Menanti Sengitnya Pertarungan di Lini Tengah

Taktik

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Menanti Sengitnya Pertarungan di Lini Tengah

Setelah kalah dari Jepang, Jerman harus melakoni laga berat melawan Spanyol di Al Bayt Stadium hari Senin (28/11) pukul 02.00 WIB. Pertandingan antara dua raksasa Eropa tersebut akan dipimpin oleh wasit asal Belanda, Danny Desmond Makkelie.

Enam pertemuan terakhir, La Furia Roja meraih tiga kemenangan dan hanya menelan satu kali kekalahan. Bahkan, pada pertemuan terakhir mereka pada tahun 2020 berhasil menang telak enam gol tanpa balas dari Die Mannschaft. Oleh karena itu, Spanyol sedikit diunggulkan pada laga ini terlebih mereka berhasil meraih kemenangan pada laga pertama melawan Kosta Rika.

Spanyol menduduki puncak klasemen sementara Grup E dengan raihan tiga poin dengan selisih tujuh gol. Sang lawan justru sedang tertatih-tatih untuk dapat lolos dari fase grup. Jerman duduk di peringkat ketiga tertinggal tiga poin dari Jepang yang duduk di peringkat kedua. Maka dari itu, Jerman wajib memenangkan pertandingan ini.

Kedua tim tidak memiliki masalah berat soal kebugaran pemain. Jose Enrique bisa memainkan siapapun dari skuadnya. Sementara Hans-Dieter Flick punya sedikit masalah dengan kebugaran pemain sayap andalan, Leroy Sane. Pemain Bayern Munich tersebut tidak bermain pada pertandingan pertama. Kemungkinan besar ia tidak masuk dalam susunan sebelas pertama tapi masih memiliki kesempatan tampil dari bangku cadangan.

Gambar 1 - Potensi Sebelas Pertama Spanyol dan Jeman

Kemungkinan besar Enrique tidak mengubah The Winning Team. Tapi lain halnya dengan Flick yang perlu melakukan beberapa penyesuaian. Saat melawan Jepang, lini belakang Jerman bermain tidak simetris dengan dua bek sayap yang memiliki tipe berbeda. David Raum lebih sering membantu serangan sementara Niklas Sule yang berkarakter bek tengah. Komposisi ini berhasil dimanfaatkan Samurai Biru dengan memanfaatkan kecepatan pemain. Pada pertandingan ini, Flick kemungkinan memasang Kehrer agar lini belakang lebih simetris untuk mengantisipasi kecepatan yang dimiliki El Matador dan menghindari kesalahan pada pertandingan pertama.

Keputusan Enrique menggeser Rodri dari gelandang bertahan menjadi bek tengah mengindikasikan bahwa ia ingin membangun serangan dari lini belakang. Rodri yang terbiasa mendistribusi bola sangat cocok mengemban tugas sebagai ball playing defender. Dari segi bertahan, ia memiliki insting dan fisik yang cukup memadai untuk memenangi duel. Selain itu, tandemnya adalah Aymeric Laporte yang merupakan rekannya di Manchester City. Maka tidak heran jika Kosta Rika tidak mampu melepaskan satu tembakan pun pada pertandingan pertama.

Laga ini sangat menarik untuk disaksikan. Jerman yang wajib menang berpotensi lebih banyak mengambil inisiatif serangan. Tapi, Spanyol juga ingin segera memastikan tempatnya di babak 16 besar agar di pertandingan ketiga bisa mengistirahatkan pemain-pemain kuncinya.

Pertarungan Lini Tengah

Mengingat pentingnya laga ini bagi kedua tim, besar kemungkinan keduanya berusaha menguasai bola. Terlebih mereka memiliki skuad yang diisi oleh gelandang dengan kemampuan penguasaan bola di atas rata-rata. Jika bercermin pada pertandingan sebelumnya, Spanyol berhasil mendominasi 82 persen penguasaan bola sementara Jerman 74 persen.

Agar dapat mendominasi bola, peran terbesar diemban oleh lini tengah. Keduanya menggunakan tiga gelandang. Bedanya, Enrique memasang single pivot sementara Flick menggunakan double pivot. Tapi perlu diingat bahwa kehadiran Rodrigo dapat mengurangi beban pivot Spanyol karena ia memiliki kapabilitas distribusi bola yang setara dengan seorang pivot. Catatan tersebut menunjukan bahwa kekuatan lini tengah kedua tim cukup seimbang.

Dari segi kreativitas, Spanyol sedikit lebih unggul dengan kehadiran Pedri dan Gavi yang terbiasa memerankan tugas tersebut di Barcelona. Pada pertandingan sebelumnya, Spanyol berhasil menciptakan 17 peluang yang berhasil dikonversi menjadi tujuh gol. Catatan ini tidak lepas dari peran dua pemain muda tersebut. Selain itu, sebagai debutan dan usia yang masih muda mereka memiliki determinasi dan motivasi lebih tinggi. Hal ini sangat berguna disamping visi dan kreativitas yang terus berkembang.

Dari segi pengalaman, tiga gelandang Jerman lebih unggul. Jika Muller, Gundogan, dan Kimmich bermain bersama, keunggulan tersebut semakin kuat. Mengingat Muller termasuk ke dalam skuad Jerman yang memenangi Piala Dunia tahun 2014. Jika Flick ingin sedikit perubahan, ia bisa memainkan Leon Goretzka menggantikan Gundogan atau menggeser Musiala sebagai gelandang serang. Konsekuensinya aspek mental dari pemain senior sedikit berkurang.

Bercermin dari uraian di atas, menarik untuk menyaksikan siapa yang memenangkan pertarungan di lini tengah.

Adaptasi Pelatih di Tengah Pertandingan

Flick dan Enrique merupakan pelatih debutan di Piala Dunia 2022. Flick mengemban tugas menukangi Die Mannschaft setelah Joachim Loew dipecat pasca hasil buruk di EURO 2020. Sementara Enrique, baru menjabat pasca Piala Dunia 2018 menggantikan Fernando Hierro. Keduanya tidak mendapatkan hasil maksimal di EURO tahun lalu sehingga kemungkinan besar mereka memiliki ambisi besar di Qatar.

Berkaca pada fakta di atas, menarik untuk ditunggu bagaimana kecendurungan dua pelatih debutan tersebut ketika menemukan masalah di tengah pertandingan. Jika rencana yang mereka susun tidak berjalan baik, bagaimana cara adapatasinya? Hal ini akan membuat pertandingan semakin menarik.

Contoh terbaiknya adalah ketika Jepang tertinggal satu gol dari Jerman pada babak pertama. Hajime Moriyasu menemukan solusi ampuh yang ia terapkan di awal babak kedua dengan mengubah struktur di lini belakang. Pertandingan berjalan sangat menarik dan hasil pertandingan berbanding terbalik. Proses ini yang harapannya muncul pada pertandingan nanti.

Komentar