Talenta Itu Bernama Gabriel Martinelli

Analisis

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Talenta Itu Bernama Gabriel Martinelli

“Saya akan bermain di Eropa,” ungkap bocah berusia 14 tahun ke semua orang yang mendengarkan. Postur kecil tidak membuat Gabriel Martinelli takut untuk bermimpi besar. Meski kala itu ia baru bergabung dengan Ituano FC, tim divisi empat dalam piramida liga Brazil. Empat tahun berselang, ia mampu menorehkan 10 gol untuk Arsenal di semua kompetisi dan musim belum berakhir.

Seperti kebanyakan pemain Brazil, pengalaman Martinelli mulai ditempa di futsal jalanan. Pada usia 10 tahun, ia bergabung dengan akademi Corinthians di mana ia menimba ilmu sepakbola lebih dalam. Klub besar seperti Corinthians seakan memiliki gravitasi tinggi bagi pemain muda berbakat di Brazil. Pemain muda yang berpotensi di level regional akan ditawari fasilitas latihan yang modern, pelatih yang kompeten, dan peluang yang lebih besar untuk mencapai level tertinggi.

Sangat disayangkan Martinelli tidak dapat melanjutkan karirnya di Corinthians karena ayahnya, Joao Martinelli, pensiun dan pindah ke kota kecil bernama Itu (iya, nama kotanya bener "Itu"). Martinelli akhirnya mengikuti uji coba dengan Ituano dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk bersinar.

VIDEO: Gabriel Martinelli calon bintang masa depan



“Dia membuat impresi awal yang sangat bagus. Dia setahun lebih muda dan jauh lebih kecil dari anak lain jadi kami tidak memainkan dia di tiap pertandingan. Tapi dia selalu masuk dan mencetak gol, ketika dia bermain dari awal, dia bermain baik. Dia adalah anak dengan kemampuan teknik yang luar biasa, dan gairah besar untuk berlatih,” ujar Luiz Antonio, pelatih Martinelli pada jenjang usia U15, U17, dan U20.

Antonio juga mengatakan bahwa Martinelli sangat ambisius. Ia benar-benar mendorong dirinya untuk sukses. Martinelli akan kecewa jika ia melewatkan sesi latihan. Tak hanya di lapangan, Martinelli juga memperlihatkan kesungguhannya di luar lapangan. “Dia tidur cepat, tidak pergi (malam-malam), tidak minum (alkohol), dan memiliki pacar,” ucap Marcos Casseb, agen Martinelli.

Menjadi bintang di Ituano membuat ia diundang untuk menjalani uji coba bersama Manchester United pada tahun 2015 dan 2017. Satu langkah lebih dekat ke sepakbola Eropa. Namun, jalan terjal harus dihadapi Martinelli karena Manchester United tidak teryakinkan untuk mengontrak pemain 176 cm itu, ia akhirnya kembali ke Ituano.

Martinelli menjalani debut di tim utama Ituano pada Maret 2018 sebelum kembali ke tim U20 dan bersinar pada turnamen Copinha, festival sepakbola Brazil untuk bakat-bakat yang muncul. Awal 2019, Martinelli sukses meyakinkan Vinicius Bergantin untuk bermain di tim utama.

“Dia memiliki kualitas di sepertiga akhir lapangan, entah itu memberi asis atau mencetak gol, dia juga membantu tim untuk menutup ruang ketika kami kehilangan bola. Dia tidak seperti pemain 17 tahun. Dia mengambil keputusan yang biasa diambil oleh pemain 27 tahun,” puji Bergantin.

Mimpi Martinelli terwujud setelah Arsenal menebus Martinelli seharga 6,7 juta euro. Ia menjalani debut di Premier League pada kemenangan 1-0 atas Newcastle, bermain sebagai pengganti di menit ke-84. Melihat bakat yang dimiliki Martinelli, Unai Emery memainkan Martinelli pada kompetisi Europa League dan Carabao Cup. Ia sukses mengembalikan kepercayaan Emery dengan raihan tujuh gol dan tiga asis pada dua kompetisi tersebut.

Freddie Ljungberg mulai memberikan kesempatan kepada Martinelli dan Mikel Arteta meneruskannya. Martinelli sukses mencetak dua gol pada dua laga terakhir Arsenal menghadapi Sheffield United dan Chelsea. Namanya makin menggema setelah ia membawa bola dari ujung kotak penalti Arsenal ke kotak penalti Chelsea sebelum menjebol gawang Kepa Arrizabalaga dengan tenang.

Memang faktor besar terjadinya gol tersebut adalah N’golo Kante yang terpeleset dan membuat Martinelli berhadapan satu lawan satu menghadapi Kepa. Namun lari sejauh 55 meter dengan kecepatan konstan dan diakhiri penyelesaian akhir yang baik bukanlah perkara mudah. Arteta memberi pernyataan menarik soal gol Martinelli. “Saya ingin mengganti dia beberapa kali karena dia terlihat kelelahan dan sempat kram, lalu menit berikutnya ia berlari 60 yard.”

Pujian tak henti menghampiri Martinelli sejak ia gabung Arsenal. Pelatih Brazil, Tite, percaya bahwa Martinelli akan bermain untuk Brazil di Piala Dunia. Pierre-Emerick Aubameyang mengatakan bahwa Martinelli akan menjadi bintang bukan karena gol, namun energi dan sikap yang luar biasa. Hector Bellerin mengaku tidak sering melihat talenta sehebat itu di usia 18 tahun. Jurgen Klopp bahkan melabeli Martinelli sebagai talenta abad ini.

Martinelli merupakan pemain yang versatile. Ia dapat bermain sebagai striker, sayap kiri maupun kanan. Kemampuan teknik yang baik membuat ia akan berbahaya di posisi manapun. Positioning dan penyelesaian akhir yang bagus juga membuat ia tak dapat dibiarkan begitu saja ketika memasuki sepertiga lapangan akhir. Martinelli sukses mencetak 10 gol dalam 21 pertandingan dengan rataan 112 menit per gol. Ia juga memiliki kecepatan di atas rata-rata yang mampu merepotkan pertahanan lawan.

Kemampuan teknikal, taktikal, dan fisikal Martinelli juga ditopang dengan aspek mental yang luar biasa. Martinelli memiliki rasa lapar yang sangat besar untuk sukses dan karakter yang luar biasa. Martinelli tidak kenal lelah dalam melakukan tekanan terhadap lawan. Ia bahkan tidak ragu untuk meneriaki Mesut Ozil agar ikut menekan John Lundstram kala Arsenal menghadapi Sheffield United. Patut diingat bahwa Ozil merupakan pemain yang tergolong malas menekan lawan dan mereka terpaut 13 tahun dengan prestasi yang jauh lebih mentereng Ozil.

Masih terlalu dini untuk memberi jaminan bahwa Martinelli akan menjadi pemain top di kemudian hari. Torehan gol dan asis masih didominasi dari kompetisi yang kurang bergengsi. Tidak sedikit pula pemain muda Arsenal yang digadang-gadang akan hebat namun akhirnya melempem. Sebut saja Jay Simpson, Jeff Reine-Adelaide, dan Ryo Miyaichi. Ekspektasi terlalu besar bisa membuat pemain muda tertekan dan gagal menampilkan performa terbaik.

Hanya waktu yang bisa menjawab apakah Martinelli mampu mencapai potensi terbaik dengan berbagai tantangan dan tekanan yang akan dihadapi. Tapi Martinelli terbukti memiliki keinginan yang besar untuk sukses. Perlahan ia telah membuktikan performa hebat di level Premier League untuk Arsenal. Pertanyaannya mungkin bukan apa yang bisa Martinelli lakukan untuk Arsenal, tapi apa yang Arsenal bisa lakukan untuk Martinelli.

Komentar