Manchester City vs Liverpool: Duel Sayap dan Adu Cepat Serangan Balik

Analisis

by Aulia Taqiaturrahmah

Aulia Taqiaturrahmah

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Manchester City vs Liverpool: Duel Sayap dan Adu Cepat Serangan Balik

Pertandingan Liga Primer Inggris 2023/24 antara Manchester City VS Liverpool berakhir dengan berbagi poin 1-1 di Stadion Etihad, Sabtu (25/11). Tuan rumah unggul lebih dulu berkat gol Erling Haaland pada menit ke-27.

Golnya berawal dari kesalahan umpan lambung kiper Liverpool, Alisson Becker, yang mendarat di kaki Nathan Ake. Sementara gol balasan Liverpool dicetak Trent Alexander-Arnold yang mengonversi sontekan Mohamed Salah pada menit ke-80.

Asimetri Formasi Manchester City

Sejak sepak mula, tampak kedua tim berupaya mencuri serangan balik. Keduanya menerapkan blok medium, yaitu meninggikan garis pertahanan dan mencegah umpan terobosan lawan membelah formasi mereka. Kerapatan dijaga sedemikian rupa agar jarak antarlini tidak terlampau jauh.

Line up Manchester City vs Liverpool (sumber: Sofascore).

Manajer Man City, Josep ‘Pep’ Guardiola, masih mengandalkan rotasi formasi. Kali ini dia memberi lisensi ketiga beknya bermain lebih cair sehingga rotasi juga sering terjadi di sepertiga wilayah sendiri.

City berupaya mengacaukan formasi tim tamu, dengan memancing pemain-pemain Liverpool meninggalkan posisinya. Namun City sangat berhati-hati memutuskan momentum yang tepat untuk mengeksploitasi ruang terbuka.

Di sisi lain, pasukan Jurgen Klopp sangat disiplin melakukan penjagaan pemain lawan. Selain rapat secara vertikal, Virgil van Dijk dan kawan-kawan juga relatif lebih merapat secara horizontal. Jarak yang lebih dekat memudahkan mereka trackback, yaitu mundur saat perlu memperbaiki formasi pertahanan.

The Citizens meresponnya dengan kelebaran yang menarik permainan ke pinggir lapangan. Mereka menitikberatkan outlet progresi di sektor sayap sebelah kiri, menempatkan Bernardo Silva ikut melebar dan menciptakan situasi menang jumlah bersama Jeremy Doku. Tujuannya adalah menggempur Alexander-Arnold di sisi yang sama.

Serangan dari sayap sebenarnya tidak hanya mengandalkan Bernardo dan Doku. Selain untuk melewati Alexander-Arnold yang terkadang tidak nyaman ditekan, strategi ini menarik Dominik Szoboszlai dan Alexis Mac Allister ikut menepi, sehingga Manuel Akanji atau Rodri dapat mengeksploitasi lini kedua yang kosong.

Agar sukses membangun serangan, The Citizens harus berpacu mengalahkan kecepatan Liverpool melakukan cover. Permainan yang memang berat di kiri semakin asimetri karena Guardiola memindahkan formasi gelandangnya yang revolusioner itu ikut merapat–yang dalam laga ini tidak lagi tampak seperti kotak akibat rotasi yang intens dilakukan. Tujuannya, sekali lagi, untuk memenangkan jumlah di ruang yang tersedia.

Anak asuh Pep Guardiola yang selalu menemukan cara mendominasi penguasaan bola, mencatatkan lebih banyak peluang, yaitu 16 tembakan dan 5 di antaranya tepat sasaran. Persentase akurasi tembakan yang sedikit disebabkan formasi rest defense The Reds, atau pemosisian siap bertahan saat fase menyerang, telah siaga trackback menutup ruang tembak. Berkali-kali serangan City dipatahkan meskipun sudah sangat mengancam, sehingga peluang tuan rumah banyak tercipta dari luar kotak penalti.

Gol yang menjebol gawang Alisson pun bukan semata-mata akibat kesalahan kiper Brazil itu. Resistensi terhadap tekanan ditambah bek-bek City yang dengan fasih berkontribusi bangun serangan mengakselerasi progresi mereka. Adu kecepatan yang akhirnya dapat dimenangkan di sektor halfspace, segera menghukum kelengahan Liverpool yang tidak siap menghadapi turn over tiba-tiba, yaitu kehilangan penguasaan bola setelah ada aksi defensif dari lawan, pada konteks ini berupa intersep Ake atas umpan lambung Alisson. Apalagi Haaland sudah mengisi celah antara dua bek tengah yang juga tidak siap. Alhasil sentuhan pertama punggawa timnas Norwegia itu langsung mencatatkan namanya di papan skor.

Tekanan dan Pertahanan Liverpool

Jika City agresif melakukan tekanan sejak bola masih di kotak penalti lawan, Liverpool hanya melakukan hal serupa apabila jarak lini tengahnya relatif dekat. The Reds lebih fokus menerapkan man to man marking atau menjaga orang ke orang dalam area permainan yang sempit. Meskipun Kyle Walker di sisi kiri mereka dan Doku di sisi kanan berupaya meregangkan jarak antarpemain, Mo Salah dan kawan-kawan hanya meladeni sesekali.

Liverpool melancarkan tekanannya sebagai unit dan melakukannya berlapis lini per lini. Lini depan dan lini tengah menghalangi progresi umpan dari sektor tengah, sehingga bola bergulir ke sisi lapangan. Tumpuan serang Liverpool adalah Salah di sisi kanan, sisi yang sama seperti asimetri formasi sang tuan rumah. Dengan permainan yang rapat, Liverpool berupaya selalu memiliki koneksi agar bisa pindah sisi serang dengan cepat.

Jarak sempit antarlini juga membuat klub asal Merseyside itu bermain lebih berani di sepertiga awal, bahkan di dalam kotak penalti. Mereka sengaja memancing tekanan City, sebelum mengumpan bola ke depan. Keberadaan Mac Allister memudahkan Liverpool menjelajah area tengah lapangan, lalu menginstruksikan Alexander-Arnold dan Joel Matip ikut maju ketika bangun serangan. Skema fullback yang merapat ke tengah (inverted) ditambah Matip, mengimbangi pemain City yang ingin menang jumlah.

Meskipun diserang berulang kali, lama-kelamaan Alexander-Arnold dapat mengatasi tekanan. Pada laga ini, terlihat bahwa kemampuannya bertahan ada peningkatan ketika dia beberapa kali berhasil menekel lawan. Dengan jarak rekannya yang tidak terlalu jauh, pemain yang membela timnas Inggris itu juga mendapat cover sebagai antisipasi dia dilewati. Sentuhan pertama dan kontrol bola yang baik menjadikan Alexander-Arnold pemain kunci yang berkali-kali menyuplai tendangan ke gawang Ederson, hingga akhirnya dapat menyamakan kedudukan.

Sayangnya blok medium yang rigid dari formasi Liverpool mengorbankan peluang mereka untuk menyerang. The Reds hanya mencatatkan 8 kali kesempatan, 3 di antaranya tepat sasaran. Namun keuntungan dari jarak antarpemain yang sempit adalah mereka lebih leluasa memblokade tembakan The Citizens. Beberapa peluang emas City bahkan dapat digagalkan. Meskipun ada kesalahan Alisson justru berbalik mengancam gawang sendiri saat City memperoleh kesempatan turn over.

Selain itu, pertahanan yang cenderung merapat di dalam kotak penalti membuka ruang tembak dari lini kedua. Terbukti kesempatan itu beberapa kali dimanfaatkan City dan salah satunya berbuah gol.


Manchester City dan Liverpool akhirnya merelakan posisi puncak klasemen kepada Arsenal, pada Sabtu (25/11). Belum lagi ada Tottenham Hotspurs atau Aston Villa–yang akan bertemu nanti malam–masih berpeluang menyamakan perolehan poin dengan dua klub yang baru lengser itu. Kini perburuan gelar semakin terbuka lebar.

Komentar