Manchester City Kehilangan Variasi Serangan

Taktik

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Manchester City Kehilangan Variasi Serangan

Publik Anfield menjadi saksi kekalahan pertama Manchester City di Liga Inggris musim 2022/2023. Gol tunggal dari Mohamed Salah membawa Liverpool memastikan tiga poin dan membawa mereka naik ke peringkat delapan. Hasil ini memperbesar jarak antara City dengan puncak klasemen hingga terpaut empat poin.

Jurgen Klopp tidak menerapkan skema baru yang sedang ia rintis. Tapi, ia menurunkan komposisi pemain yang belum pernah dilakukan musim ini. Joe Gomez mendampingi Virgil Van Dijk sebagai bek tengah sementara James Milner mengisi posisi bek kanan yang ditinggalkan Trent Alexander-Arnold. Mohamed Salah tidak dipasang sebagai sayap melainkan bermain di belakang Roberto Firmino sebagai penyerang bayangan.

Di kubu seberang, Josep ‘Pep’ Guardiola tidak melakukan banyak perubahan. Hanya Nathan Ake yang digeser ke posisi bek kiri karena Cancelo bermain sebagai bek kanan akibat absennya Kyle Walker. Rodri dan Ilkay Gundogan bermain bersama tapi tidak sebagai double pivot. Gundogan mendampingi Kevin De Bruyne sebagai kreator utama dengan mengandalkan kreativitas untuk menciptakan peluang.

Gambar 1 - Susunan Sebelas Pertama Liverpool dan Manchester City

sumber : SofaScore

Secara mengejutkan Van Dijk dkk berhasil meredam lini serang City yang sangat produktif. Pertandingan ini adalah kali pertama The Citizens gagal mencetak gol dengan komposisi pemain yang relatif sama. Bahkan, tim tamu hanya mencatatkan angka harapan gol (expected Goals/xG) sebesar 0,98 saja. Hal ini membuktikan bahwa Man. City tidak banyak mendapatkan kesempatan mengancam gawang Alisson.

Apa yang menyebabkan Haaland dkk begitu sulit membongkar pertahanan The Reds ?

Arah Serangan yang Monoton

Sejak Liga Inggris musim 2022/2023 bergulir, Man. CIty memegang predikat sebagai tim dengan lini serang paling berbahaya. Mereka tercatat telah mengemas 33 gol (terbanyak dari semua tim) dari angka harapan gol (xG) 21,74. Artinya gol yang diperoleh berada di atas ekspektasi. Hal ini menunjukan bahwa City memiliki efektivitas yang tinggi dan piawai dalam membongkar pertahanan lawan hingga mendapat banyak kesempatan menembak.

Maka tidak heran jika Pep Guardiola tetap mempertahankan komposisi lini tengah dan depan, termasuk kala bertamu ke Anfield. De Bruyne, Gundogan, dan Bernardo tetap menjadi andalan untuk mengurai pertahanan Liverpool yang dikawal Van Dijk. Belum lagi hadirnya Foden menambah eksplosivitas di sisi sayap dan Erling Haaland sebagai ujung tombak dengan catatan tiga hat-trick nya. Komposisi pemain ini masih diharapkan untuk mampu membongkar pertahanan Liverpool yang tidak diperkuat oleh Joel Matip, Ibrahima Konate, dan Alexander-Arnold.

Tetapi, harapan tersebut justru tidak terwujud dalam laga penting ini. Punggawa The Citizens hanya berhasil melepaskan enam tembakan ke gawang yang mampu dimentahkan oleh Alisson. Anak asuh Pep Guardiola hanya 36 kali menyentuh bola di dalam kotak penalti lawan. Catatan ini merupakan perolehan terburuk dalam 3 laga terakhir. Salah satu sebab utamanya adalah arah serangan yang cenderung monoton.

Gambar 2 - Heatmap Sentuhan Man. City Saat Melawan Manchester United (kiri), Southampton (tengah), dan Liverpool (kanan)

Berdasarkan ilustrasi di atas terlihat jelas bahwa biasanya, arah serangan Man. City terdistribusi merata dari segala sisi. Mereka bisa menciptakan peluang dari kiri, tengah, maupun kanan. Tidak hanya itu, City tidak hanya mengeksploitasi area flank, tetapi juga area half space. De Bruyne, Bernardo, Foden, dan Cancelo sangat aktif mengirim umpan kunci dengan melepas umpan silang, umpan terobosan, atau kombinasi bola-bola pendek.



Tentu ada potensi bahwa Pep menginstruksikan untuk lebih banyak eksploitasi di sisi kanan pertahanan Liverpool. Ia mungkin melihat absennya Arnold akan menjadi titik lemah sehingga ia tidak ragu untuk memberikan instruksi tersebut. Namun, Milner yang mengawal posisi tersebut bermain cukup baik dengan catatan enam ball recoveries, empat tackles, empat clearances, dan satu block.

Kehadiran Fabinho

Pasca perubahan skema yang sedang dirintis oleh Klopp, Fabinho belum pernah menjadi pilihan utama. Terakhir kali ia turun sebagai sebelas pertama adalah ketika Liverpool menjamu Brighton and Hove Albion (1/10). Pada pertandingan tersebut, Fabinho bermain sebagai gelandang bertahan tunggal. Laga berakhir dengan skor 3-3 dihiasi dengan hat-trick dari Leandro Trossard.

Tanpa Fabinho, Liverpool menderita 17 tembakan dalam dua pertandingan yang 16 di antaranya dilepaskan dari dalam kotak penalti. Hal ini menunjukan bahwa lawan cukup mudah masuk ke dalam kotak penalti The Reds.

Pada pertandingan ini, Fabinho kembali menjadi pilihan utama. Ia bermain sebagai holding midfielder di samping Thiago Alcantara. Keputusan ini menunjukan bahwa Klopp berharap kehadiran Fabinho akan memberikan keseimbangan di lini tengah terutama dalam situasi off-posession.

Kehadiran Fabinho memberikan kenyamanan kepada Thiago untuk fokus pada sirkulasi dan progresi bola. Fabinho juga banyak terlibat untuk membantu sisi kanan yang banyak dieksploitasi lawan agar City gagal menciptakan situasi wide overload. Hingga akhir laga, Fabinho sukses mencatatkan empat tackles, dua intercept, dan 3 ball recoveries.

Komentar