Tinjauan Thailand vs Indonesia: Gagal Beradaptasi

Analisis

by Redaksi2022

Redaksi2022

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Tinjauan Thailand vs Indonesia: Gagal Beradaptasi

Perjalanan Tim Nasional (Timnas) Indonesia di SEA Games 2021 berakhir. Indonesia kalah dari Thailand dengan skor 1-0 dalam babak semifinal di Stadion Thien Truong, Kamis (19/5).

Kemenangan Thailand diraih berkat Weerathep Pomphan. Tembakannya menghujam jala gawang Ernando Ari di menit ke-95 babak tambahan. Gol tunggal itu bertahan hingga peluit panjang dan memupus harapan Garuda Muda meraih medali emas, sekaligus mengakhiri puasa juara selama 31 tahun.

Keputusan Adaptif

Pada laga kontra Thailand, pelatih Shin Tae-yong menunjukkan sikap adaptif terhadap tim asuhannya. Menyusul akumulasi kartu kuning yang diterima Asnawi Mangkualam, awalnya diprediksi Ilham Rio Fahmi yang akan mengisi posisi bek kanan. Ternyata, Rachmat Irianto yang turun di posisi tersebut.

Bek kanan bukan posisi asli Irianto yang biasanya bermain sebagai seorang gelandang bertahan. Hal ini berusaha dimaksimalkan oleh Thailand. Ekanit Panya kerap mengeksploitasi sisi kanan pertahanan Indonesia.

Pemain sayap kiri Thailand itu punya kecepatan yang sempat membuat Irianto kewalahan. Ekanit kerap menusuk kotak penalti Indonesia. Beruntung, penyelesaiannya kurang baik.

Secara umum, Garuda Muda mampu mengimbangi permainan Thailand di babak pertama. Indonesia menargetkan unggul lebih dulu lewat serangan permainan menekan yang cukup intens. Hal ini tergambar dari keputusan STY menurunkan trio Marc Klok-Marselino Ferdinan-Ricky Kambuaya di lini tengah.

STY ingin memaksimalkan ruang kosong di belakang garis pertahanan tinggi Thailand. Tidak jarang, bola langsung dilepaskan ke Egy Maulana Vikri yang bermain di sayap kanan.

Umpan-umpan jauh itu juga bertujuan memaksimalkan kelemahan Thailand di sisi kiri pertahanan, seperti ketika mereka kalah 1-2 dari Malaysia di laga pertama fase grup. Seluruh gol Malaysia berkat memanfaatkan lebar lapangan. Maka, tak heran alasan peran Egy sangat vital dalam laga melawan tim asuhan Alexandre Polking. Pemain asal FK Senica itu sering melepaskan umpan silang, cutback, dan menusuk kotak penalti.

Namun, hal itu bisa diantisipasi lini belakang Thailand. Duet bek tengah Jonathan Khemdee dan Chonnapat Buaphan mampu menekan lawan, menahan pergerakan sampai menepis umpan silang dari Egy maupun Witan Sulaeman. Sebanyak tiga percobaan tembakan Garuda Muda tidak satupun mengarah ke gawang pada babak pertama.

Paruh Kedua Milik Thailand

Setelah babak pertama berlalu tanpa momen berarti, Thailand meningkatkan intensitas serangan di awal babak kedua. Indonesia pun memutuskan menjaga kedalaman karena sulit untuk melakukan serangan balik.

Thailand menekan cukup agresif. Ketika mendapat kesempatan untuk melakukan serangan balik cepat, Egy selalu dijegal oleh pemain Thailand. Para pemain Thailand pun menyasar pemain Egy dengan perlakuan keras. Beberapa kali Egy sampai terkapar setelah dihajar lawannya.

Sementara, Marselino yang diturunkan guna membantu membangun serangan justru lebih sering menjaga kedalaman. Ia tak berkutik menghadapi pressing ketat pemain Gajah Perang. Sampai-sampai, pola serangan harus dibebankan kepada Kambuaya.

Duet gelandang Weerathep dan Chayapipat Supunpasuch mengurung Marselino sehingga sulit bergerak. Pemain berusia 17 tahun itu tak jarang melakukan kesalahan-kesalahan fatal yang bisa dimanfaatkan pemain Thailand menjadi peluang.

Dalam waktu 90 menit, Thailand hanya melakukan satu pergantian pemain, yakni ketika Patrik Gustavsson masuk. Sementara Indonesia telah melakukan empat pergantian pemain, dengan memasukkan Syahrian Abimanyu, Saddil Ramdani, M. Ridwan, dan Ronaldo Kwateh.

Dengan hadirnya Gustavsson, Thailand memainkan cukup banyak umpan silang untuk membongkar lini pertahanan Indonesia. Gustavsson punya keunggulan dalam duel udara. Bahkan satu tandukannya hampir membahayakan gawang Tim Merah Putih.

Selain itu, Thailand juga memanfaatkan permainan dari tengah. Benjamin Davis mampu memanfaatkan ruang di lini tengah dan memberikan bola kepada lini serang. Ia punya kemampuan individu yang beberapa kali mampu mengecoh penjagaan Fachrudin Aryanto dan Rizky Ridho.

Indonesia Melepas Penjagaan

Waktu 90 menit berakhir dengan skor kacamata. Pertandingan pun berlanjut ke babak tambahan. Setelah mencoba berkali-kali, Gajah Perang membuka keunggulan lewat tembakan Weerathep setelah memaksimalkan kesalahan pemain Indonesia.

Berawal dari kegagalan Marc Klok memberi bola ke depan, lalu dipotong oleh pemain Thailand. Gustavsson mendapatkan bola dan menggiring bola dari sepertiga tengah hingga kotak penalti Indonesia.

Fachrudin, Ridho, Rio Fahmi, hingga Klok tidak bisa merebut bola dari kaki Gustavsson. Keempatnya hanya membayangi pergerakan Gustavsson tanpa mampu merebut bola. Davis pun mendekati sang striker lalu mendapat bola.

Davis hanya bergerak sedikit sebelum memberikan bola kepada Weerathep yang datang dari lini kedua. Weerathep sukses menyambut bola walaupun mendapat tekanan dari Alfeandra Dewangga dan Ronaldo. Namun Dewa dan Ronaldo gagal, Weerathep pun melepaskan bola yang tak mampu digapai Ernando.

Berdasarkan statistik, Indonesia sebenarnya mencatatkan tendangan ke gawang lebih banyak ketimbang Thailand (delapan berbanding tiga). Namun, pada akhirnya, efektivitas memanfaatkan peluang yang menentukan.

Komentar