai babak final. Mali mengalahkan Korea Utara, Kroasia, dan Belgia. Sementara Nigeria mengalahkan Australia, Brasil, Meksiko, sebelum menumbangkan Mali pada partai puncak.

Namun meski kalah dan harus puas menempati peringkat dua, Mali berhasil mencatatkan prestasi pribadi. Sebelumnya, prestasi terbaik Mali hanya mencapai babak perempat final di mana itu terjadi sekitar 14 tahun yang lalu.

Kesebelasan dari negara Eropa pun lagi-lagi hanya mampu tertahan di peringkat ketiga pada kompetisi kali ini. Belgia, yang timnas seniornya baru saja menempati peringkat 1 FIFA, berhasil mengalahkan Meksiko pada perebutan tempat ketiga.

Pada dua edisi sebelumnya, Swedia dan Jerman menjadi kesebelasan Eropa terbaik dengan menempati peringkat ketiga. Swedia mengalahkan Argentina pada 2013, sementara Jerman menumbangkan Brasil (2011). Swiss menjadi negara Eropa terakhir yang meraih juara Piala Dunia U-17 (2009), saat itu dihuni oleh Granit Xhaka, Ricardo Rodriguez, Haris Seferovic, Nassim Ben Khalifa, dan pemain yang kini bermain untuk timnas Thailand, Charyl Chapuis.

Sementara itu, Brasil yang sering disebut-sebut sebagai negara penghasil talenta muda berbakat kembali gagal berprestasi pada turnamen kali ini. Pada kesempatan ke-15 nya ini, Brasil hanya puas melangkah hingga babak perempat final, dikalahkan sang juara Nigeria.

Terakhir kali Brasil U-17 mencapai babak final terjadi 10 tahun yang lalu, dikalahkan Meksiko yang meriah gelar juara pertamanya. Sementara Brasil terakhir juara terjadi pada 2003, di mana saat itu mengalahkan Spanyol untuk meraih gelar juara untuk ketiga kalinya.

Sementara itu, kesebelasan asal benua Amerika Selatan lainnya, Argentina, tampil sangat mengecewakan, bahkan bisa dibilang menampilkan performa terburuk. Skuat besutan Miguel Angel Lemme ini tersingkir sejak fase grup dengan menderita tiga kekalahan dari tiga laga.

Argentina semakin menunjukkan bahwa kualitas talenta muda mereka belum teruji pada kelompok usia 17 tahun. Meski hanya tiga kali absen dari perhelatan Piala Dunia U-17, pencapaian terbaik mereka hanya mencapai peringkat ketiga, sebanyak tiga kali.

Piala Dunia U-17 berikutnya akan dihelat di India pada 2017 nanti. Jika India nantinya berhasil berada di peringkat empat teratas, maka Asia bisa menyertakan lima wakilnya pada Piala Dunia U-17 berikutnya. Meskipun begitu, Indonesia dipastikan tidak akan berpartisipasi karena babak kualifikasi Asia U-16 dilakukan pada 2 hingga 20 September 2015 lalu, dan Indonesia masih dihukum FIFA.

foto: africansportlight.com

Komentar